Setelah sampai di ruang perekrutan calon tenaga pengajar di Akademi Malteir, aku dan Kepala Sekolah berbicara mengenai beberapa hal, tentang sistem mengajar dan syarat dan ketentuan yang berlaku di dalam Akademi. Melihat Kepala Sekolah yang banyak berbicara mengenai ruang lingkup Akademi, aku semakin yakin bahwa aku sudah memberikan kesan yang baik terhadap Kepala Sekolah.
Benar saja, Kepala Sekolah tertarik denganku, meminta persetujuan dariku untuk mengajar di Akademi ini, dengan mentandatangani kertas kontrak perjanjian kerja yang di sodorkan oleh Kepala Sekolah. Aku dengan senang hati menerima tawaran tersebut lalu mulai mentandatangani kertas tersebut.
Aku akan mengajar sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan oleh Akademi, setelah hampir dua jam berbincang, aku kemudian berpamitan dan keluar dari ruang perekrutan calon tenaga pengajar tersebut.
Aku menutup pintu ruang tersebut dengan sempurna, lalu beranjak pergi, menyisahkan Kepala Sekolah sendirian yang sedang merapikan beberapa berkas di atas meja kerja tuan Mark.
“Kristoval ya? kerajaan ini memang tidak kekurangan generasi berbakat, dia masih bisa terus mengembangkan potensinya lebih jauh lagi, aku berharap banyak pada anda tuan Kris.” Kepala Sekolah tersenyum puas lalu melanjutkan Aktivitasnya seperti biasa.
Tiga bulan pun berlalu, kini keseharianku tidak saja melatih anak dari tuan Alexandra, melainkan menjadi tenaga pengajar di Akademi Malteir, pundi-pundi uang yang aku peroleh dari honor dari kedua tempat aku bekerja saat ini cukup membantu relawan yang ada di kota ini.
Saat ini Kris sedang menuju ruang aula bawah tanah, tempat yang di tentukan melalui hasil rapat rekan-rekan relawan lainnya, untuk melakukan diskusi lanjutan, mengenai hal-hal yang akan kami lakukan tentu saja demi kepentingan masyarakat kota ini.
Setelah sampai di lokasi yang di tentukan, aku beranjak masuk ke ruangan tersebut, ramai para relawan sedang berbincang mengenai beberapa hal, seketika menghentikan aktivitas mereka dan memusatkan perhatian ke arahku.
“Tuan Kris telah tiba” Ucap salah satu relawan yang ada di aula tersebut.
Aku kemudian di tuntun maju kedepan untuk menjadi seorang pembicara, aku sudah mereka tunggu sedari tadi, diskusi akan segera di lakukan, aku kemudian berdehem dan mulai berbicara.
“Mohon perhatian semuanya!!”
Aku dengan gagah memecah atensi yang ada di aula tersebut.
“Saya rasa rekan-rekan yang ada disini sudah lelah menghadapi kebijakan yang tidak masuk akal dari pemerintahan kota ini.” Aku memulai ceramah. “Aku juga sependapat dengan kalian, oleh karena itu aku, tuan Lona dan tuan Ryan mengumpulkan kita semua, kita sekarang berada di tujuan yang sama yaitu ingin apa yang terbaik untuk Kota ini.”
Aku saat ini berpidato layaknya seorang diplomat yang ulung, di hadapan ribuan relawan terdiri dari para petualang yang aktif dan beberapa masyarakat kota Moringa.
“Setuju!!!”
“Setuju!!!”
Relawan lainnya berteriak menanggapi apa yang aku ucapkan, mereka semua sudah tidak ingin di tindas lebih jauh lagi.
Aku makin semangat mendengar ucapan dari relawan yang saat ini bersamaku, moral mereka makin naik itu bagus untuk saat ini, aku tidak akan mengecewakan relawan yang sudah meluangkan waktu untuk menghadiri pertemuan kali ini.
“Untuk memanfaatkan waktu yang ada mari kita mulai diskusinya rekan-rekan sekalian.” Aku dan rekan-rekan relawan kemudian memulai diskusi mengenai apa saja yang akan kami lakukan kedepannya.
Sebelum kami melakukan beberapa rencana tersebut, rekan-rekan relawan lainnya harus menyepakati perkumpulan yang mereka buat ini maksud dan tujuan untuk apa kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Tamat] Pahlawan dari Pandai Besi
AdventureSeorang pemuda yang berambisi menjadi yang terbaik sampai ke tahap tertinggi kelas Petualang. Tetapi malah terbelenggu dalam masalah yang cukup kompleks, membuat ia hampir melupakan ambisinya atau memang ia telah melupakannya. "Aku masih...