BAGIAN 19. Masa Lalu Friya

13 4 0
                                    

Friya dulunya anak yang sangat manja susah di atur dan sering bermalas-malasan, orang tuanya tidak begitu khawatir karena Friya sendiri seorang perempuan anak dari bangsawan.

Meskipun begitu orang tua Friya sangat berharap Friya mendapatkan pendidikan yang layak agar kelak dia menjadi seorang bangsawan yang intelek dan berdedikasi tinggi terhadap Kerajaan. 

Friya yang berumur sepuluh tahun itu nampak ceria setiap harinya dan sering kabur dari rumah untuk bermain di sekitaran kota, kadang bermain bersama tetangga rumahnya. 

“Friya!! Friya!!”

Teriak ibu Friya memanggil namanya beberapa kali. Edwin yang kebetulan berada dekat di pekarangan rumah Friya mendengar teriakan ibu Friya lantas mendekat.

“Friya tidak ada di rumah lagi ya tante?” Tanya Edwin

“Iya nih nak Edwin, boleh tante meminta tolong mencarikan Friya?” Ibu Friya meminta pertolongan kepada Edwin. 

“Baik tante aku akan segera mencarinya” Edwin menerima permintaan Ibu Friya. 

“Terima kasih banyak nak.”

Ibu Friya tersenyum dan masuk kembali ke dalam rumahnya. Edwin berjalan menuju pusat kota dan berusaha membawa Friya pulang ke rumah. 

Pusat perbelanjaan kota terlihat Friya sedang berjalan menuju pedagang ice cream sekaligus membuat pesanan. “Aku mau ice cream coklatnya satu tuan” Ucapku membeli Ice cream itu. 

Pedagang itu memberikan ice cream kepadaku. “Harganya 3 koin perunggu nona” Ucap penjual kepadaku.

“Baik kalau begitu, ini tuan kembalianya simpan saja” Aku memberikan 1 koin perak ke penjual itu.

“Terima kasih banyak nona yang cantik nan dermawan” Penjual itu nampak senang dan tersenyum kepadaku. 

Aku berjalan menuju alun-alun kota, dari kejauhan terlihat Edwin sedang memperhatikan sosok gadis yang dia kenal sedang makan Ice Cream di bangku yang ada di alun-alun kota, lantas Edwin langsung mendekatinya. 

“Haah akhirnya aku bisa menemukanmu Friya.” Edwin duduk di sampingku, sembari melihat aku yang sedang asik menikmati Ice cream. “Ibu kamu sedang mencari kamu tuh, jangan membuat orang lain repot tau” Kesal Edwin kepadaku.

“Siapa juga yang merepotkanmu salahmu sendiri mau mencariku” Aku masih asik menikmati ice cream ini. 

“Haduh.. ibu kamu tuh minta tolong suruh carikan tuan putrinya yang sering berkeliaran dari rumah tanpa berpamitan.” Edwin sedikit menghela nafasnya karena sudah sering di mintai pertolongan untuk mencariku. 

“Iya bawel habis ini aku akan segera pulang” Jawabku jutek. 

“Dua minggu yang akan datang aku akan mengikuti ujian masuk Akademi Militer Kerajaan.”

“Terus??”

Aku tidak perduli dan tidak tertarik tentang pembahasan Edwin mengenai ia yang ingin menjadi prajurit kerajaan.

“Aku mau menjadi Prajurit, mereka merupakan orang-orang yang melindungi warga, memberikan rasa aman terhadap mereka, ini merupakan pekerjaan yang mulia, kamu yakin tidak tertarik?” Edwin mencoba meyakinkanku. 

Aku masih cukup bingung, soalnya menjadi Prajurit bukanlah pekerjaan yang mudah, hampir semua orang ingin menjadi Prajurit karena tunjangan dan bonus yang menggiurkan, aku cuman tidak senang saja jika terlalu sering bertemu dengan orang-orang munafik di sana, aku sadar betul akan desas desus di Akademi Militer. 

“Nanti aku pikirkan kembali Edwin aku cuman agak sedikit muak saja sama orang-orang yang ada di Akademi Militer” Jawabku kepada Edwin.. 

“Ini juga salah satu harapan orang tuamu Friya hitung-hitung untuk menyenangkan mereka, tidak semua orang di Akademi buruk, paling ada beberapa oknum saja, orang tua kita ingin memberikan yang terbaik pada anaknya, kalau kau memang tidak mau jadi Prajurit setidaknya kau bisa mendapatkan pendidikan yang layak di Akademi” Jawab Edwin masih meyakinkanku. 

[Tamat] Pahlawan dari Pandai BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang