BJN 07. Happy birthday kesayangan

50 11 1
                                    

BJN 07. Happy birthday kesayangan

Sudah dua hari berlalu dari pembicaraan Sarang dengan ayahnya malam itu. Sarang tidak bertemu dengan ayahnya sama sekali. Tapi dia berharap, jika memang ayah tidak mau menjadikan Baekjin sebagai calon ketiga, setidaknya ayah punya jalan keluar yang jelas untuk masalah Doo-joon.

"Atau habisi saja sekalian cowok itu!" Gerutu Sarang tanpa sadar cukup jelas untuk didengar nenek.

Mereka sedang bersiap untuk berangkat sarapan hari itu. Bedanya, hari ini agak spesial karena hari ini adalah hari ulang tahun Baekjin Na.

"Anda mau menghabisi siapa, Nona?" Tanya nenek dengan dahi berkerut.

"Ah ehm.. bukan siapa-siapa." Ucap Sarang salah tingkah. "Ngomong-ngomong, apa gaun ku hari ini sudah siap?"

"Sudah, Nona. Apa Anda ingin melihatnya?"

"Tidak. Hanya bertanya." Sarang merapihkan beberapa helai rambutnya yang menjuntai dan menyelipkannya di belakang telinga. Ada jepit rambut pemberian Baekjin Na diatasnya.

"Kue buatan Anda sudah disiapkan di depan paviliun." Kata nenek kemudian. "Hanya saja, ada tuan Jungho disana."

"Ya? Jungho Oppa?"

"Ya, Nona. Beliau disana sejak kemarin, sepertinya beliau mempersiapkan beberapa dokumen untuk hari ini."

"Apa mereka tetap mementingkan pekerjaan di pesta akhir tahun?" Gerutu Sarang lagi. "Ya sudah, terpaksa aku harus menghentikan mereka."

Sarang tersenyum lebar seraya bangkit berdiri dan melangkah keluar kamar. "Hmm.. kan bagus kalau aku punya ponsel. Ck." Kata Sarang sambil melangkah disepanjang koridor.

"Kenapa tidak minta ponsel untuk ulang tahun Anda?" Timpal nenek.

"Karena aku punya permintaan lain." Jawabnya. "Dan aku yakin ayah akan memberi ku satu pada akhirnya."

Sarang pun melangkah santai menuruni tangga. Tapi memorinya mengingat saat-saat dia akan jatuh kemarin dan itu membuatnya jadi sedikit lebih waspada.

***

Sementara itu di kamar Baekjin Na, di paviliun, Jungho sedang membuka-buka sebuah bendel dokumen setebal dua senti dengan ditemani secangkir kopi yang sudah tinggal sedikit. Jungho pun mengambil cangkir itu, menenggak isinya sampai habis dan menghela nafas panjang. Matanya sudah berkedip-kedip saking lelahnya.

"Waktunya semakin mepet." Kata Jungho menoleh sebentar pada Baekjin Na. "Apa benar ini bisa selesai?"

"Pasti bisa." Jawab Baekjin Na optimis.

"Yah.. tentu saja." Ucapnya menghibur diri. "Ngomong-ngomong, kau sudah beritahu Nona, kan, soal keberangkatan kita?"

Yang diajak bicara terpaku sejenak, memejamkan mata dalam-dalam, lalu mengangkat alis supaya tidak mengantuk. "Belum." Jawabnya.

"Kau ini.. Kalian bisa bertengkar lho nanti."

Baekjin menoleh dengan bimbang. "Sebenarnya aku ingin tinggal disini sehari lagi, Hyung."

"Tidak!" Jawab Jungho langsung. "Kau tahu itu tidak mungkin.. Ada jamuan makan malam penting dengan menteri malam natal nanti."

Baekjin Na diam-diam menghela nafas.

"Karena itu, kali ini pasti kan kau mengatakannya dengan benar pada Nona."

Baekjin tertunduk sejenak, tapi tidak protes. Dia hanya menatap pintu kamarnya seakan mengharap sesuatu datang dan benar saja tak lama setelah itu, pintunya diketuk.

"Siapa pagi-pagi begini?" Ucap Jungho otomatis. Baekjin segera berdiri dan membuka pintunya. Dalam hati dia sudah bisa menduga siapa orangnya.

"Hallo!!!" Sarang menyapa dengan ceria begitu pintu terbuka. Lalu dia menunjukkan kue ulang tahun yang dia bawa sambil berseru, "Happy birthday!" Dan Baekjin Na terdiam terpaku sejenak.

Happy Ending Buat Bias KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang