Lisa sungguh menyadari bahwa hatinya tak selalu kokoh. Sekuat apapun ia berupaya, pada kenyataannya ia tetap tidak mampu untuk tak jatuh cinta pada Ahn Jungkook. Secuil demi secuil. Sedikit demi sedikit. Lisa tak bisa menampik bahwa selain menaruh rasa iba, ia juga mulai menjatuhkan hatinya pada pemuda itu.
Aneh. Memang aneh. Hal tersebut bahkan menjadi momok yang cukup mengerikan sampai-sampai Lisa tak bisa memejamkan mata dengan tenang selama beberapa malam. Ia bimbang, bertanya-tanya; apakah perasaannya ini benar? Apakah perasaannya ini tervalidasi? Apakah ini merupakan sebuah kesalahan?
Semula, Lisa sangat ingin menghakimi Jungkook. Ia sangat ingin pemuda itu mendapatkan ganjaran atas tindakan penyekapan yang dilakukan terhadapnya. Namun semakin ke sini, Lisa semakin menyadari bahwa Jungkook hanya tak ingin kehilangannya. Pemuda itu sakit, tidak mampu berpikir selayaknya manusia sehat pada umumnya. Pemuda itu harus diobati, harus disembuhkan, baru kemudian bisa membedakan antara benar atau salah terhadap keputusan yang diambil.
Kini Lisa kian memikirkan, apa jadinya bila ia berhasil lolos di saat kondisi Jungkook masih seperti ini? Bukankah percuma? Jungkook pasti akan berupaya untuk mengejarnya, mencarinya ke mana pun ia bersembunyi.
Ah, tapi tidak. Itu hanyalah pola pikir Lisa saja yang sudah mulai pasrah dan menerima keadaan. Ia tak lagi merasa terpaksa, tak lagi merasa keberatan tinggal di dalam ruangan dengan pintu berlapis tralis dan gembok. Menunggu Jungkook pulang merupakan salah satu rutinitas yang membuatnya kurang nyaman, sebab ia mulai merindukan laki-laki itu dan selalu ingin bertemu sesering mungkin.
Kendati belum pernah berkencan, namun Lisa sudah pernah jatuh cinta pada orang lain. Dan kini ia semakin yakin bahwa dirinya memang sudah jatuh hati pada Ahn Jungkook, sebab ia ingat seperti apa rasanya jatuh cinta. Agak mengesalkan, memang. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada seseorang yang pernah ia benci? Bukankah ini memalukan?
Lisa bahkan ... seringkali berdebar tatkala Jungkook memeluknya.
Seperti saat ini misalnya.
"Masih lama?" Jungkook berbisik di telinga Lisa usai sepasang tangannya memeluk perut sang gadis. Padahal matanya jelas menangkap pemandangan bahwa saat ini Lisa tengah mencuci sayuran. Masih ada separuh proses yang harus dijalani sebelum makanan siap disantap.
Awalnya Lisa marah pada dirinya sendiri. Mengapa ia bisa seceroboh ini? Mengapa ia harus menjatuhkan hati pada laki-laki semacam Ahn Jungkook? Mengapa? Tapi semakin Lisa marah, semakin ia menyalahkan dirinya sendiri; hal tersebut justru membuatnya semakin tersiksa. Sangat sulit untuk menampik perasaannya, di saat ia bertemu laki-laki itu setiap hari, selalu menghabiskan waktu bersama, dan banyak mengukir momen bersama.
Mendengar pertanyaan Jungkook, membuat Lisa tersenyum. Sebuah senyuman yang tak lagi terpaksa untuk diukir. Ia mengusak pipinya pada kepala Jungkook yang tengah mendarat di bahu kanannya, menuturkan jawaban, "Kau boleh makan apel dulu jika sudah merasa lapar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnap You | Lizkook✔️
Fiksi Penggemar[M] Ahn Jungkook memiliki sebuah minimarket sederhana di Distrik Gangwon yang diberi nama GoldenMart. Namun semenjak menerima seorang pegawai bernama Lalisa Hwang; tiba-tiba saja ide gila muncul di kepala Jungkook. Ia menyukai perempuan itu sampai-s...