6 tahun kemudian ...
Seorang anak perempuan berusia lima tahunan tengah berjongkok di halaman rumahnya yang tak seberapa besar. Aera. Namanya Aera. Rok bagian belakangnya menyapu debu yang berada pada permukaan rumput. Namun agaknya anak itu tidak peduli. Yang menjadi pusat perhatiannya kini adalah seekor kumbang berwarna merah bercorak hitam kecil-kecil. Baginya, ini sangat menarik. Ia gemar mengamati hewan-hewan kecil yang ia temui.
Rambutnya panjang sampai setengah punggung. Lebat dan berkilau. Bagian poninya menutupi dahi, cukup membantunya untuk menghalau sinar matahari agar tak mengusik pandangannya. Gadis kecil itu terkikik lucu tatkala kumbang yang ia amati mulai berjalan naik di atas jari telunjuknya.
"Kenapa kau kecil sekali?" ujarnya pada si kumbang. "Apa kau punya rumah?"
Pada detik berikutnya, kumbang tersebut beranjak terbang. Entah karena sudah bosan bermain-main, atau justru mengerti dan ingin menunjukkan di mana rumahnya.
Aera lalu mendongak seraya bangkit dari posisinya. Sepasang matanya jernih dan awas. Tatapannya mengikuti ke mana kumbang itu terbang.
Tinggi ... semakin tinggi ...
Jauh ... semakin jauh ...
Kumbang itu terbang melewati seseorang yang berdiri di depan pagar rumah, lalu tak terlihat lagi. Tak dapat dijangkau oleh sepasang mata Aera.
Kini bukan si kumbang yang menjadi pusat perhatian Aera, melainkan sosok seseorang yang berdiri di depan pagar rumahnya. Gadis kecil tersebut lantas mengayunkan tungkai kakinya yang pendek, berdiri tepat di belakang pagar yang tingginya hanya sebatas dadanya saja. Ia mendongak seraya memiringkan kepala, menatap presensi itu. "Paman mencari siapa?"
Sang lawan bicara lantas tersenyum. "Boleh bukakan gerbangnya?"
Karena tak melihat adanya indikasi ancaman, Aera lantas menuruti perintah dengan polosnya. Ia membuka gerbang pendek itu, yang sebetulnya masih bisa dilakukan oleh orang dewasa yang saat ini berada dalam jangkauannya.
Setelah gerbang dibuka, Aera memerhatikan pribadi yang mendekat padanya. Keadaannya tidak seperti orang-orang yang ia lihat, sehingga ia mempertanyakan, "Kenapa dengan kaki Paman? Kenapa berjalannya seperti itu?"
Ahn Jungkook menunduk, memandangi kakinya sejenak. Ia lalu melanjutkan langkah dengan sedikit terseok. Kondisinya sudah jauh membaik karena melakukan terapi, kendati tidak bisa senormal sebelumnya. Walau kaki kirinya sedikit pincang, ia masih bisa melangkah tanpa bantuan tongkat.
"Pernah kecelakaan. Jadinya seperti ini." ia menjawab pertanyaan si kecil.
"Apa itu terasa sakit?"
"Tidak." Jungkook tersenyum. "Setelah melihatmu, seluruh rasa sakitku langsung lenyap."
Aera mengerjap polos. Ia memandangi Jungkook yang mulai merendahkan diri di hadapannya guna menyejajarkan diri. "Paman ini siapa?"
"Aku?" Jungkook menatap lembut, memerhatikan setiap inci paras si gadis. Bulu matanya, sepasang matanya yang bersinar, hidungnya yang mancung, dan bentuk bibirnya yang mungil; semuanya indah. Benar-benar perpaduan yang luar biasa. Ia lalu membelai kepala Aera dengan penuh kasih. "Aku seseorang yang membuat gadis kecil ini hadir di dunia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnap You | Lizkook✔️
Fiksi Penggemar[M] Ahn Jungkook memiliki sebuah minimarket sederhana di Distrik Gangwon yang diberi nama GoldenMart. Namun semenjak menerima seorang pegawai bernama Lalisa Hwang; tiba-tiba saja ide gila muncul di kepala Jungkook. Ia menyukai perempuan itu sampai-s...