Chapter 15

355 25 12
                                    

"Jooniee!!??"

Namjoon membanting sendoknya kearah piring lalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan itu. Sungguh, Namjoon tidak suka jika harus berbagi perhatian Seokjin, dipikiran Namjoon menikah hanya akan menjauhkannya dengan abangnya itu, ia tidak mau jika pada akhirnya Seokjin akan meninggalkannya.

Karin menunduk. "Maaf telah merusak suasana keluarga ini"

"Sssttt.. tidak Karin, maafin adek gue, biar gue susul dia, dia cuman perlu sedikit dikasih pengertian, lo tunggu sini dulu yah"

Seokjin segera saja menyusul salah satu adiknya itu kelantai atas. Ia yakin Namjoon akan mengerti keinginannya ini.

Tokk.. Tokkk..

"Dek? Ini abang, boleh abang masuk?"

Tidak ada sahutan.

Seokjin kembali mengetuk pintu kamar itu. "Dek, abang ada mau jelasin sesuatu dulu boleh?"

Karena tidak juga mendapat sahutan, Seokjin perlahan membuka pintu kamar sikembar.

"Dek??" Seokjin mengelilingkan pandangannya.

Kosong?

Seokjin memicing kearah pintu balkon yang terbuka sedikit. Perlahan ia dekati dan buka lebih lebar lagi, ia bisa menemukan Namjoon sedang duduk dipagar pembatas balkonnya dengan wajah menengadah keatas.

"Mama..."

Seokjin dapat mendengar lirih dari suara Namjoon diujung sana. Ia pun memposisikan sama dengan Namjoon, duduk diatas pagar pembatas balkon. Seokjin memandangi wajah adiknya itu dari dekat, Namjoon terpejam erat tanpa menyadari kehadirannya.

"Joonie kangen Mama?"

Namjoon membuka mata untuk sekedar mengalihkan kembali pandangannya kearah bulan yang bersinar cerah dilangit sana tanpa menghiraukan pertanyaan sang Kakak.

"Bulan itu Mama, Joonie, Mama yang sedang memantau kita'

Namjoon menghembuskan nafas berat, "Gue tau, abang udah ngucapin hal yang sama itu ratusan kali setiap gue bilang kangen Mama"

Seokjin tersenyum. "Mama selalu dekat dengan kita bukan?"

"Ngapain abang kesini?" Namjoon mengalihkan pembicaraan.

"Nggak ada, abang cuman mau nemenin Joonie"

"Nggak usah, temenin aja tuh calon istri abang!" sindir Namjoon kemudian.

Seokjin tertawa kecil mendengar penuturan adiknya yang sedang merajuk itu.

"Dia nggak akan pernah jadi istri abang kalau abang belum dapet ijin dari adek abang ini" ucap Seokjin mencubit kecil pipi Namjoon.

"Apa pentingnya ijin dari gue? Nikah tinggal nikah sana, tinggalin aja gue, gue gapapa, gue bisa sendiri"

"Loh yang bilang mau ninggalin Joonie tuh siapa?"

"Itu abang kan mau nikah, pasti ntar juga ninggalin gue"

"Enggak Joonie, habis nikah abang tetep tinggal disini sama Joonie, abang tetep yang bakal rawat Joonie sama yang lain, semua bakal tetep sama, nggak akan berubah, cuman bedanya Joonie sama yang lain sekarang punya Kakak perempuan yang sangat baik"

"Yakin banget dia baik? Kalau dia aslinya jahat kaya ibu tiri gimana?"

Seokjin kembali tertawa. "Tentu dia sangat baik Joon, kan ini pilihan abang, nanti kalau dia jahat kaya ibu tiri, Joonie tinggal lapor keabang nanti abang sentil ginjalnya"

"Nggak lucu" sungut Namjoon.

"Joonie ngertiin abang ya? Seperti yang abang bilang tadi, Joonie sama yang lain nggak akan selamanya sama abang, akan ada waktu dimana Joonie sama yang lain berkeluarga sendiri dan ninggalin abang, jadi sekarang siapa yang bakal ninggalin hum? Gapapa ya kalau abang butuh pendamping? Abang butuh orang yang bakal selalu menyambut abang tiap abang capek habis pulang kerja, Abang butuh orang yang selalu dengerin abang dan bisa diajak bertukar pikiran dengan abang, Joonie paham kan?"

I Want (Good) Family✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang