Lisa membelalakkan mata, melihat Jungkook yang mengerut ketakutan di lantai. Ia belum memahami sepenuhnya. Apakah ini diakibatkan sosok mendiang ibunya Jungkook yang sangat melekat di benak laki-laki itu?
Saat ini Jungkook masih menangis, memohon-mohon, "Tolong ampuni aku, Ibu ... aku janji tidak akan nakal lagi ... aku janji tidak akan makan makanan di atas meja lagi ... aku janji ... tolong jangan hukum aku ..." Suara tangisnya begitu pilu dan menyakitkan bagi siapa pun yang mendengarnya.
Lisa serta-merta menghampiri, berjongkok di sisi Jungkook, dengan hati-hati memegang pundak laki-laki itu. "Ahn Jungkook ..."
"Ibu ..."
"Jung ... buka matamu." Lisa mengusap-usap pipi Jungkook, berusaha menyadarkan pemuda itu. "Ini aku; Lisa."
Tubuh Jungkook berhenti gemetar sedikit demi sedikit. Kelopak matanya perlahan terbuka. Suara yang ia dengar, lalu usapan lembut yang ia terima, sungguh menyadarkannya seketika. "Lisa ..." Jungkook bernapas melalui mulut. Dadanya tak lagi bergemuruh keras seperti tadi. Kini ia bisa melihat wajah itu dengan jelas. Tanpa melepaskan pandang, Jungkook mulai mendudukkan diri. "Lisa ..."
"Ya, ini aku." Lisa terlihat bingung sekaligus khawatir. Ia mengusap air mata di pipi Jungkook. "Kau baik-baik saja?"
Bibir Jungkook gemetar tipis. "Ibuku ..."
"Tidak," kata Lisa. Ia menggenggam kedua tangan Jungkook, mencoba meyakinkan, "Tidak ada ibumu di sini. Hanya ada aku. Hanya ada aku dan kau di rumah ini."
Lisa beralih mengusap peluh pada dahi Jungkook, lalu berujar lagi, "Tidak perlu takut, ya? Tidak akan ada yang akan menyakitimu. Tidak akan ada yang akan memarahi atau menghukummu, sekalipun kau memakan makanan di atas meja." Ia mengutip dua kata terakhir tersebut, sebab ia mendengar apa yang Jungkook ucapkan dalam tangisnya beberapa saat yang lalu.
Kemudian, Jungkook sepertinya tersadar bahwa apa yang Lisa ucapkan memang benar. Mendiang ibunya sudah tidak ada. Tidak akan ada orang yang akan memarahi atau menghukumnya karena ia memakan makanan selain yang diberikan oleh sang ibu. Dalam situasi begini, sebetulnya Jungkook mengerti bahwa dirinya sedang 'kacau'.
Kini tangisnya tak lagi mengudara. Ia menggenggam tangan Lisa yang berada di tepian wajahnya, membawa tangan Lisa pada pipinya. Ia memejamkan mata sejenak, meresapi afeksinya. "Aku butuh obatku."
"Obat?"
Jungkook membuka mata. Ia lalu bangkit dari posisinya dengan dibantu oleh Lisa. "Aku harus minum obat," ulangnya. Ia membelai rambut panjang Lisa dengan lembut. "Segera habiskan makananmu. Aku akan segera kembali."
Jungkook lalu melangkah keluar kamar Lisa, seperti biasa selalu mengunci pintu tralis dan menggeser lemari untuk menutupi akses. Lisa memandangi tempat di mana terakhir kali ia melihat presensi Jungkook sebelum akhirnya lenyap dari pandangannya. Sebegitu dalamnya trauma yang Jungkook alami akibat sang ibu, sampai-sampai membuatnya tersiksa sekalipun wanita itu sudah tiada. Bukankah ini sangat menyesakkan? Ternyata, tidak semua orang tua layak menyandang status sebagai orang tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnap You | Lizkook✔️
Fanfiction[M] Ahn Jungkook memiliki sebuah minimarket sederhana di Distrik Gangwon yang diberi nama GoldenMart. Namun semenjak menerima seorang pegawai bernama Lalisa Hwang; tiba-tiba saja ide gila muncul di kepala Jungkook. Ia menyukai perempuan itu sampai-s...