Satu lembar foto Jungkook tempelkan pada papan yang menggantung di dinding kamarnya. Papannya sudah hampir penuh, sudah nyaris tak ada tempat untuk meletakkan foto lagi. Satu garis senyum ia ukir pada wajah, mengagumi setiap lembar potret yang ia ambil secara diam-diam. Puluhan lembar foto itu hanya terfokus pada satu objek; Lalisa Hwang, dengan berbagai tempat dan angle.
Dari sekian banyak foto yang sudah Jungkook ambil, ada salah satu foto yang paling ia sukai. Sebuah foto yang ia ambil sekitar minggu lalu, yaitu pada saat Lisa memberikan beberapa butir permen cokelat pada seorang anak kecil di pelataran bangunan indekost yang ditempati gadis itu. Dalam foto tersebut, Lisa terlihat berkali-kali lipat lebih cantik. Senyumnya yang cerah dan hangat menghiasi wajah. Matanya berbinar saat menatap anak kecil itu.
Jungkook tahu siapa nama anak laki-laki tersebut. Lee Jiho, berusia enam tahun; tinggal di lantai empat bersama orang tuanya, dan secara tak langsung merupakan tetangga Lisa.
Lebih dari satu bulan memantau Lisa, membuat Jungkook mengetahui banyak hal tentang gadis itu, berikut dengan orang-orang di sekitarnya. Jungkook tahu siapa Bibi Jang. Jungkook tahu bahwa Lisa sangat menyukai anak-anak. Ah, Jungkook bahkan tahu rincian kegiatan Lisa sehari-hari. Ia memantau Lisa dari banyak sisi. Salah satunya dengan cara menyewa sebuah kamar indekost yang ada di sebelah gedung indekost yang Lisa tempati. Berseberangan. Berjarak sekitar tiga meter. Sehingga setiap kali Lisa membuka pintu kaca balkon atau menyibak tirainya, Jungkook bisa melihat apa yang gadis itu lakukan di dalam kamarnya sendiri.
Lisa adalah perempuan yang ramah dan mudah disukai oleh banyak orang, namun Jungkook tidak senang akan kenyataan itu. Yang Jungkook mau, Lisa hanya menyukainya saja, peduli padanya saja. Jungkook sudah lelah menahan diri, dan ia rasa waktunya sudah semakin dekat.
Batangan besi yang Jungkook pesan sudah datang sejak berhari-hari yang lalu. Dan sejak hari itu, Jungkook merakitnya sendiri, melapisi jendela dan pintu apartemennya dengan tralis. Ya, apartemen baru yang ia minta dari ayahnya, bukan kamar indekost yang ia sewa di dekat bangunan indekost yang Lisa tempati.
Di lantai apartemen ini hanya tersedia dua buah unit. Satu unit ditempati olehnya, sementara satu unit lagi kosong. Tidak akan ada yang terganggu dengan suara mesin las atau suara alat pemotong besi yang ia gunakan. Jungkook sengaja membeli batangan besi yang masing-masingnya berukuran satu meter untuk dirakit sendiri, terbagi menjadi beberapa box yang ia angkut menggunakan troli, agar pengelola apartemen tidak curiga. Para penghuni apartemen tidak boleh asal memasang tralis tanpa seizin pengelola, dan Jungkook tidak ingin siapa pun tahu bahwa dirinya memasang tralis. Sesederhana itu alasannya.
Kini sepasang matanya beralih ke arah meja. Ada beberapa gembok dan kunci yang berjajar di sana. Menurutnya, itu cantik. Gembok dan kunci yang cantik, untuk menjaga wanitanya yang paling cantik. Jungkook tersenyum-senyum sendiri, membayangkan dirinya akan menghabiskan banyak waktu dengan Lisa.
Ponsel di dalam saku Jungkook lantas berdering. Bukan ponsel yang biasa ia gunakan sehari-hari, namun ponsel sekali pakai yang ia beli beberapa hari yang lalu. Ia kemudian menerima panggilan yang masuk ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnap You | Lizkook✔️
Fiksi Penggemar[M] Ahn Jungkook memiliki sebuah minimarket sederhana di Distrik Gangwon yang diberi nama GoldenMart. Namun semenjak menerima seorang pegawai bernama Lalisa Hwang; tiba-tiba saja ide gila muncul di kepala Jungkook. Ia menyukai perempuan itu sampai-s...