SRG 13

94 17 2
                                    

Nafas panjang nya terdengar berat dengan latar indikator pasien monitor yang berkedip setiap detik. Baekjin Na membuka matanya perlahan dan membiasakan diri dengan cahaya nyaman di kamar inapnya. Dia menoleh ke kiri dan melihat vas dengan bunga plum di dalamnya, beberapa bungkus camilan dan juga ponsel.

Ponsel itu sudah disana sejak semalam, tapi dia masih ragu untuk menyentuhnya. Selain karena tubuhnya belum benar-benar pulih, dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan itu. Apa dia harus menghubungi sahabatnya, Seok-Hyeon Kwon? Atau lebih baik tidak? Seok-Hyeon bisa saja langsung menyerbu masuk kesini jika dia tahu.

Baekjin menoleh ke kanan dan melihat sebuah kursi kosong di samping tempat tidurnya. Di dinding di belakangnya ada lambang ECO hospital besar, huruf E latin dengan kombinasi gambar stetoskop yang angkuh. Tanpa sadar Baekjin Na mendengus. Aneh rasanya berada di tempat ini.

ECO hospital terkenal sebagai salah satu rumah sakit elit di Korea. Meskipun hanya sebuah rumah sakit swasta, tapi fasilitas dan dukungan pemerintah sudah seperti dukungan pada anak sendiri. Semua orang tahu itu. Apalagi katanya sebagian besar dokter terbaik di Korea ada di rumah sakit ini.

"Ehem." Baekjin Na berdehem pelan melemaskan pita suaranya yang masih kaku. Rasanya cukup menyakitkan dan tidak nyaman, tapi pemberian obat sejak kemarin membuatnya merasa lebih baik.

Yah, sebenarnya belajar bicara pelan-pelan juga tidak masalah. Lagi pula dia tidak terlalu perlu banyak bicara untuk sekarang ini. Dia juga belum ingin menghubungi Seok-Hyeon. Dan dia juga tidak begitu ingin mengobrol dengan orang lain. Dia hanya ingin sendiri. Pikirannya berkelana mengingat kejadian di bawah jembatan malam itu.

Tapi, ketika sedang sibuk dengan pikiran nya sendiri, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Perawatnya yang biasa, masuk dengan senyum ramahnya.

"Anda sudah bangun?" Katanya seraya berhenti di depan tempat tidur seakan dia adalah pelayan yang menyambut tuannya di pagi hari.

"Sekarang saatnya kita jalan-jalan menyapa matahari yang cerah, Tuan Na." Tambahnya tanpa memberi Baekjin Na jeda untuk berfikir.

Dengan sigap wanita itu mengambil kursi roda dan memindahkan Baekjin Na ke atasnya. Baekjin Na yang bertubuh besar itu dia pindahkan dengan sangat mudah.

Perawat ini profesional. Batin Baekjin Na setelah dia duduk di kursi dan mereka berjalan keluar dari kamar.

Dia sudah siap menikmati jalan-jalan pagi ketika seseorang yang tidak dia harapkan muncul. Si Nona itu datang dengan seorang pengawal di belakangnya.

"Oh, mau jalan-jalan, ya?" Tanyanya berjalan mendekat.

"Ya, Nona. Apa Anda mau ikut?" Tanya si perawat dengan ramah.

Gadis itu tersenyum malu-malu. "Bolehkah?" Tanyanya.

Perawat tadi melirik Baekjin Na. Tidak ada respon. "Anda juga boleh mendorongnya jika mau."

Mendorong? Hah?!! Baekjin Na mendengus pelan. Sudahlah, biarkan saja dia melakukan apapun sesukanya. Baekjin Na bahkan tidak punya tenaga untuk berdebat.

"Baiklah." Kata si Nona seraya berjalan lebih dekat. Tengkuk Baekjin Na merinding begitu dia sudah berdiri di sebelahnya.

"Apa Anda yakin, Nona? Bukankah itu terlalu berat?" Kata pengawal yang tadi bersamanya. Gadis itu menoleh seperti melancarkan protes keras.

"Tidak apa-apa, tuan pengawal. Ini tidak akan berat.." kata si perawat dengan bijak. "Lagi pula saya juga akan ikut. Jika Nona merasa lelah, saya akan langsung menggantikannya."

Pengawal itu memandangnya dengan galak, tapi dia cepat menyerah. "Baiklah." Begitu akhirnya.

Lalu mereka pun mulai berjalan menyusuri koridor. Baekjin Na bisa merasakan tatapan gadis itu di tengkuknya. Itu membuatnya tidak nyaman. Jadi dia menghela nafas panjang.

Happy Ending Buat Bias KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang