3

3K 295 10
                                    

~HTK~

Motor Zean berhanti di depan rumah Shani pada siang hari. Ya, mereka baru saja pulang dari Cafe, setelah mengerjakan tugas kuliah Shani. Shani menyerahkan helmnya pada Zean, lalu mencabut kunci motor Zean dan menyembunyikannya dalam saku.

"Loh, kunci aku sayang," pinta Zean.

"Masuk dulu," perintah Shani.

"Aku mau pulang aja, kasihan kamu cape, biar bisa istirahat," kata Zean.

"Aku ga cape, cepet turun, masukin motornya ke dalem. Mama sering nyariin kamu tau, pengen ketemu kamu," jelas Shani.

"Aku ga bawa apa-apa sayang, ga enak kalau main ga bawa jajan buat Mama kamu. Aku beli dulu aja ya?"

"Ga usah. Udahlah ayo masuk, Mama pasti ngerti. Mama ga selalu pengen dibawain makanan, kamu mau main aja Mama udah seneng," jelas Shani.

"Oke deh, aku mampir." Zean turun lalu membuka pagar rumah Shani. "Mana kunci aku? Mau masukin motor nih," kata Zean.

"Kamu dorong aja. Ntar kabur lagi yang ada kalau aku kasihin kuncinya," jawab Shani lalu lebih dulu masuk ke dalam rumah meninggalkan Zean. Zean hanya menggelengkan kepala lalu mau tak mau mendorong motornya memasuki halaman rumah. Tak lupa dia kembali menutup pagar, agar tak ada sembarang orang yang masuk.

"Assalamuallaikum," ucap Zean saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam, Zean akhirnya kamu main juga. Udah lama kamu ga main ke sini, sibuk kah sekolahnya?" tanya Mama Shani. Ia menggiring Zean untuk duduk.

"Ya gitu tan, tambah sibuk. Banyak banget tugas-tugas yang dikasih," jawab Zean.

"Hem, yang rajin. Jangan terlalu dipaksain kalau ngerjain tugas. Shani juga tuh, suka banget maksain diri buat nugas," ungkap Mama Shani.

"Iyakah? Ga dimarahin tante?"

"Alah udah berulang kali Tante marahin, tapi keras kepala dia kalau urusan belajar," jawab Mama Shani.

"Shani denger loh Mah," sahut Shani yang berjalan menghampiri mereka dengan membawa sebotol air dingin.

"Tumben denger. Biasanya kamu sumpelin pakek headset," sindir Mamanya.

"Apa sih Mah, udah sana ke dapur lagi, pisang goreng Mama gosong tuh," kata Shani. Mama Shani melupakan pisang gorengnya, ia langsung berlari ke dapur karna mencium bau-bau gosong.

Shani menyerahkan air dingin itu pada Zean, yang langsung diterima. Zean membuka tutup botol dan meminumnya. Zean mendesah lega, saat merasakan dingin ditenggorokkannya. Shani kembali mengambil botol itu, dan ikut meminumnya.

"Aku mau ke kamar, kamu ikut?" tanya Shani.

"Emang boleh? Ga enak sama Mama kami," kata Zean.

"Ga papa, ayok." Shani menarik tangan Zean untuk mengikutinya. "Ma! Shani bawa Zean ke kamar!" Teriak Shani.

"Iya!" sahut Mamanya dari dapur.

Shani membuka pintu kamarnya mempersilahkan Zean untuk ikut masuk, kemudian kembali menutupnya. "Aku ganti baju bentar," kata Shani. Zean mengangguk. Dia duduk di kasur, sambil memperhatikan Shani yang mencari baju di lemari. Zean meletakkan tasnya di meja belajar Shani, kemudian merebahkan tubuhnya di kasur, sampai punggungnya berbunyi kretek~

Zean membuka ponselnya mengabari sang Mama kalau dia sedang berada di rumah Shani. Kemudian membuka pesan dari kakaknya, Cindy yang meminta dijemput jam 4 di rumah temannya. Saat membalas chat dari kakaknya, tiba-tiba satu tangannya ditarik ke samping, lalu Shani mengambil tempat tiduran di atas tubuh Zean.

"Posisinya yang bener atuh Shan," kata Zean. Apa lagi kaki Zean yang tertekuk, menjuntai ke bawah membuat posisi itu tak enak.

"Bentar, aku mau cas energi dulu," jawab Shani.

"Uluh-uluh, bisa gitu?" Shani hanya mengangguk menanggapi. Shani memejamkan matanya, menikmati suara detak jantung Zean yang terpacu cepat.

"Aku nanti jam empat harus jemput kak Cindy," kata Zean memberi tau.

"Masih lama. Kamu di sini aja dulu," respon Shani.

"Iya." Zean merubah posisinya menjadi duduk, sehingga Shani kini berada di pangkuannya. "Orang lagi tiduran juga!" Kata Shani sedikit tak terima, ketenangannya di ganggu.

Zean tak menjawab, dia memandang wajah Shani lekat, menyingkirkan anak rambut Shani yang mengganggu pemandangan indah di depannya. "Kamu tambah cantik," puji Zean dengan suara lirih.

Shani tersenyum malu. Zean selalu berhasil membuat Shani salah tingkah dengan pujian yang diberikan. "Kamu juga tambah ganteng. Apa lagi bibir kamu ini, menggoda banget, kan aku jadi pengen," balas Shani.

"Pengen apa?" tanya Zean, dia sebenernya tau apa yang Shani pikirkan. "Pengen apa hem?" tanya Zean lagi. Dia mendekatkan wajahnya lalu meninggalkan kecupan dibibir Shani. Hanya kecupan. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Shani terlihat kesal karna Zean hanya meninggalkan kecupan bukannya melumat, dia akan senang hati jika Zean melumat bibirnya mengajak bergulat lidah.

"Bibir kamu manis, padahal baru aja di kecup. Gimana manisnya kalau udah aku lumat," kata Zean sambil mengusap pelan bibir Shani.

Shani merasakan sesak di dadanya, tubuhnya memanas. Dia yang sudah terbawa nafsu langsung mengaitkan tangannya di belakang leher Zean, membanting bibirnya hingga bertemu bibir Zean, mengajak Zean bergulat lidah di dalam sana. Mereka saling melumat, ingin mendominasi, tapi kali ini Zean kalah, Shani yang lebih mendominasi pada ciuman kali ini.



















Paiyohhhh, dah ciuman.

Tadi udah di cek sama nenek gw ternyata ga ada apa-apa. Kayaknya dah kabur dah hewannya. Takut bangett😭

Notip bento lagi yak?

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang