BAGIAN 22. Penderitaan dan Dendam

9 4 0
                                    

Pencarian Kris ke dalam hutan tidak terasa sudah memasuki malam hari, pencarian mereka tidak maksimal karena suasana sekitar mulai gelap membuat pandangan mereka mulai terbatas melihat sekitar. 

“Nona Friya ini sudah malam mari kita lanjutkan pencariannya besok” Ucap Jeans memberikan saran. 

“Kau benar tuan Jeans mari kita segera kembali ke desa” Jawab Friya. 

Friya, Jeans, dan Roky akhirnya menghentikan pencarian Kris, dan kembali menuju desa Tweley. Setelah mereka sampai di desa, mereka di sambut ketua Serikat dan rekan-rekan petualang lain yang baru saja selesai membuat makan, ketua Serikat mempersilahkan mereka untuk mengisi tenaga kembali.

Jeans juga memberitahukan kepada Friya agar ia jangan terlalu bersedih, mereka akan menemani Friya kembali besok pagi untuk mencari Kris.  

Di tempat Kris berada saat ini ada sesuatu yang menyilaukan mengarah ke wajahnya yang membuat ia terganggu. 

“Ayaaaah!”

Aku berteriak sambil terbangun dari tidur. “Hah kenapa aku ada disini?!”

Aku memegang kepalaku, aku mengingat kembali sedikit kejadian kemarin dan kenapa aku bisa berada di tempat ini. Waktu kemarin sebelum Kris terjatuh.

“Sebaiknya aku berkumpul kembali dengan teman-teman yang lain.”

Aku berdiri dan memaksakan berjalan, aku berjalan sempoyongan akibat pertarungan yang aku alami, tidak terasa aku berjalan cukup jauh dari tempat ledakan di hutan sampai di depan teras rumah yang cukup familiar dan seketika aku terjatuh tak sadarkan diri. 

Kembali ke waktu saat ini, aku sedikit bernostalgia haru kenapa aku harus kembali ke tempat ini dalam keadaan yang mengguncang batinku. Aku kemarin sedikit memaksakan diri, tapi untungnya aku tiba tepat waktu di rumah ini, rasanya sudah begitu lama.

“Aku pulang!!!”

Aku berjalan masuk ke rumah sambil melihat-lihat keadaan rumah yang aku tinggalkan dua tahun yang lalu.

“Dasar kakek tua, rumah ini terawat dengan baik, padahal selama dua tahun terakhir aku tidak pernah pulang.” Aku berjalan memasuki kamar kakek Samuel, lalu menuju sebuah kotak yang berada di lemari Samuel dan membuka kotak tersebut.

“Lihatlah semua surat-surat ini kau menyimpannya tanpa tertinggal sedikitpun.” Aku tersenyum haru. “Kalau tidak salah benda itu di simpan dekat sini.”

Aku mulai mendorong lemari kakek Samuel dan melihat celah di sebelahnya, aku mendekati celah tersebut melihat kotak yang ada di dalam dan membuka kotak yang ada di depanku. 

“Ini pedang yang kau ceritakan waktu itu, di saat kau mengadopsiku sebagai anak.”

Aku melihat pedang yang ada di dalam kotak itu mengingat kembali memori bersama kakek Samuel. Aku sudah cukup paham dengan situasi saat ini, kalau aku membawa pedang ini sama saja aku menyerahkan diri ke musuh.

Aku cepat tanggap dengan situasi saat ini, pedang itu merupakan pedang dari orang yang melindungiku dulu, kalau aku membawanya orang yang kenal pedang itu akan mengetahui siapa aku sebenarnya.

Aku tidak akan mencari tau siapa sebenarnya orang tuaku yang asli, bagiku kaulah satu-satunya keluargaku. Aku berjanji atas kematianmu Ayah, tidak akan kubiarkan para anggota Sekte Jaylangkung itu hidup dengan tenang.

Berpindah ke Desa Tweley saat ini Friya sudah siap untuk melakukan pencarian.

“Selamat pagi Friya kau sudah bersiap-bersiap” Ucap Edwin

“Aku tidak ingin membuang-buang waktu, tuan Jeans dan Roky juga sudah bersiap” Jawab Friya. 

Pada saat Friya ingin melakukan pencarian, tidak jauh dari sekitar mereka melihat seseorang yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya. Semua orang tersenyum melihat sosok itu. 

[Tamat] Pahlawan dari Pandai BesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang