12

2.1K 224 10
                                    

_HTK_

Zean sudah kembali berlatih lagi. Sedangkan Shani sudah pulang beberapa waktu yang lalu karna ada perlu dengan Feni. Anak-anak masih merasa semangat dalam berlatih. Mereka juga sudah dibagi menjadi 2 tim dan mencoba untuk tanding. Beberapa anak menonton latihan mereka, termasuk Rollan, Aldon, dan Christof.

"Kasih bola ke gua," pinta Zean. Namun, saat ingin menangkap bola, tubuhnya terhuyung secara kasar dan jatuh ke lantai.

"Woi!" Teriak teman Zean serentak.

"Vino lo jangan kasar dong, main dorong-dorong aja! Lo kira Zean mogok?" kata Rollan.

"Gua ga sengaja!" sahut Vino.

"Jelas lo sengaja, banyak kok yang liat! Pak pelanggaran itu pak!" Imbuh Christof.

"Apa sih jangan lebay! Perkara gitu doang!" Kata Vino tak merasa bersalah dan tak ada membantu Zean berdiri. Justru Zean dibantu anak lain.

"Udah, gua ga papa kok," kata Zean menyudahi perdebatan itu.

"Vino, kamu kalau main jangan kasar ya. Jangan diulangi lagi. Ini basket bukan ring tinju," kata Guru pelatih.

"Baik coach," jawab Vino.

"Sekali main lagi. Setelah itu udahan, kita lanjut latihan besok," kata guru pelatih. Peluit kembali berbunyi dan permainan kembali berlangsung.

"Vino kenapa dah sekarang kayak ga suka gitu sama Zean. Kalian sadar ga sih, Vino kalau natap Zean kayak musuh sekarang?" Ungkap Aldon.

"Masa sih? Gua ga sadar," sahut Rollan.

"Sama gua juga ga sadar," imbuh Christof.

"Iya tau. Dia juga sikapnya sekarang ga sebaik dulu saat sama Zean. Kira-kira ada apa sama si Vino?" pikir Aldon.

~HTK~

Bruk~

Vino menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya dengan lelah. Pikirannya berkelana mengingat kini Zean yang sudah berhasil memiliki Shani. Ya Shani, perempuan yang Vino sukai. Namun, dia kalah cepat untuk menyatakan perasaanya dari pada Zean. Sehingga dirinya harus menelan kepahitan jika Shani sudah menjadi milik Zean. Ada rasa tak suka yang Vino pendam terhadap hal itu.

Cemburu? Tentu!

Siapa yang tidak cemburu melihat wanita idamannya bermesraan dengan kekasihnya yang itu adalah temannya sendiri. Ada niat hati Vino untuk merebut Shani dari Zean. Perbuatannya waktu itu dengan mengirimkan foto Zean dan Kathrin yang sedang berduaan justru gagal. Shani dan Zean masih saja adem ayem, tak ada bau-bau keributan. Vino semakin bingung, cara apa lagi yang bisa membuat Zean dan Shani berpisah.

Katakanlah dia jahat! Ingin menghancurkan kebahagiaan temannya demi kebahagiaanya sendiri. Semua dibutakan oleh cinta. Karna cinta dia berbuat seperti ini. Jika saja Shani tak membuat dirinya jatuh cinta, Vino tak akan berbuat seperti ini. Vino akan terus berteman baik dengan Zean.

Semua bermula dari awal pertemuan Shani dan Vino.

Flashback on.

Vino berjalan tergesa menuju kelasnya. Dia kesiangan! Nyaris gerbang ditutup, Vino baru saja sampai ke sekolah. Namun, tentu saja bel sekolah sudah datang. Alasan dia berjalan cepat tentunya untuk menghindari guru piket yang selalu memantau para murid yang terlambat masuk ke sekolah. Apalagi Vino masih termasuk anak baru di sekolah ini, seragam yang dikenakan saja masih seragam SMP. Dia tak ingin dihukum oleh guru piket itu.

Namun, tanpa sengaja Vino menabrak seorang perempuan yang tak lain adalah Shani. "Eh, maaf kak, ga sengaja," kata Vino merasa bersalah.

"Ga papa, ga papa," jawab Shani.

"Maaf ya kak, aku lagi buru-buru soalnya," kata Vino lagi.

"Kamu terlambat?" tanya Shani penuh selidik.

"Hehe... maafin kak. Jangan aduin ke guru piket plish, aku males jalan jongkok kak," pinta Vino penuh harap. Dia sampai menyatukan tangannya, memohon.

"Tapi janji ga ulangin lagi? Kamu harus dateng tepat waktu."

"Iya kak, aku janji deh ga bakal telat lagi," jawab Vino.

Shani tersenyum lalu mengangguk. "Kakak, bantu kamu kali ini. Sekarang sana ke kelas," kata Shani.

"Beneran kak? Ga akan diaduin kan ini?"

"Nggak kok. Sana ke kelas. Kakak juga mau ke kelas. Duluan ya." Shani tersenyum lalu meninggalkan Vino. Vino tersenyum lebar lalu memperhatikan punggung Shani. "Cantik banget kak Shani. Fiks dia harus jadi pacar gue!" Gumam Vino.

Dia hendak melanjutkan jalannya, tapi terhenti karena melihat bolpoin di lantai. Vino mengambilnya dan menemukan nama di atas polpen itu. "Shani," ucap Vino. Itu bolpoin milik Shani. Vino berbalik ingin mengambilkan, tapi sayang Shani sudah tak terlihat. Hingga akhirnya Vino memilih menyimpannya tanpa ingin mengembalikan.

Mulai dari itulah Vino menyukai Shani. Mencari tau hal tentang Shani. Namun, semua harapannya pupus karna berita Shani yang berpacaran dengan Zean.

Flashback off.

"Apa gua bisa bikin Kak Shani berpaling dari Zean?" Vino menatap bolpoin milik Shani yang masih dia simpan sampai sekarang.

"Kalau dipikir-pikir padahal kak Shani lebih cocok sama gua dari pada Zean."

"Gua bakal berusaha dapetin kak Shani. Meskipun gua gagal nantinya, Zean pun harus selesai dengan kak Shani. Gua ga terima kak Shani jadian sama temen gua sendiri," monolog Vino.


















Yang kmaren nebak itu vino, Benerr!

Yg ga suka sama hubungan zean sama Shani adalah vino.

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang