"Jangan nangis"
"Gue nggak nangis!"
"Taee, sedihnya jangan lama-lama ya? Asal lo tau, gue lebih bahagia disini, nggak ada tuntutan nilai, nggak ada tuntutan masa depan yang udah diatur diluar kemauan gue, juga nggak ada lagi suara berisik mereka pas debatin hal-hal yang sama secara terus menerus, sedikit banyak, gue tenang disini"
Taehyung menunduk lesu mendengarnya. "Jadi lo lebih bahagia tanpa gue ya?"
"No! Bukan gitu, gue juga sedih tau pisah dari lo! Kita sama-sama sedih, tapi ini udah takdir kita kan? Kita juga nggak akan selamanya pisah, Tae, kita pasti bakal ketemu lagi tapi bukan sekarang ya? Tunggu waktunya..."
"Gue pasti bakal benci diri gue sendiri sekarang, secara nggak langsung lo pergi karna gue, Rey, maaff..." Taehyung mulai menangis kencang dalam dekapan sahabatnya.
"Ssstt... katanya nggak nangis?" Rey melirik sebal. "Jangan salahin diri lo sendiri, Tae, atau gue bakal marah banget sama lo! Gue bakal tonjok lo sampai babak belur!"
"Coba aja, kaya yang lo bisa dateng aja dihadapan gue, lo udah pergi terlalu jauh, Rey"
"Jangan menangis!" sungut Rey. "Gue benci liat lo nangis! Gue benci liat lo lemah! Hei kawandd, malu atuh sama otot yang udah lo bentuk dari lama itu"
"Gue sekarang emang lagi lemah, Rey"
"Taehyung! Tetap inget pesen gue! Ini bukan kesalahan lo! Jangan benci diri lo sendiri! Gue nggakpapa Tae, gue beneran nggakpapa asal bisa selalu liat senyum lo! Gue selalu ngawasin lo ya, nggak peduli gue masih manusia atau udah jadi hantu!!"
Taehyung terkekeh pelan mendengar penuturan konyol itu.
Senyum Rey ikut terbentuk begitu melihat sedikit tawa kecil menghiasi wajah sahabatnya. "Nah gitu dong! Cengeng banget jadi preman! Heran gue!"
Taehyung mendatarkan tatapannya, bisa-bisanya Rey masih sempat mengejeknya disaat seperti ini?.
Hening kembali menyelimuti.
"Taee.."
Orang yang dimaksud ikut menoleh.
"Berjanjilah untuk tidak menangis saat datang kerumah baru gue"
Wajahnya kembali menyendu.
"Gue benci denger suara nangis lo, Tae! Jelek banget sumpah! Pengen gue tampol rasanya!"
"REYY!!"
"Bercanda! Hehe" Rey memandang lurus kedepan. "Gue cuman nggak suka liat lo sedih, gue sakit liatnya, tolong jangan nangis dihadapan gue apalagi nangisin gue apapun yang terjadi! Itu bakal nyakitin gue banget disini.."
Suasana mulai serius. Taehyung dan Rey saling menatap lekat satu sama lain seakan jika mereka mengalihkan barang sedetik saja, mereka akan kehilangan salah satunya, dan memang itulah faktanya.
Senyum jahil Rey yang mungkin akan selalu dirindukan oleh Taehyung tiba-tiba terbentuk ditengah-tengah keseriusan mereka. Dahi Taehyung berkerut bingung dengan tingkah sahabatnya ini. Apa ini benar-benar hanya sebuah prank seperti yang diharapkan Taehyung selama ini? Jika iya Taehyung akan segera menjitak ujung kepala Rey sampai dia puas, dan jika tidak, bolehkah Taehyung tetap mengharapkan bahwa ini hanya sebuah prank? Taehyung benar-benar tidak ingin kehilangan Rey dalam kehidupan manapun."Ini nyata, Tae" seakan tau pertanyaan dalam benak Taehyung, Rey menjawab.
Rey kembali tersenyum lebih aneh kali ini. "Gue bakal sakit liat lo nangis" tatapannya semakin mendekati wajah Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want (Good) Family✔️
Fanfiction"Apa gue bisa punya keluarga yang baik seperti sebelumnya?" -Stefanno Namjoon Winata. "Apa mereka bisa nerima gue dan menjadi keluarga yang baik seperti yang lain?" -Taehyung Victor Winata. Ini kisah keluarga Winata, keluarga yang dulunya terlihat...