8

2.2K 239 5
                                    

_HTK_

"Materi hari ini saya akhiri. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya." Dosen yang mengajar kelas Shani pagi ini berangsur keluar dari ruangan disusul para siswa yang lain.

"Ke kantin dulu yuk?" Ajak Feni.

"Boleh deh, aku juga laper," jawab Shani menyetujui. Shani mengenakan tas kecilnya, kemudian bersama Feni keluar dari ruangan. Mereka berjalan beriringan dengan obrolan ringan.

"Semalem diajak Zean pergi kemana?" tanya Feni. Dia sangat suka mendengar sahabatnya jika sudah bercerita tentang Zean. Karna Feni tau sebucin apa Shani itu.

"Ke street food. Enak-enak tau jajanannya, kamu harus ke sana deh. Aku aja betah di sana semalem," jawab Shani.

"Kamu betah karna ada Zean. Lah aku ga bisa betah kalau cuma pergi sendirian," kata Feni.

"Makanya punya pacar dong. Tuh si Roni udah ngejar-ngejar kamu ga pernah direspon," balas Shani.

"Ah, aku ga cocok sama dia. Terlalu jamet ih," jawab Feni.

"Parah kamu, si Roni dibilang jamet," kata Shani.

"Jamet tau. Lihat deh rambutnya dichat warna pink dicampur hijau neon gitu, kayak apaan jadinya. Jamet banget," ungkap Feni bergidik geli jika mengingat lelaki bernama Roni, dari fakultas sebelah, yang sudah satu bulan ini mengejarnya. "Kamu sama Zean udah ada setahun?" tanya Feni.

"Belum, otw sih," jawab Shani.

"Langgeng-langgeng ya."

"Aamiin," ucap Shani.

Mereka sudah sampai di kantin. Feni yang akan memesan kali ini, sedangkan Shani mengambil tempat duduk yang kosong. Untuk menunggu Feni, Shani ditemani ponselnya, memberi kabar kepada Zean jika kelasnya baru saja selesai dan dia sedang berada di kantin. Sudah rutinitas untuk memberi kabar dimana pun dan kapan pun. Lihatlah kini Shani menahan salting brutal melihat pap dari Zean, yang sedang berkeringat badass karena sedang pelajaran olahraga.

"Hai." Seseorang duduk di bangku kosong depan Shani. Seorang lelaki dengan kacamata bertengger dihidung mancungnya. Shani hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya. Membiarkan lelaki dihadapannya ini mendengus sebab merasa dicueki.

"Kamu sendirian aja?" tanya lelaki itu, masih berusaha berbicara dengan Shani. Namun, Shani tetap diam dan fokus membalas pesan Zean. Tak menganggap manusia di depannya ini ada.

Merasa lagi-lagi dicueki, lelaki itu merogoh tas nya mengeluarkan sebatang coklat berbalut kemasan berwarna ungu, lalu menggesernya memberikan pada Shani. "Buat kamu, coklat manis untuk orang yang ga kalah manis," katanya.

"Gue diet. Ga suka coklat," jawab Shani ketus.

"Ga suka coklat? Terus kamu sukanya apa? Aku kasih apa pun yang kamu suka."

"Ga suka apa-apa," jawab Shani.

"Bilang aja ga papa, apa mau kamu. Aku bakal turutin."

"Gue mau lo pergi, jangan ganggu gue lagi," kata Shani pedas dengan tatapan tajamnya. Dia merasa risih jika kerab kali didekati banyak lelaki. Ayolah, Shani sudah memiliki Zean. Mengapa lelaki di sini tak percaya jika Zean ini pacarnya. Malah banyak yang mengira kalau Zean adalah adiknya.

"Kalau aku ga mau?"

"Gue yang bakal pergi." Shani bergerak untuk bangkit, tapi dihalangi oleh lelaki itu, "Eh-eh, mau kemana? Jangan ngambek dong," katanya.

"Loh, ada kak Aran di sini." Feni datang lalu berdiri di samping Shani.

Lelaki yang dipanggil Aran itu tersenyum. Dia adalah kakak tingkat Shani. Lelaki yang cukup famous di kampus ini. Banyak perempuan yang mengejarnya, tapi dia malah terpincut dengan pesona Shani. Hingga akhirnya dia yang sangat anti mengejar perempuan lebih dulu, kini dengan menurunkan egonya, mengejar seorang Shani.

 Hingga akhirnya dia yang sangat anti mengejar perempuan lebih dulu, kini dengan menurunkan egonya, mengejar seorang Shani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Aran. Dari pinterest)

"Kita pindah tempat aja. Ada pengganggu di sini," kata Shani. Feni menatap Shani, mengkode jika temannya itu harus memfilter perkataanya.

"Jangan, kalian di sini aja, aku akan pergi. Ada urusan juga, jadi ga bisa lama-lama," kata Aran.

"Bagus deh. Ga dari tadi aja," celetuk Shani.

"Coklat tetap buat kamu. Makan ya, kalau udah ga diet," kata Aran, lalu beranjak pergi. Shani menghembuskan napas lega dengan kepergian Aran. Dia kembali duduk di susul Feni.

"Kamu apain lagi kak Aran? Mukanya jadi agak masam gitu," tanya Feni.

"Ga aku apa-apain. Huh, cape banget ngladenin dia. Kurang jelas apa coba, padahal aku udah punya pacar, tapi kenapa cowo-cowo di sini ga ada yang percaya," ungkap Shani merasa agak frutasi.

"Biasalah. Kalau namanya suka, mau kamu udah punya pacar atau belum, mereka bakal gencar ngedeketin. Yang penting kamu tetap jaga hati aja buat Zean," sahut Feni.

"Tanpa disuruh juga, aku bakal jaga hati. Huh, jadi kangen bocah kesayanganku," ungkap Shani sambil memandang foto pap dari Zean tadi.

"Kumat bucinnya," ucap Feni jengah.




















Paiyoh nambah saingannya Zean.

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang