Lisa mematut diri di hadapan meja rias. Ia menyisir rambut panjangnya, memandang pantulan dirinya melalui cermin. Kini waktu terasa semakin lambat seperti sebelumnya, seperti kala awal-awal dirinya ditempatkan di dalam ruangan ini. Lisa senang berada di samping Jungkook. Namun di saat yang bersamaan, ia juga merasa gelisah.
Lisa yakin, nyaris semua orang tahu seberapa beratnya meninggalkan seseorang yang kita cintai. Padahal Lisa belum menemukan cara untuk melarikan diri. Namun tetap saja, rasa bersalah itu sudah lebih dulu hadir—seolah mencoba merayunya agar mengurungkan niat guna tak berpikir untuk melarikan diri.
Bagaimana ini? Mengapa baru sebatas berpikir saja, Lisa sudah berulang kali merasa ragu? Padahal ia tahu betul bahwa dirinya sudah tak boleh mengutamakan perasaan cintanya lagi. Ia harus memfokuskan diri untuk melahirkan dan membesarkan bayinya di lingkungan yang semestinya, bukan di tempat semacam ini. Sejak mengetahui kehamilannya, Lisa kesulitan meraih tidur yang nyenyak. Ia merasa terganggu dengan isi kepalanya, merasa gelisah secara terus-menerus.
Suara gemerincing kunci gembok yang disusul dengan derit pintu tralis yang dibuka, mendadak menyusup ke dalam rungu Lisa. Melalui cermin, ia bisa melihat Jungkook melangkah masuk dengan senyuman, membawa sebuah piring berisikan buah apel dan jeruk yang sudah dikupas serta dipotong. "Sudah selesai berdandannya?"
Lisa mengulas senyum manis. Ia berbalik, lalu bangkit dari posisinya. Mendadak, ia sangat ingin memeluk Jungkook, sedikit berharap tubuh tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap seluruh kegelisahannya. Jadi Lisa mendekap tubuh Jungkook tatkala si pemuda sudah berada di hadapannya.
Jungkook mengerjap beberapa kali, refleks mengangkat piringnya agar tidak tersenggol dan berakhir tumpah. Ia agak terkesiap menerima pelukan tersebut, sebab betul-betul tiba-tiba. Biasanya Lisa akan begini jika sedang merasa senang. Apa saat ini, Lisa juga sedang merasa senang? "Ada apa, sayang?"
Lisa menggeleng pelan. Ia bisa mendengar suara jantung Jungkook yang mendadak berdegub cepat. "Hanya ... ingin memelukmu saja. Rindu."
"Ah ..." Jungkook terkekeh. Ia meletakkan piring buahnya di atas meja rias, kemudian balas memeluk sang gadis. "Kau rindu, hanya karena aku pergi berbenah rumah selama dua jam?"
"Ya."
Jungkook menelurkan tawa pelan. "Duh, aku jadi merasa semakin dicintai." Ia mengecup puncak kepala Lisa, mengusap-usap punggung si gadis dengan lembut. "Terima kasih, ya. Kau membuatku bahagia. Hidupku tidak pernah sebahagia ini sebelum kau hadir."
Lisa mengeratkan pelukan, mengusak sisi wajahnya pada dada Jungkook. Ia sangat ingin menangis dan menjawab bahwa ia betul-betul mencintai laki-laki malang ini. Ia benar-benar mencintai, sampai ia menutup mata atas kejahatan yang sudah pernah Jungkook lakukan selama ini. Secara tak sadar, sudah sebesar itu Lisa mencintai Jungkook.
Lisa ingin selalu bersama Jungkook, ingin membuat Jungkook nyaman dan bahagia dalam waktu yang lama. Lisa ingin membuat Jungkook pulih perlahan-lahan, walau ia tahu itu bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi sekarang, Lisa sedang hamil. Lisa tidak boleh egois. Lisa tidak boleh mementingkan perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnap You | Lizkook✔️
Fanfiction[M] Ahn Jungkook memiliki sebuah minimarket sederhana di Distrik Gangwon yang diberi nama GoldenMart. Namun semenjak menerima seorang pegawai bernama Lalisa Hwang; tiba-tiba saja ide gila muncul di kepala Jungkook. Ia menyukai perempuan itu sampai-s...