BJN 05. Marahan jangan lama-lama

78 11 10
                                    

BJN 05. Marahan jangan lama-lama

Malam semakin larut. Sarang hanya mengetuk-ngetuk meja dengan pulpennya sambil sesekali menghela nafas. Halaman bukunya masih tidak berubah sejak awal dia membukanya. Juga tidak ada satu coretan yang dia buat di halaman buku mana pun. Dia hanya memandang tulisan di bagian tengah halamannya.

 Dia hanya memandang tulisan di bagian tengah halamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baekjin.. kenapa semarah itu sih?" Gumamnya menghela nafas lagi. Tangannya mengusap halaman itu dengan penuh kasih sayang. Itu adalah halaman yang memuat soal buatan Baekjin Na beberapa tahun yang lalu. Entah karena apa, Sarang hanya merasa punya ikatan yang kuat dengannya, seperti menyatu dengan pikiran Baekjin Na.

Tapi itu tak berlangsung lama, dengan lelah dia meletakkan kepalanya di atas meja. Sementara Sarang malas-malasan, terdengar suara ketukan di pintu. Suara nenek terdengar kemudian.

"Sudah waktunya tidur, Nona."

"Hmm.." Sarang menjawab dengan gumaman malas. Tapi kemudian dia buru-buru duduk lebih tegak ketika mendengar langkah kaki nenek yang bergerak mendekat.

"Anda tidak mengerjakan apapun dari tadi?"

"Aku hanya membaca contoh soal saja." Kata Sarang tergesa-gesa menutupi semua bukti kemalasan di mejanya.

"Anda berada di halaman yang sama sejak mulai belajar tadi."

"Nenek terlalu peka." Gerutu Sarang seraya menyusun buku-bukunya kembali ke tempatnya.

"Jika memang Anda merasa terganggu, mengapa tidak mencoba meminta maaf lagi, Nona? Anda bisa membawa hadiah."

"Baekjin punya segalanya. Memangnya apa yang bisa aku berikan?"

"Hadiah bukan soal punya atau tidak. Tapi soal ketulusan."

Sarang memalingkan wajah dengan kesal. "Nenek bilang dia pergi sejak sore. Apa dia sudah kembali?"

"Sepertinya belum."

"Lalu bagaimana aku harus meminta maaf?"

Sarang yang sudah selesai merapihkan meja sekarang memutuskan untuk naik ke tempat tidur. Dilihatnya, nenek sedang menahan diri untuk tidak lagi memberi komentar.

"Aku akan tidur."

"Baik, Nona. Selamat malam."

Dia bisa mendengar langkah kaki nenek yang menjauh. Juga suara pintu yang dibuka dan ditutup kembali.

Kamarnya kembali sepi. Sarang yang sudah berbaring kini mencoba memejamkan mata. Tapi pikiran soal Baekjin Na yang tiba-tiba pergi meninggalkannya siang tadi membuatnya terus terjaga. Sejujurnya itu menjadi lebih mengganggu setelah kejadian pagi tadi. Perasaannya bertambah pedih setiap kali mengingatnya.

Ini membuat ku serba salah, batin Sarang gundah. Rasanya dia ingin berlari ke tempat Baekjin Na dan menyebutkan segala macam alasan, meskipun tidak masuk akal, supaya dia tidak marah lagi. Tapi apa yang harus dia katakan? Aku suka barang bekas yang kau gunakan! Aku fetish!!

Happy Ending Buat Bias KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang