SYN 06. Bulan November
Matahari muncul perlahan dengan sinarnya yang memunculkan bayangan dari segala macam benda. Tetesan embun yang biasanya jatuh ke tanah sekarang mulai membeku. Dedaunan yang meninggalkan rantingnya juga semakin banyak menumpuk disana sini. Dan jejak-jejak binatang mengumpulkan makanan semakin memperjelas perubahan musim gugur tahun ini.
Sarang tidak begitu merasakan perubahannya jika saja dia tidak menatap keluar jendela dan melihat sendiri rerumputan yang berubah warna. Inilah dia, akhirnya memasuki bulan November. Itu artinya bulan depan adalah hari ulang tahunnya sekaligus pesta besar akhir tahun ECO grup.
Sarang menghela nafas dan bergerak menjauhi jendela. Langkahnya berat.
Sudah beberapa tahun terakhir, dia tidak pernah menunggu-nunggu hari ulang tahunnya. Sepertinya sejak dia lulus kuliah. Karena sejak saat itu, ayahnya selalu menyuruhnya untuk datang ke pesta akhir tahun ECO grup sekaligus bekerja disana juga.
Dia memang tidak begitu menyukai pesta. Tapi yang jadi masalah sebenarnya adalah karena ayahnya ingin Sarang segera bekerja di kantor ECO grup dan menempati kantor di lantai 5, lantai khusus direktur. Itu artinya dia akan bekerja bagai kuda.
Kenapa harus bekerja bagai kuda kalau dia bisa bekerja normal, menjadi karyawan normal, mendapat gaji normal, circle yang normal, dan lingkungan yang menyenangkan daripada mengambil tugas besar sebagai bos beserta resiko dan tekanan lainnya. Jika saja ayah mengerti bahwa putrinya lebih suka hidup santai.
"Waktunya sarapan, Nona." Ucap nenek pengasuhnya dari depan pintu. Buyar sudah khayalan nya tentang hidup normal.
Perlu diingat, selain ayahnya, ada juga wanita tua ini yang kekeh menyuruhnya bekerja di gedung kembar ECO grup.
Selama ini nenek selalu membujuknya tanpa lelah. Metodenya pun beragam. Ada yang dengan memberinya persoalan supaya Sarang memberi solusi, kadang dia memberi cerita dengan analogi masuk akal tapi menyebalkan, kadang dia memuji secara berlebihan, kadang juga menyebutkan keuntungan menjadi bos ECO grup. Sayangnya dia tidak menyebutkan soal lembur, dinas keluar, masalah internal dan eksternal, dan masalah lainnya lagi.
"Aku datang." Kata Sarang menjawab panggilannya.
Dengan tingkat kesopanan yang sempurna, nenek menyambutnya yang baru keluar kamar. Dia pun mendampingi Sarang sampai ke meja makan, melayaninya, hingga membacakan agendanya hari itu.
"Anda akan meninjau kembali kesiapan ECO Cargo untuk proyek ICO nanti siang, Nona. Untuk itu, kami meminta Tuan Seongje untuk datang ke kantor Anda."
"Ku pikir meninjau itu artinya aku yang datang."
"Tidak harus begitu. Tapi mengingat apa yang terjadi semalam.."
"Semalam tidak terjadi apa-apa." Ucap Sarang seraya mengelap ujung bibirnya dengan serbet.
Ya, semalam memang tidak terjadi apa-apa. Saat perjalanan pulang dari kedai ke rumah, yang ada hanya sebuah motor yang mengikuti mobil mereka selama beberapa saat. Tidak ada yang terjadi. Tapi mengingat insiden yang baru terjadi akhir-akhir ini, semua orang merasa was-was akan hal-hal kecil.
"Anda harus waspada terhadap berbagai kemungkinan, Nona." Tambah nenek.
"Aku mengerti." Jawab Sarang. Mungkin itu terdengar seperti alasan. Tapi Sarang benar-benar mengerti. Karena sedikit banyak, dia tetap merasa ada sedikit trauma yang tertinggal dari kejadian itu. Sungguh dia tidak mau mengalaminya lagi.
Setelah selesai dengan sarapan, Sarang pun bersiap untuk berangkat. Namun sebelum melangkahkan kaki keluar rumah, Sarang memperhatikan nenek sejenak.
Tua dan rapuh, tapi selalu berusaha menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Bukan kah sudah saatnya dia pensiun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending Buat Bias Ku
FanfictionBaekjin Na, tokoh antagonis utama di webtoon kesukaan Sarang, berakhir meninggal karena kecelakaan. Sosoknya yang over power dan tidak terkalahkan bahkan oleh pemeran utama cerita, membuat semua pembaca kecewa dengan ending cerita aslinya. Jadi, Sar...