BJN 12. Ultah Seongje
Musim terus berganti, sepanjang bulan dan sepanjang tahun. Bunga plum di kebun juga terus berganti bunga, buah dan daun seperti melodi berulang lagu anak-anak zaman sekarang. Yang tidak berubah hanya suasana mansion yang sepi. Kwang-Seo Park, ayah Sarang, berdiri termenung di depan jendela ruang kerjanya, sekali lagi kehilangan musim yang berganti diam-diam.
"Tiba-tiba saja sudah musim semi." Gumamnya pada rembulan yang cahayanya mengintip perlahan dari balik cakrawala.
Dan sudah 4 tahun juga sejak Sarang meminta untuk tinggal sendiri, tambahnya dalam hati. Padahal itu adalah tahun yang sama ketika wine beracun masuk ke rumah. Bocah itu benar-benar tidak tahu kalau jantung ayahnya serasa mau copot. Bagaimana bisa diantara sekian banyak waktu, dia memilih waktu paling beresiko untuk memulai hidup sendiri?
Dia memintanya tepat di malam tahun baru, yang seharusnya jadi hari ketika orang-orang berkumpul bersama keluarga mereka dalam kehangatan dan suka cita. Tapi yang dia dan Sarang lakukan adalah bersitegang.
"Kau tidak berfikir ayah yang menyuruh Baekjin Na untuk kembali ke Amerika lebih awal, kan?" Kata ayah begitu Sarang mengatakan ingin tinggal sendiri. Mereka sudah dalam posisi menyerang dan bertahan, udara pun rasanya kian memadat.
"Aku tahu." Kata Sarang dengan dahi berkerut. "Aku meminta tinggal sendiri bukan karena itu, tapi memang karena aku ingin."
"Di luar sana berbahaya! Kau.." Ayahnya terdiam sebentar menghela nafas. "Kau tahu ibu dan bibi mu meninggal dalam keadaan seperti apa."
Tapi sampai akhir, Sarang tetap bersikeras. Dan itu membuat repot semua orang.
Dengan persiapan yang terburu-buru, itu adalah keputusan paling beresiko yang mereka buat.
Lalu, setelah pembangunan rumah, penetapan standar keamanan, dan segala hal-hal kecil yang perlu disiapkan, Sarang pun keluar dari rumah, tepat di hari dia masuk universitas.
Dia bahkan masuk kuliah lebih cepat setahun, pikir ayahnya was-was. Sepintar apa pun anak nya, dia lebih suka Sarang tetap berada dalam pengawasan nya.
"Mansion besar ini jadi semakin sepi."
Bahkan ketika mereka bertemu di makam bibi nya beberapa waktu yang lalu, Sarang tidak terlihat menyesal sudah pergi dari rumah. Kwang-Seo Park pun bertanya karena merindukan anak perempuan nya, tapi anak itu menanggapi nya biasa saja.
"Seharusnya kau pulang sekali-sekali, kan?"
"Aku kan sudah datang saat tahun baru. Lagipula, kenapa aku harus sering-sering mampir? Aku kan bukan anak-anak lagi."
"Tapi kita bahkan tidak pernah bertemu selama berminggu-minggu. Apa kau tidak merindukan ayah?"
"Memangnya jika aku datang, ayah akan ada di rumah?"
Tentu saja tidak. Kwang-Seo Park tidak pernah berada di rumah, terutama sejak pisah rumah dengan Sarang. Karena terbiasa sendirian, dia jadi terbiasa beristirahat di kantor dan tidak pulang berhari-hari. Bahkan sekretaris barunya berkata, mungkin lebih baik memindahkan rumah ke kantor saja.
Meski begitu, setidaknya dia bisa sedikit tenang karena Sarang ditemani pengawal di sana sini. Termasuk Seongje Geum dan Hakho Ji yang selalu standby di samping nya. Yah meskipun kadang agak ketar ketir juga.
***
Waktu yang sama, tempat yang berbeda.
Kedai Gwangseok tidak seperti biasanya. Kedai yang setiap harinya selalu penuh dan ramai itu, hari ini mendadak sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk dan berdiri di depan pintu. Tulisan besar-besar dipasang di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending Buat Bias Ku
FanficBaekjin Na, tokoh antagonis utama di webtoon kesukaan Sarang, berakhir meninggal karena kecelakaan. Sosoknya yang over power dan tidak terkalahkan bahkan oleh pemeran utama cerita, membuat semua pembaca kecewa dengan ending cerita aslinya. Jadi, Sar...