BAGIAN 5. Desas Desus

30 12 1
                                    

Seseorang telah tertusuk pedang pendek dan sedang menjerit kesakitan.

"Dasar keparat..!! kau menyembunyikan kemampuanmu."

Pekik salah satu assasin itu sambil menahan rasa sakit. Assasin yang satunya lagi menghalauku dan menjaga jarak dari kami.

"Hehe salahmu sendiri meremehkan lawan" Gadis itu menarik pedang yang tertusuk pada tubuh assasin itu.

"Kalau kau bisa bertarung kenapa tidak dari tadi membantuku?" Aku berucap ketus ke gadis itu.

"Itu namanya strategi dasar pemula, mencari celah dan kelemahan lalu melakukan serangan balik" Balas gadis itu.

"Ciih dasar gadis yang berbahaya tapi lumayan juga, kita bisa membalikan keadaan sekarang."

Aku dan gadis ini menyerang secara bersamaan ke arah kedua assasin tersebut, Karena salah satu teman assasin itu terluka cukup parah jadi pertarungan di ungguli oleh aku dan gadis ini, di saat-saat kedua assasin itu terdesak, salah satu assasin melempar tong sampah yang berada di dekatnya ke arah kami.

"Tiing..!"

Aku menangkis tong sampah yang terbang ke arah kami. "Dasar pecundang, mereka mau kabur begitu saja." Aku dengan sigap menuju assasin itu. "Tak akan kubiarkan kalian lari."

"Kalau kita bertemu lagi kupastikan kau akan membayar semuanya bocah sok pahlawan."

Assasin itu melempar bom asap ketika aku hendak mengejar mereka, yang membuat pandanganku menghitam, dan menjadi kesempatan bagi assasin itu untuk melarikan diri.

"Siaalan!! mereka kabur begitu saja."

Aku berhenti mengejar kedua assasin yang berhasil kabur tersebut, tidak lama setelah itu gadis itupun mendekatiku.

"Biarkan saja para pecundang itu, mereka juga tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan" Gadis itu menyarungi kembali pedangnya.

"Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan di tempat ini sendirian?" tanyaku kepadanya.

"Bukan urusanmu, jangan suka mencampuri urusan orang lain" Gadis itu menjawab dengan angkuhnya.

Dahiku mengerinyit, aku cukup kesal atas ucapan gadis yang ada di hadapanku ini. "Ciih dasar tidak tau berterima kasih sudah di bantu pula malah berucap songong" Jawabku kesal.

"Aku tidak pernah meminta bantuan siapapun atau jangan-jangan kau penguntit?" Gadis itu malah menaruh curiga kepadaku.

"Aah sudahlah anggap kita tidak pernah bertemu, silahkan lakukan sesukamu."

Aku menggunakan sedikit sihir es untuk membekukan luka ini menggunakan keris dua yang bisa mengeluarkan sedikit efek sihir es, agar darah yang keluar dari bekas sayatan tadi bisa sedikit teratasi, kemudian berjalan menjauh dari gadis angkuh itu.

"Dasar wanita tidak tau diri seharusnya dia bersyukur karena sudah aku bantu."

Gadis itu tampak acuh dan segera meninggalkan gang, aku kesal dengan kejadian tadi karena bantuanku sama sekali tidak di hargai, aku malah menggerutu sepanjang jalan.

Dari pada aku terus memikirkan kejadian tadi lebih baik aku ke klinik terdekat untuk melakukan perawatan luka ini. Kris tampak acuh dengan kejadian tadi dan berusaha melupakannya.

Aku berjalan menuju klinik terdekat untuk melakukan pengobatan sambil menahan sakit akibat sayatan yang berada dekat perutku, aku masih merasa kesal dengan kejadian yang barusan aku alami.

Akhirnya aku menemukan klinik di kota ini dan segera masuk untuk melakukan pengobatan. Setelah beberapa saat pengobatanpun selesai.

"Terima kasih tuan atas bantuannya" Aku bangkit dari kursi dan melihat perban sudah menutupi luka dengan sempurna.

[Tamat] Pahlawan dari Pandai BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang