Chapter 18

253 21 13
                                    

"Hiks.. hikss.. gue sedih Yoon, gue udah gagal jadi abang yah sampe Joonie tega bilang nggak butuh gue?" tangis Seokjin pecah didepan adik pertamanya.

Sore ini setelah selesai kelas, Yoongi memutuskan untuk ijin dari tempat kerjanya demi menemui Seokjin direstonya. Yoongi merasa Seokjin sedang butuh dirinya sekarang.
Dan benar saja, tepat setelah kedatangannya beberapa jam yang lalu, tangis Seokjin pecah begitu saja dihadapannya. Walaupun awalnya Seokjin sok kuat tetapi setelah sedikit pancingan dari Yoongi, Seokjin akhirnya mau menumpahkan perasaannya.

Yoongi sebenarnya 'gengsi' untuk memeluk abangnya itu hanya bisa menepuk-nepuk pelan pundak Seokjin untuk menenangkan.

"Gue rasa Joonie cuman emosi aja bang, abang tau sendiri kan kalau Joonie itu anak yang sangat baik?"

Seokjin mengangguk ribut dengan ingus yang banyak mengotori wajah serta tangannya. "Yah, Joonie pasti nggak bermaksud! Abang yakin!"

Dengan sedikit mengernyit Yoongi memberikan sekotak tisu kearah abangnya. Oh jadi gini kalau orang dewasa berkharisma sedang menangis?.
Setelahnya Yoongi mengangguk untuk mengiyakan perkataan Seokjin sebelumnya.

Pandangan Yoongi turun kearah kedua tangan abangnya yang saling menggenggam. Yoongi menatap sedih kala melihat banyaknya luka goresan ditangan Seokjin, sepertinya abang tertuanya itu telah lagi-lagi menyakiti dirinya sendiri. Kenapa lagi-lagi? Yah karena sebelumnya Seokjin sudah sering melukai dirinya sendiri jika terjadi sesuatu terhadap keluarganya. Kebiasaan ini mulai terjadi saat ia dalam masa-masa frustasi setelah kehilangan Jasmine serta melihat hancurnya keluarga yang dimilikinya didepan matanya sendiri. Bahkan tak hanya tangan, Seokjin juga menyiksa dirinya sendiri dengan berbagai hal lainnya.

Akibat dari banyaknya hal bodoh yang dia lakukan dimasa itu, ia harus merasakan menjadi salah satu penghuni lama bilik rumah sakit tanpa adanya orang yang mendampinginya disana. Karena pada saat itu hanya Yoonginya yang terbilang cukup waras sedangkan Yoongi juga harus pulang dan merawat semua adik-adiknya yang masih sangat terluka atas semua kejadian yang menimpa mereka.

Kejadian itu cukup membuat Yoongi trauma karena secara tidak langsung Yoongi juga hampir saja kehilangan sang Kakak tertua.
Puncaknya, pada saat itu, Yoongi menemui Seokjin dimalam dimana Seokjin sudah diperbolehkan pulang. Yoongi sedikit menghajar Seokjin serta berteriak menyadarkan bahwa keluarga ini masih membutuhkan Seokjinnya, dan jika Seokjin masih ingin keluarga ini tetap hidup didunia maka dia harus bisa bangkit dan menjadi waras kembali demi mereka.


"Heii..." Seokjin menyadarkan Yoongi dari lamunannya. "Kenapa Yoon?"

Yoongi menggeleng pelan. "Ini?" Ia menunjuk luka ditangan Seokjin.

"Ah ini? Abang hanya sedang emosi lalu tidak sengaja memukul cermin disana" Seokjin menunjuk sebuah cermin dipojok ruangannya yang telah pecah berkeping-keping dengan sedikit noda serta bercak darahnya.

Yoongi mengangguk singkat. "Kita pulang sekarang ya bang? Biar abang bisa istirahat, nanti biar pecahan kacanya dibersihin karyawan abang aja, gue yang suruh ntar"

"Yoon? Kalau gue nggak usah pulang dulu hari ini gimana? Gue masih sedih dikeadaan dimana gue mesti jauhin Joonie sementara"

"Kalau nggak pulang, abang tidur dimana?" Yoongi menghela nafasnya.

"Abang tidur dimess aja? Kebetulan disana ada beberapa kamar kosong bekas karyawan gue yang resign"

"Bang, tapi lo pasti bakal susah tidur disana, mess karyawan nggak senyaman kamar lo sendiri, lo pulang aja ya sama gue?"

Seokjin kembali menggeleng. "Nope. Gue tinggal sini"

Dengan berat Yoongi mengiyakan saja keinginan abangnya itu. "Yaudah, tapi kalau abang butuh apa-apa kabarin gue langsung ya?"

I Want (Good) Family✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang