SRG 18. Farewell

97 17 3
                                    

Bab 18
Farewell

Sekretaris Cho baru saja menerima pesan dari nenek pengasuh Sarang. Dia ragu-ragu untuk mengabari bosnya karena beliau sedang membaca dokumen yang baru diterimanya pagi ini. Itu adalah dokumen penyelidikan pembunuhan adik dan istrinya.

"Katakan saja, sekretaris Cho." Kata Kwang-Seo Park menoleh padanya. "Kegelisahan mu membuat ku tidak nyaman."

"Maafkan saya!" Kata sekretarisnya buru-buru.

"Kau pasti tahu apa isi dokumen yang dikirimkan Jongdae kan? Semua adalah pencapaiannya dan sama sekali tidak ada yang bisa aku lakukan." Kata Kwang-Seo Park masam. Dia menutup dokumen itu dan meletakkannya di atas meja.

Sekarang Kwang-Seo Park duduk lebih tegak. "Jadi, ada apa?"

"Ini soal Nona." Kata sekretarisnya. "Beliau membatalkan semua kelas hari ini setelah pulang dari rumah sakit."

"Pasti soal Baekjin Na lagi." Ucap ayahnya bosan. "Biarkan saja. Kita tahu ini pasti akan terjadi."

"Apa.. anda tidak mau menemui nona? Saya akan mengatur jadwal supaya Anda bisa pulang lebih awal."

"Tidak perlu. Aku yang membuatnya begitu, mana mungkin aku menghibur nya?" Kwang-Seo Park tertawa miris. "Dia bahkan mungkin akan menyalahkan ku dan minta aku untuk membatalkannya."

Kwang-Seo Park kembali memegang dokumennya. Meski begitu, pikirannya tidak disana. Dia tetap memikirkan putri semata wayangnya.

Keesokan harinya..
Sarang dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah sepanjang malam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

Sudah pasti perkiraannya bahwa semua adalah rencana ayah adalah benar. Dia menyadari itu karena setelah dia membatalkan semua sisa kelasnya kemarin, ayah tetap tidak datang dan tidak memberi respon apapun. Padahal Sarang sudah menyiapkan segala macam argumen karena ingin mendengar sendiri alasan ayahnya melakukan itu.

Tapi bahkan ketika Sarang menolak makan malam, ayahnya juga tetap tidak merespon.

Baiklah, jika memang itu yang ayah inginkan. Pikir Sarang dengan perasaan yang terluka.

"Anda tahu kalau hari ini adalah harinya, kan, Nona?" Tanya paman dalam perjalanan mereka ke rumah sakit.

Sarang yang sudah pasrah menerima keadaan, memandang keluar jendela dengan pandangan kosong. "Ya. Aku tahu." Jawabnya.

Mereka pun sampai di rumah sakit. Paman yang membukakan pintu mobil, segera menyingkir ketika Sarang lewat.

Sarang segera melangkah cepat ke dalam, meninggalkan paman yang baru saja menutup pintu.

Dia sudah sampai di lorong kosong tempat lift khusus ketika paman menyusulnya. Lalu sekejap kemudian, pintu lift terbuka dan mereka pun masuk.

Keheningan menyelimuti mereka dan tidak ada satupun cahaya di wajah Sarang. Dia benar-benar murung.

"Kita sampai, Nona."

Sarang mengangguk. Dia mengetuk dan membuka pintu kamar Baekjin Na sepelan mungkin. Laki-laki itu berdiri dan sedang mengganti baju rumah sakit dengan baju bepergian.
Sarang terdiam menunggu.

Perawat yang membantunya segera undur diri setelah selesai. Dia keluar dari pintu dan meninggalkan mereka berdua.

"Kau sudah siap?" Tanya Sarang.

"Ya." Jawab Baekjin Na tidak bergerak. Dia tidak menoleh, hanya menatap meja dan kursi tempat Sarang biasa duduk.

"Kapan?"

Happy Ending Buat Bias KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang