15

2.2K 236 8
                                    

_HTK_

"Ke atas yuk," ajak Zean. Pelajaran di jam pertama telah usai. Bel juga sudah berbunyi memandakan mereka sudah beristirahat. Maka dari itu Zean mengajak para temannya untuk ke atas, ke Rooftop.

"Ayo dah. Mampir kantin dulu yak, beli makan. Laper nih," sahut Rollan.

"Boleh," jawab Zean menyetujui. Dia berjalan lebih dulu, disusul Rollan, Aldon, dan Christof. Sampai depan pintu tubuh Zean terhuyung karna Vino menyenggol pundaknya. Zean melirik Vino dengan malas.

"Ada apa?" Tanya Zean. Sebenarnya Zean merasakan perubahan atas Vino. Juga semakin hari Vino semakin menyebalkan baginya. Sehingga pertemanan mereka mulai merenggang, bahkan bisa dikatakan mulai tak akur. Karena Vino mulai suka mencari masalah dengan Zean, apalagi saat berlatih basket. Entah kenapa Vino sering seperti mencari kelemahan Zean. Entah apa tujuan dari lelaki itu.

"Ga papa. Lo menuhin jalan," kata Vino.

"Orang ga jelas," kata Zean dengan suara kecil, lalu kembali melanjutkan jalannya.

Sebelum ke rooftop, mereka menyempatkan diri untuk mampir ke kantin membeli makanan dan minuman untuk mereka makan di atas nanti. Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, barulah mereka ke atas. Pintu rooftop memang sering dikunci, tapi untuk mendapatkan kuncinya cukup mudah, karena kunci itu tergantung di pintu tempat kunci. Zean membuka pintu itu, lalu mengantongi kuncinya. Dia selalu membawa kuncinya, menghindari hal yang tak diinginkan. Siapa tau ada yang iseng dan menguncikan dirinya saat berada di rooftop.

"Seger banget anginnya cuy," seru Aldon, saat angin mulai menerpa mereka dengan segarnya. "Bener, betah mah kalau gini," timpal Christof. Mereka duduk di kursi kayu yang terdapat di sana dan juga ada meja kayu, lalu mulai membuka makanan yang mereka bawa dan menyantapnya.

Zean membawa satu botol air dinginnya membawanya ke pinggir tembok yang memperlihatkan langsung keramaian jalan dan aktivitas yang terlihat dari atas. Meneguk sekali lagi air dingin itu, kemudian melirik temannya yang masih sibuk makan. Zean diam-diam mengeluarkan sesuatu dari dalam saki celananya. Sebuah bungkus berwarna merah putih yang saat dibuka ternyata berisi rokok. Zean mengambil sebatang lalu mulai menyalakannya. Rasa khas rokok kembali dia rasakan di mulutnya.

Di sisi lain Rollan memperhatikan asap yang berasal dari Zean. "Cok, mata gua ga salah liat nih? Zean berasep? Masa Zean kentut keliatan asepnya?"

"Yang bener aja lo. Lo kira kentut lo yang keluar asep?" sahut Aldon.

"Eihh, kentut gua ga berwujud ye," balas Rollan.

"Iye ga berwujud, tapi baunya bisa bikin orang pingsan," sahut Christof. Aldon yang mendengarnya sontak tertawa.
"Gua samperin Zean dulu, kayaknya galau tu anak," kata Christof. Dia berdiri setelah menjadikan satu sampahnya di kantung kresek untuk dibuang nanti, kemudian mulai menghampiri Zean. Semakin dekat semakin terlihat pula kepulan asap yang Zean hasilkan.

"Anjing, Zean!" Christof menepis tangan Zean hingga rokok yang dipegang terjatuh.

"Chris, apa-apaan sih? Itu belum habis! Kan mubazir jadinya!" kata Zean menatap nanar rokok yang baru habis setengah.

"Mubazir Eyesmu! Sejak kapan lo ngrokok? Gilak, kalau Kak Shani tau bisa digorok lo," kata Christof.

"Ya jangan sampai dia tau lah."

"Gua cepuin sih."

"Brani lo cepuin, gua dorong lo dari sini," ancam Zean.

"Lo kira gua takut?" Dari wajah Christof memang tak ada takutnya dan itu membuat Zean mengurungkan niat. Sebenarnya hanya gertakan saja. "Harusnya lo takut dong," kata Zean.

"Tapi gua ga takut," jawab Christof.

"Kenapa dah itu?" tanya Rollan yang melihat kedua temannya seperti beradu bacot.

"Entah, mereka berantemkah?" pikir Aldon.

"Samperin kuy." Mereka berdua menyusul Christof yang masih beradu argumen dengan Zean.

"Lo kerasukan apa Ze, kok jadi suka ngrokok?" tanya Christof.

"Siapa yang suka ngerokok? Gua cuma coba satu aja," jawab Zean. Setelah pemberian rokok pertama kali dari Armando, entah kenapa Zean ingin mencoba rasa rokok kembali. Makanya dia diam-diam membeli rokok, tanpa sepengetahuan siapa pun.

"Ada apaan dah?" tanya Rollan yang kini menjadikan bahu Zean sebagai topangan tangannya.

"Temen lo ngrokok," adu Christof.

"Siapa? Zean?"

"Iye. Kerasukan apa coba ni anak?"

"Bjir, Ze beneran?" Tanya Aldon yang merasa tak percaya. Zean hanya berdecak, malas menjawab. "Lo kenapa? Setau gua kalau orang ngrokok, karna lagi kalut. Lo ada masalah?" Tanya Aldon.

"Sok tau. Siapa tau emang hobinya ngrokok, jadi ga perlu nunggu kalut dulu kalau ngrokok," sahut Zean.

"Berati kalau lo bukan kalut, lo hobi dong?"

"Bukan gitu dongo! Gua iseng aja," kata Zean.

"Kita udah temenan lama Ze, jadi kalau lo butuh temen cerita, kita ada buat lo. Apa pun yang lo ceritain kita pasti dengerin. Lo ga perlu ngerasa sendiri. Ada kita di sisi lo. Jadi apa yang bikin lo galau?" Aldon mau pun Christof merasa terperangah karena Rollan yang tiba-tiba seperti orang yang berbeda.

"Gua cuma lagi ada hal yang bikin kepikiran aja," ungkap Zean.

"Apa?" Kompak mereka bertanya.

"Gua kemarin habis berantem sama Shani. Em, ga tau bisa dikatakan berantem atau nggak sih, tapi gua kemarin liat dia pulang sama cowo lain. Dan gua tau cowo itu suka sama Shani."

"Jadi intinya lo lagi cemburu?" tanya Christof.

"Siapa yang cemburu? Nggak kali. Gua ga cemburu. Gua lagi ga percaya diri aja," elak Zean.

"Ce ilah, sama aja bjir. Lo cemburu karna itu cowo. Lagian apa yang harus dipikirin? Kak Shani kan pacar lo yang udah jelas cinta sama lo. Jadi ga mungkin dia berpaling dari lo. Jangan pikirin cowo itu dah," kata Rollan.

"Tapi kalau diliat cowo itu udah keliatan dewasa banget. Gua ngrasa minder."

"Dewasa? Udah pernah jadi pemeran artis bok3p kah?" Celetuk Rollan.

"Heh! Congor lo! Ga enak kalau didenger anak kecil Lan." Aldon reflek menepuk pelan mulut Rollan tadi.

"Eh iya maap," ucap Rollan.

"Lo udah dengerin penjelasan kak Shani?" tanya Christof.

"Kemarin gua langsung pergi. Tapi nanti malem gua niatan mau ajak dia jalan, sekalian nyelesaiin masalah ini. Semoga cuma salah paham aja."

"Semoga cepet kelar yak. Kasihan temen gua ini. Dan lagi, jauh-jauh dah lo sama rokok. Ga lo banget kalau ngrokok," kata Rollan.

"Masa sih? Bukannya gua jadi keren?"

"Bjir asumsi darimana?"

"Dari mata turun ke hati."

"Najis!" ucap Aldon, Rollan, Christof serempak.



















Smoga cepet baikan yak.

Kepala gua makin cenut cenut anyink. Baru ga masuk sehari, udh ada tugas yang nungguin buat dikelarin. Sialan emang.

Dah gitu aja maap buat typo. Gua mau istirahat.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang