41

2.2K 212 5
                                    

_HTK_

Motor Zean berhenti di halaman rumahnya pagi ini. Dia akhirnya pulang setelah mendapat telpon dari Papanya yang terdengar marah padanya. Zean memasuki rumahnya dengan langkah ragu. Di dalam dia langsung menghadap Papanya yang ternyata sudah menunggu.

"Pa."

"Inget rumah kamu?!" Zean memejamkan mata setelah mendapat bentakan dari sang Papa.

"Maaf pa."

"Mau jadi apa kamu kalau kayak gini?! Udah berhari-hari ga pulang! ga ada kabar! Sampe absen sekolah juga! Papa dapet panggilan dari sekolah karena kamu lama ga masuk! Kemana aja kamu?!" Papa Zean menatap tak percaya pada anaknya. Dia tak menyangka anaknya akan berubah seperti ini, tak tau aturan.

"Zean di rumah temen. Aku lagi males ke sekolah Pa," jelas Zean takut.

"Udah pinter kamu sampe ga mau sekolah?! Percuma dong Papa kerja buat nyekolahin kamu, tapi kamunya malah kayak gini!" Zean menunduk takut. Dia merasa bersalah dan takut dengan amarah Papanya.

Tak lama Mama Zean bergabung. Melihat kehadiran anaknya, ia memeluk Zean dengan rindu. "Gimana kabar kamu nak? Mama kangen."

"Ga usah dibaik-baikin Ma! Anak kita udah ga inget aturan! Dia kayaknya udah ga perlu kita!" kata Papa Zean lagi.

"Papa! Jangan gitu," tegur Mama Zean. Ibu mana yang akan tega melihat anaknya dimarahi.

"Maafin Zean, Pa, Ma. A-aku ngaku salah. Harusnya aku ga sampe bolos sekolah dan juga nginep di rumah temen terlalu lama," sesal Zean.

"Zean, kamu boleh sakit hati, kamu boleh galau, tapi jangan seperti ini. Jangan hanya karena cinta masa depan kamu hancur, kamu menjadi orang yang bodoh! Seharusnya kamu buktiin ke orang yang nyakitin kamu kalau kamu bisa lebih baik dari sekarang, bukannya malah kayak gini. Yang ada Shani tak ada rasa nyesel setelah tau kamu ga ada perubahan," omel Papanya. Papa Zean memang jika sudah marah sangat menyeramkan. Makanya Zean cukup takut pada ayahnya jika sudah marah.

"Maaf Pa," ucap Zean lagi.

"Minta maaf sama Mama kamu. Kamu udah buat Mama khawatir." Zean langsung meminta maaf pada Mamanya. Dia memeluk tubuh Mamanya dengan erat sambil terus menggumamkan kata maaf.

"Sekarang apa yang kamu inginkan Zean? Kamu masih mau sekolah?" tanya Papa Zean dengan serius.

"Mau Pa, aku masih mau sekolah," jawab Zean.

"Kamu, Papa pindahkan sekolah." Perkataan Papanya membuat Zean terkejut. Mengapa Papanya tiba-tiba ingin memindahkan dirinya ke sekolah lain?"

"Tapi Pa, kenapa? Zean udah kelas 11 dan mau kelas 12, kenapa harus pindah?" tanya Zean dengan kebingungan.

"Kerjaan Papa pindah di kota lain, yang membuat rumah kita juga harus pindah," Mama Zean menjelaskan.

"Terus rumah ini?"

"Rumah ini masih jadi milik kita. Kita bisa menempati lagi kalau main ke sini," jelas Papa Zean.

"Terus Kak Cindy? Diakan kuliah di sini."

"Kak Cindy akan tetap di sini, kemungkinan dia akan menetap di rumah ini atau nggak nginep di rumah temannya. Dia harus menyelesaikan kuliahnya."

"Kalau gitu aku juga harus nyelesaiin sekolahku," balas Zean.

"Yaudah gini deh, Papa kasih pilihan dan kamu harus mikirin baik-baik. Kamu tetap di sini sekalian jagain Kak Cindy atau ikut Mama, Papa?"

Zean terdiam, dia memikirkan jawaban yang pasti. Di satu sisi dia tak ingin pindah karena tanggung sekali dia tinggal sebentar lagi terus lulus. Kalau dia pindah sekolah, berarti dia harus mengulang sekolahnya dari kelas 1 lagi. Namun, disisi lain dia memikirkan mungkin ada baiknya dia pindah. Karena ini salah satu cara untuk dia bisa berdamai dengan keadaan. Memulai hidup terbiasa tanpa adanya Shani lagi dihidupnya. Dia harus menjalankan hidupnya lagi seperti biasa. Sepertinya dia akan memilih opsi yang kedua, dengan pindah sekolah.

"Setelah aku pikir-pikir, aku ikut kalian saja," putus Zean.

"Kamu yakin?"

"Yakin Pa."

_HTK_

Shani sudah kembali dengan aktivitasnya. Kepribadiannya berubah dratis, dia menjadi lebih dingin dan cuek akan hal sekitar. Akhir-akhir ini dia disibukkan dengan tugas penelitian yang harus dilakukan dengan terjun langsung di tempat. Dan tempat penelitiannya jauh dari rumah, hingga dia harus menginap di sebuah penginapan. Ditengah kesibukannya dia tak pernah sedikitpun melupakan Zean. Saat waktu sendiri, dia pasti akan menggalau memikirkan berondongnya.

Usahanya untuk menemui Zean tak ada membuahkan hasil. Setiap dia pergi ke rumah Zean pasti Zean tak ada. Dia khawatir karena kata keluarga Zean, Zean tak pulang bahkan saat dia menunggu di sekolah pun Zean malah absen tidak masuk. Shani merasa putus asa dan merasa tak ada lagi celah baginya untuk bersama kembali.

Untuk Husen, dia telah memutuskan untuk melupakan perasaanya pada Shani dan memulai dengan yang baru saat bertemu kembali dengan teman perempuan masa SMA. Tanpa pikir panjang setelah sembuh dari luka yang Zean sebabkan, Husen menembak temanya itu yang membuat mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

Kini tinggallah Shani sendiri.

"Shan, jangan ngelamun," tegur Feni yang melihat Shani hanya diam dengan tatapan kosong serta tangannya bergerak mengaduk-aduk makanan.

"Ah, iya," jawab Shani pelan.

"Mikirin Zean lagi?" Shani hanya diam. Berarti jawabannya iya, Feni sudah tau kebiasaan baru temannya ini. "Sabar, seiring berjalannya waktu lo bakal terbiasa," lanjut Feni. Shani hanya berdehem sebagai jawaban.

Sekilas siluet membuat Shani langsung menatap apa yang dia lihat. Seorang perempuan yang baru saja keluar dari cafe. Shani pernah melihat perempuan itu, pacar Zean(?) Ya dia adalah Kathrin, yang Shani kira adalah pacar Zean.

"Gue keluar sebentar," pamit Shani. Dia ingin mengejar Kathrin.

Tangan Kathrin tertahan saat berbalik ternyata pelakunya adalah Shani. Kathrin menatap tak percaya melihat kehadiran mantan Zean sekarang. "Tunggu sebentar," pinta Shani.

"K-kenapa kak?" tanya Kathrin gugup. Dia tak menyangka akan bertemu dengan Shani di sini. Memang ya dunia seperti hanya sebesar daun kelor. Padahal dia ke sini untuk mengunjungi rumah sang nenek, dan dia sekarang baru selesai memesan makan, tapi siapa sangka malah bertemu dengan kakak tingkatnya.

"Aku hanya ingin sedikit bertanya."

"Boleh," jawab Kathrin.

"Kamu... sejak kapan dekat sama Zean?"

"Aku teman sekolah Zean, satu angkatan dan kita tidak terlalu dekat," jelas Kathrin sesuai dengan fakta.

"Kamu bener pacar Zean?" Kathrin yang mendengarnya ragu untuk menjawab, tapi dia juga harus menjelaskan kesalah pahaman ini. "Aku sebenernya ga ada hubungan sama Zean kak. Untuk yang kemarin, itu Zean hanya berbohong. Aku ga tau kenapa Zean bilang kayak gitu. Jujur aku juga ga ada perasaan apa-apa ke Zean. Kita hanya sebatas teman ga lebih. Aku cuma bisa ngejelasin ini ke Kak Shani. Maafin aku kak baru bisa ngomong sekarang," ungkap Kathrin.

Shani yang mendengarnya sontak terdiam kaku. Lidahnya kelu untuk sekedar menjawab Kathrin. Dia kira kemarin Kathrin benar-benar pacar baru Zean, tapi nyatanya semuanya hanya kebohongan. Shani bingung mengapa Zean harus berbohong?

"Kak Shani ga papa?" tanya Kathrin yang melihat Shani hanya diam.

"Iya ga papa," jawab Shani pelan.

"Masih ada lagi kak? Aku harus segera pergi."

"Ah nggak. Makasih ya atas waktunya," kata Shani.

"Iya kak, aku permisi."

Rasanya Shani semakin menyesal. Dirinya benar-benar ingin kembali dengan Zean. Bayang-bayang Zean tak bisa hilang dari kesehariannya. "Mengapa semua harus ada kesalah pahaman?!" Shani terlihat frustasi sekarang. Dia bertekad akan kembali menemui Zean setelah dia pulang dari penelitiannya. Dia rala jika harus menjadi cegil kalau itu adalah cara agar Zean mau bersamanya kembali.















Maap buat typo.

Yg ga suka crita yg gw bikin bisa langsung skip aja!

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang