SRG 21 Ke Rumah Sakit

111 15 6
                                    

Bab 21
Ke Rumah Sakit

Paket yang dimaksud paman sudah menyambut Sarang di atas meja kamarnya. Matanya berbinar melihat kotak yang dibungkus kertas coklat rapih itu.

"Kenapa besar begini?" Sarang membukanya cepat-cepat.

Suratnya ada dua. Satu dari Gyuri dan satu dari Baekjin Na. Dan ada satu kotak hitam besar dengan pita merah bersama dengan keduanya.

"Argh.. tepat disini!" Gumam Sarang memegangi dadanya yang berdebar senang. Dia memandang tulisan tangan Baekjin Na yang ramping.

"Ah, apa ada orang?" Pikir Sarang. Tapi tidak ada siapapun disana. Apa semua orang sengaja pergi? Pikir Sarang nyengir.

Dia membuka surat Baekjin Na lebih dulu karena khawatir tidak ada kesempatan lain untuk itu. Dia sangat senang dan bersemangat. Dia mulai membacanya.

Hai. Aku sudah sampai di Amerika ketika menulis ini. Pelayan mu berkata dia tidak sempat pamit. Jadi dia langsung mengirimi mu surat. Aku hanya berfikir sekalian saja.
Ps. Aku mengirimkan coklat juga.

"Hah.." Sarang menghela nafas panjang. Bagaimana mungkin Baekjin Na menulis surat seperti menulis pesan singkat? Padahal Sarang masih ingin membaca tulisannya lagi. Memang apa susahnya menulis surat? Bahkan jika Baekjin Na hanya membicarakan tentang cuaca, dia akan tetap merasa senang.

Lalu dengan masih menyayangkan betapa pendeknya surat Baekjin Na, Sarang pun membuka surat dari Gyuri. Surat itu sepanjang 3 lembar kertas yang intinya hanya ucapan selamat tinggal.

"Dia benar-benar berlebihan. 180⁰ dibanding Baekjin." Kata Sarang melipat kembali surat itu setelah membacanya. "Tapi aku memang merindukannya juga sih."

Sarang melipat surat kedua dan melihat kotak yang Baekjin Na maksud sebagai coklat yang dia kirimkan.

"Ini hadiah dari Baekjin, ya?" Gumam Sarang. "Apa aku simpan saja selamanya?" Sarang terkekeh sendiri.

Dia pun merapihkan surat-suratnya dan menyimpannya di laci, bersama coklatnya juga.

Apa aku harus membalasnya sekarang? Pikir Sarang. Dia terdiam cukup lama untuk memikirkan apa yang akan dia tulis, sampai kemudian dia memutuskan untuk tidak menulis hari ini. Dia justru mengambil tteokbokki yang dia beli tadi dan memakannya.

"Hah.. rasanya masih ingin membuat kekacauan. Tapi apa ya?" Gumamnya. "Mari kita pikirkan setelah makan dan tidur siang." Ucapnya sambil terkekeh.

Waktu berlalu dengan suasana mansion yang kosong hari itu. Itu karena separuh jumlah pekerja di mansion dialokasikan untuk pesta akhir tahun perusahaan. Tapi ketika menjelang tengah malam, mansion sudah kembali penuh.

Laporan mengenai Hakho Ji dan Seongje Geum juga sampai di tangan Sarang di waktu-waktu itu. Paman yang mengantarkan laporan, tampak khawatir ketika memberikannya.

"Apa ada masalah?" Tanya Sarang ketika menerima laporannya. Dia belum membuka itu, tapi melihat ekspresi paman, dia jadi curiga.

"Kondisi mereka cukup buruk. Meski begitu, mereka sudah mendapat pengobatan dengan cepat. Semua ada di laporannya." Kata paman.

Sarang mulai membuka laporan itu. "Kerja bagus, Paman." Katanya. Dia membaca laporan itu dengan cermat hingga sampai pada kalimat, "Hakho Ji pendarahan di usus?"

"Ya, Nona. Dokter menduga, sejak awal memang ada infeksi. Tapi kemudian ada benturan hingga sesuatu seperti ini terjadi. Saya pikir itu karena pukulan yang diterimanya."

Sarang mengangguk setuju. "Apa mereka memang suka membunuh orang?" Ucap Sarang pelan. "Apa Sky River memang bekerja seperti itu?"

"Saya kurang paham soal itu. Perusahaan kita memang memiliki hubungan yang baik dengan mereka. Tapi hanya sebatas itu."

Happy Ending Buat Bias KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang