Bab 15
Tiga PilihanSetelah pertemuan dengan Baekjin Na, Kwang-Seo Park, ayah Sarang, kembali menghadapi tumpukan pekerjaan di meja kerjanya. Malam semakin larut, tapi pikirannya masih terjaga. Ada banyak hal yang harus dia urus untuk hari ini. Padahal sudah weekend, tapi pekerjaan rasanya tidak pernah berkurang.
Ketika sedang fokus pada sebuah dokumen di depannya, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Sekertaris Cho membuka pintu dan masuk setelah diizinkan.
"Ada buah yang dikirimkan oleh Nona." Kata sekretaris Cho sambil membawa nampan dengan piring kecil diatasnya.
"Buah? Buah apa?"
"Ini kelinci apel, Pak. Nona sendiri yang membuatnya."
Wanita itu meletakkan piring diatas meja dan Kwang-Seo Park langsung tersenyum melihatnya. "Aku tidak tahu dia bisa membuat hal-hal semacam ini."
"Beliau baru belajar hari ini." Katanya. "Tangannya sampai terkena pisau."
"Haah.. kenapa dia memaksakan diri begitu.." kata Kwang-Seo Park geleng-geleng kepala. Dia memandang piring itu lekat lekat. "Jadi, dia belum tidur?"
"Nona sudah tidur. Beliau membuat ini saat makan malam."
"Ooh.." Kwang-Seo Park terlihat menyesal. Mungkin karena dia tidak bisa makan malam bersama dengan putrinya. "Dan kenapa dia membuat ini?"
Kwang-Seo Park yang sejak tadi memperhatikan piring buahnya, jadi mendongak karena sekretaris Cho tidak langsung menjawab. Wanita itu ternyata sedang menahan senyum.
"Jadi?" Tanyanya lagi.
"Sepertinya Nona ingin diberi izin untuk bisa berkunjung ke rumah sakit setiap hari." Jawabnya. Lalu dia semakin tersenyum lebar ketika melihat bosnya merengut.
"Apa ini sesuatu yang lucu, sekretaris Cho?" Katanya kesal.
"Saya rasa memang sudah waktunya Nona mulai menyukai lawan jenis, Pak."
"Ya.. tapi bukan Baekjin Na juga." Gerutunya. "Tidak! Bukan cuma dia! Seharusnya memang bukan sekarang! Mungkin ketika aku, ayahnya ini, sudah pensiun!!"
Sekretaris Cho pun menggigit bibir dalam usahanya menahan diri untuk tidak tertawa.
Sementara itu di rumah sakit.
Pertemuannya dengan ayah Sarang membuat Baekjin Na banyak berfikir sampai pagi. Dia nyaris tidak tidur hanya untuk memikirkan pembicaraan mereka sore tadi. Dia menyadari, berhadapan dengan orang yang sangat berpengaruh seperti Kwang-Seo Park tidak bisa dilakukan dengan main-main.
Tapi, pagi tiba-tiba saja datang. Baekjin Na bahkan tidak ingat kapan dia tidur dan kapan dia bangun. Tiba-tiba saja, Sarang sudah sampai di kamarnya dan menyapa dengan cukup ceria ketika masuk. Itu membuatnya lupa sejenak dengan apa yang sedang dia pikirkan sejak semalam.
"Aku membawa jeruk!!!" Seru Sarang dengan gembira. Dia membawanya dalam keranjang seperti kemarin. Tapi kali ini, tidak ada piring dan pisau.
Untunglah. Pikir Baekjin Na menyeringai. Sepertinya dia belajar dari pengalaman mengupas pir kemarin. Luka terkena pisaunya tampak masih dibalut plester.
"Ah, pir nya habis? Kau suka?"
"Perawat membuat baesuk."
"Oh oh. Begitu?" Sarang tampak terkejut. Dia tidak menyangka Baekjin Na mau menjawab pertanyaan nya dengan lebih ramah hari ini. "Sepertinya kondisi mu sudah lebih baik, Baekjin."
Yang ini, Baekjin Na tidak menjawab. Dia hanya menatap tangan Sarang yang meletakkan keranjang jeruk di atas meja. Tapi itu memang benar. Dia sudah bisa bicara lebih leluasa sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending Buat Bias Ku
FanfictionBaekjin Na, tokoh antagonis utama di webtoon kesukaan Sarang, berakhir meninggal karena kecelakaan. Sosoknya yang over power dan tidak terkalahkan bahkan oleh pemeran utama cerita, membuat semua pembaca kecewa dengan ending cerita aslinya. Jadi, Sar...