Upacara pemakaman anggota Keluarga Friya di lakukan beberapa hari setelah kejadian itu, Friya hanya bisa menangis sepanjang waktu mengingat kejadian itu.
"AYAAH!! IBUUU!!"
"Maafkan Friya, kenapa ini semua bisa terjadi hiks, hiks."
Aku menangis sambil memeluk erat Batu Nisan kedua orang tuaku yang bersebelahan.
"Edwin temani Friya disini dia pasti membutuhkanmu" Ucap Ayah Edwin.
"Baik, ayah dan ibu kembali saja duluan biar aku yang menemani Friya disini" Balas Edwin.
Keluarga Edwin dan sanak saudara Friya meninggalkan area pemakaman, yang tersisa hanya aku dan Edwin.
"Kenapa ini semua harus terjadi?!! Apa yang salah dariku?" Aku masih menangis tersedu-sedu.
"Semua orang pasti akan mati Friya kita tinggal menunggu giliran saja, sebaiknya jangan sampai berlarut-larut ini tidak baik untukmu" Edwin berusaha menenangkanku.
"Kau enak Edwin keluargamu masih utuh sedangkan aku harus menanggung semua ini" Aku masih saja tidak menerima kenyataan.
Edwin mendekat dan memegang pundakku. "Aku tau ini berat Friya tapi kau harus menerima kenyataan, masih banyak yang bisa kau lakukan, ini untuk kebaikanmu dan permintaan orang tuamu jangan lupakan itu" Edwin masih berusaha menenangkanku.
Hiks.. Hiks.. Hiks..
Hanya tangisan yang pecah di hadapan Edwin saat ini, dia tidak tega melihat aku bersedih.
"Aku akan selalu berada di sisimu aku berjanji atas apapun itu aku akan melakukan yang terbaik Friya."
Edwin memelukku, aku mengangguk sambil terus bersedih dan memeluk Edwin.
Setelah kejadian kelam yang menimpaku, aku tinggal di rumah Edwin karena keluarga Edwin sendiri menganggapku sebagai anggota keluarga juga, sudah hampir satu minggu lebih aku jarang keluar kamar kadang telat makan, Edwin selalu mengantarkan makanan ke kamarku.
Edwin berusaha menemaniku melakukan hal-hal konyol guna menghiburku, Edwin sendiri berencana untuk menunda ujian masuk Akademi Militer hanya untuk menemaniku.
Hingga pada waktu lima hari sebelum ujian Akademi Militer tiba, Keluarga Edwin sedang berkumpul di ruang tamu tanpa terkecuali ayah Edwin yang kebetulan sedang ambil Cuti dari pekerjaannya.
Tak di sangka Friya keluar kamarnya dan mendekati keluarga Edwin yang sedang bercanda gurau, sontak semua kaget melihat kedatanganku.
"Tuan Bernard aku mau mengikuti ujian Akademi Militer apakah tuan bisa membantuku untuk mendaftar?"
Semua orang tercengang dengan keputusan yang aku buat, Ayah Edwin tersenyum. "Tentu saja, apa yang tidak bisa untukmu nak Friya aku akan segera mengurus berkas kalian berdua" Ayah Edwin langsung gercep setelah mendengar ucapanku barusan.
"Mohon bantuannya tuan" Aku membungkuk dengan hormat.
"Itu baru Friya yang aku kenal aku juga tidak mau kalah mari kita berjuang bersama-sama partner" Edwin sangat gembira mendengar ucapanku.
Aku sudah membulatkan tekad, ini juga merupakan permintaan untuk menghargai orang tuaku yang ingin anaknya berkembang lebih jauh. Aku dan Edwin akhirnya mengikuti ujian masuk Akademi Militer dan kami berduapun lulus.
Friya sangat berprestasi di Akademi sehingga Edwin yang tidak mau kalah mengejar kesuksesan Friya agar mereka bisa berdampingan. Mereka berdua mendapatkan banyak penghargaan, sampai Akademi mencatat mereka sebagai pelajar paling kompeten di Angkatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Tamat] Pahlawan dari Pandai Besi
AdventureSeorang pemuda yang berambisi menjadi yang terbaik sampai ke tahap tertinggi kelas Petualang. Tetapi malah terbelenggu dalam masalah yang cukup kompleks, membuat ia hampir melupakan ambisinya atau memang ia telah melupakannya. "Aku masih...