Lisa merasakan sedikit nyeri merambat pada kepala, tatkala sepasang kelopak matanya terbuka perlahan. Sinar lampu yang menyeruak, membuatnya silau hingga ia harus mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan diri. Untuk sejenak, Lisa terdiam. Batang kepalanya lantas diserbu dengan beragam pertanyaan yang ia buat sendiri.
Di mana ini?
Bagaimana ia bisa berada di tempat ini?
Lisa mendudukkan diri ketika dirasa kondisi tubuhnya sudah lebih baik. Ia menatapi sekelilingnya. Ruangan ini adalah sebuah kamar. Ada dua buah pintu, yang salah satu pintunya dilapisi tralis besi. Tangannya meraba sekitar. Ranjang yang ia tempati ini sangat empuk dan berukuran besar, berbalutkan sprei yang satu paket dengan selimutnya—berwarna kuning lembut yang dipadukan dengan warna putih. Warna yang cantik dan hangat untuk dipandang.
Di dalam ruangan itu pun terdapat sebuah lemari besar dan meja rias. Di atas meja rias sudah ada beberapa skincare dan perlengkapan make up yang biasa ia pakai setiap hari.
Tunggu, bagaimana bisa? Lisa bisa mengingat dengan jelas bahwa ruangan ini bukan kost one room yang ia sewa. Ruangan ini bukan indekost milik Bibi Jang.
Lisa lantas turun dari ranjang. Tatkala kakinya menapak, ia menemukan sepasang sendal berbulu, yang persis seperti sendal miliknya. Perbedaannya hanya terletak pada fakta bahwa sendal yang satu ini terlihat masih baru, sementara sendal yang ia miliki sudah mulai pudar warnanya sebab telah ia beli setengah tahun yang lalu.
Lisa merasa dirinya tengah melayang, seperti ada di antara dunia mimpi dan dunia nyata. Ia menemukan banyak hal yang membuatnya bingung. Ribuan pertanyaan berdesakan di dalam kepala, yang belum ia temukan jawabannya satu pun. Ia lalu mulai menjelajahi ruangan ini. Di bagian dinding terdapat dua buah jendela, yang sayangnya dilapisi tralis. Ia menyibak tirai semi transparannya. Di luar sana, langit masih gelap. Pandangannya terbatasi. Namun di bawah sana terdapat jajaran lampu yang mirip seperti lampu jalan, dan samar-samar ia bisa mendengar suara debur ombak. Ia tidak tahu dirinya sedang berada di mana. Otaknya terus berputar dan berputar, mengingat-ingat.
Lisa berupaya membuka jendela kaca berlapis tralis tersebut, namun tidak bisa. Agaknya sudah dikunci permanen. Ia lalu mendongak. Ada beberapa lubang ventilasi yang berjajar di dinding, terletak cukup tinggi dan tak mampu ia raih. Terlebih, dinding yang mengelilingi ruangan ini termasuk tinggi, takkan bisa ia jangkau tanpa bantuan tangga.
Lisa kemudian membuka salah satu pintu yang tak terlapis tralis. Ruangan itu adalah toilet. Serupa dengan toilet pada umumnya. Ada shower yang ditanam di langit-langit ruangan, wastafel, kloset, dan juga kabinet berisikan stok keperluan mandi dan juga handuk.
Lisa lalu keluar dari area toilet dan menghampiri meja rias. Selain skincare dan peralatan make up, ada pula dua botol parfum. Salah satunya adalah parfum yang biasa Lisa pakai. Ia kemudian membuka penutup parfum yang satu lagi, menghirup harumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnap You | Lizkook✔️
Fiksi Penggemar[M] Ahn Jungkook memiliki sebuah minimarket sederhana di Distrik Gangwon yang diberi nama GoldenMart. Namun semenjak menerima seorang pegawai bernama Lalisa Hwang; tiba-tiba saja ide gila muncul di kepala Jungkook. Ia menyukai perempuan itu sampai-s...