BJN 04. Pertengkaran kecil

81 11 3
                                    

BJN 04. Pertengkaran kecil

Denting cangkir membangunkan Sarang dari khayalannya yang jauh. Pandangannya dia naikkan beberapa derajat hingga menemukan Baekjin Na di depannya, dengan ponsel di tangan dan baru saja meletakkan cangkir ke atas tatakannya.

Ini masih pagi dan Baekjin sudah sangat sibuk. Pikir Sarang.

Baru beberapa menit lalu Baekjin Na minta izin untuk mengecek beberapa email masuk di ponselnya. Dia bilang kalau beberapa adalah email yang harus segera dia balas. Sarang tidak suka melihatnya terus menatap ponsel begitu. Tapi dia tahu sebabnya. Baekjin Na tidak sarapan pagi, dia hanya menemaninya sambil minum kopi, dan dia pasti bosan menunggu.

Apa itu sebabnya nenek melarang ku pergi tadi pagi? Pikir Sarang antara menyesal dan malu sendiri.

"Kenapa?" Tanya Baekjin yang tersadar dengan tatapan Sarang. Sarang buru-buru menggeleng.

"Tidak, bukan apa-apa." Jawabnya. "Aku hanya berfikir seharusnya aku bertanya dulu tadi apa kau mau sarapan atau tidak. Kau jadi buang-buang waktu."

Baekjin tersenyum kecil. "Tidak apa-apa." Katanya. "Setidaknya aku jadi punya teman ngobrol supaya tidak mengantuk. Perbedaan zona waktu cukup merepotkan."

"Haha.. begitu ya." Ucap Sarang canggung.

Baekjin kembali lagi fokus pada ponselnya. Bahkan ketika Sarang selesai dengan sarapannya, dia masih belum lepas dari ponsel itu.

"Ngomong-ngomong, apa kau selalu renang di pagi hari?" Tanya Sarang karena merasa terlalu hening.

"Hmm.. tidak, hanya sekali atau dua kali seminggu." Jawab Baekjin menaikan pandangannya dari ponsel. "Tadinya hanya sebagai terapi pasca kecelakaan, tapi akhirnya jadi kebiasaan."

Baekjin mengakhiri jawabannya dengan sebuah senyuman, tapi kemudian dia kembali fokus pada ponselnya. Sarang merasa agak kesal melihat itu. Dia ingin Baekjin Na memperhatikannya. Lalu tiba-tiba Sarang teringat sesuatu.

"Hmm.. sebenarnya ponsel lama mu masih ada padaku, Baekjin." Ucap Sarang mencoba menarik perhatiannya. Dia tidak menduga kalau Baekjin Na akan terkejut.

"Ponsel?"

"Ya. Yang kau titipkan dulu itu."

Baekjin terdiam. Tangannya yang sedang memegang ponsel, membeku. Ekspresinya berubah dingin, tampak kecewa. Sarang tidak menduga hal tersebut mengganggunya.

"Bukankah aku meminta mu untuk membuangnya?"

"Ya." Jawab Sarang merasa agak takut. Atmosfer nya mulai terasa dingin dan sesak sekarang. "Ku pikir kau ingin membuang itu karena tidak membutuhkannya. Aku hanya menyimpannya. Aku bahkan tidak membukanya sama sekali."

"Kenapa?" Tanya Baekjin Na terdengar mengintimidasi, tidak suka.

"Hanya ingin menyimpannya." Jawab Sarang melihat ke arah lain. Baekjin tampak menakutkan.

"Kau menyimpannya sebagai cinderamata?" Tanyanya lagi. Sarang menyadari nada bicaranya mulai meninggi.

"Aku hanya ingin menyimpannya. Kau kan sudah membuangnya!"

"Kau menyimpan sampah sebagai cinderamata?!!" Ucap Baekjin jelas sekali terdengar marah.

Sarang terlalu takut untuk menjawab.

"Berikan padaku!" Ucap Baekjin memerintah.

Lama tak ada jawaban.

Dia bisa melihat keengganan dalam ekspresi Sarang. "Sarang!"

Yang dipanggil merasa terkejut dan tersentak. Di satu sisi dia senang dipanggil dengan namanya, di satu sisi dia merasa takut dengan nada bicara Baekjin Na. Tapi kemudian, Sarang tahu tak ada gunanya membantah. Dia pun meminta maaf.

Happy Ending Buat Bias KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang