Chapter 27

173 17 28
                                    

Namjoon memegang kertas hasil ujiannya dengan tangan gemetar. 75? Nilainya hanya mencapai 75? Kenapa bisa turun sedrastis ini? Padahal semalaman dia benar-benar berusaha dan belajar dengan keras untuk ujian kali ini, dia tidak mau gagal atau..... dia akan dihukum

Namjoon adalah anak yang sangat pandai sebelumnya, tapi akibat dari tekanan yang selalu diberikan Karin akhir-akhir ini membuatnya semakin panik dan tak bisa fokus terhadap beberapa hal.

Namjoon tak ingin lagi-lagi mendapat hukuman menyakitkan dari Karin karena nilainya yang semakin turun.
Ya, setelah kejadian beberapa minggu yang lalu, dimana Karin berhasil menyakitinya untuk pertama kalinya diperistiwa kotak susu disore hari itu, entah mengapa menyakiti Namjoon sekarang menjadi hobi baru wanita ular itu.

Awalnya Karin hanyalah penasaran dan ingin selalu mempermainkan kesayangan keluarga Winata untuk mengetahui seberapa lemahkah bocah manja yang selalu haus perhatian itu. Tak hanya dipermainkan secara biasa, tak jarang mak lampir itu mempermainkan fisik Namjoon yang 'katanya' berbeda dengan yang lain. Ada kepuasan sendiri bagi Karin saat berhasil menorehkan luka dari tangannya sendiri tanpa ada satupun yang tau (menurutnya), dasar orang gila!

Tak ingat jelas seberapa banyak luka fisik sering Karin permainkan pada Namjoon, yang jelas dia menyukai setiap rintihan dan Namjoon yang memohon dibawahnya, buset psikopat keknya dia.
Untuk memperlancar kepuasannya, Karin selalu mengancam akan menyingkirkan Namjoon sejauh mungkin dari keluarga ini jika Namjoon nekat dan berani mengadukannya pada para saudaranya. Karin berkata bahwa dia selalu mengawasi pergerakan Namjoon.

Namjoon yang jelas takut sendiri dan takut terluka lebih jauh lagi turut mengikuti kemauan dari Karin dan menutup rapat-rapat mulutnya. Dia akan menyimpannya sendiri, lagi pula dia tentu tak ingin merusak pernikahan yang telah lama didambakan oleh kakak tertuanya itu, bahkan pernikahannya saja masih terbilang cukup singkat. Dia sama sekali tidak ingin melihat kesedihan dimata Seokjin lagi.

Hoseok menoleh mendapati kembarannya yang terpaku pada satu titik nilai terendahnya. Hoseok tersenyum lalu menepuk pelan bahu Namjoon.

"Heii, itu tidak terlalu buruk! Lo baru sekali ini aja dapet nilai rata-rata, bang Seokjin pasti nggak akan marah"

Tidak Hoseok. Lo nggak tau apapun!

Namjoon menatap sedih kembarannya. Ya, dia baru sekali mendapat nilai rata-rata, sebelumnya nilai terendahnya hanya diangka 85 dan itupun dia tetap mendapat hukuman sakit dari manusia yang sama sakitnya seperti Karin.

Namjoon selalu mendapatkan hukuman fisik dari Karin jika nilainya mulai menurun walaupun hanya selisih koma saja. Karin selalu bilang bahwa sekolahnya sangat mahal jadi Namjoon harus selalu mendapatkan nilai sempurna agar dirinya tidak sia-sia mengeluarkan uang sebanyak itu, padahal mah yang dipake uangnya Seokjin.

Namjoon juga tak habis pikir kenapa hanya dirinya yang dituntut seperti itu. Apa karena dirinya lah yang paling lemah diantara semua, hingga mudah dipermainkan? Apakah Karin sebenarnya hanya ingin menyiksanya dengan nilai sebagai alibi? Ah tidak, tidak hanya nilai yang dijadikan alibi, bahkan alasan atau kesalahan sekecil apapun akan dimanfaatkan Karin untuk menghukum Namjoon dengan tidak manusiawinya.

Entah kesalahan apa yang pernah dilakukan Namjoon sehingga Karin begitu membencinya. Karin selalu melontarkan kalimat bahwa Namjoon menyusahkan semua orang. Hei, Namjoon bahkan tak pernah mendengar kalimat itu keluar dari salah satu saudaranya!

"Joon, heii...."

Namjoon tersadar dari lamunannya saat salah satu tangan Hoseok melambai tepat dihadapannya.

"Lo nggakpapa kan?"

Namjoon sedikit tersenyum untuk mengatakan dirinya baik.

"Oh ayolah! Ini hanya nilai Joonie, bukan masalah besar kan?"

I Want (Good) Family✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang