Chapter 28

147 18 12
                                    

Hari demi hari masih Namjoon lewatin dengan tidak nyamannya. Dia selalu berada didekat keluarganya, sangat dekat bahkan, tetapi mengapa tidak ada satu pun keluarganya yang melindungi Namjoon dari wanita berwujud mak lampir itu? Bagaimana bisa tidak ada satu pun yang sadar bahwa Namjoonnya selalu kesakitan dirumah ini? Dan bagaimana bisa mereka tidak menyadari perubahan sikap dari si kesayangan akhir-akhir ini? Apa mereka terlalu disibukkan dengan urusan masing-masing hingga kepekaannya mulai menurun?

Perlakuan buruk serta penyiksaan fisik masih sering Namjoon dapati dari Karin, terlebih ketika tidak ada seorang pun yang memperhatikan mereka. Namjoon semakin lama merasakan dua kali lipat lebih sakit, mulai dari fisiknya bahkan merembet kebatin dan mentalnya. Sedari kecil Namjoon selalu dimanja, tidak ada bentakan, makian, atau bahkan permainan fisik padanya. Ini membuat jiwanya sedikit shock dan terguncang.

Ketika Karin sedang tidak baik-baik saja, ia selalu menjadikan Namjoon pelampiasan. Jika keluarga ini sadar, Namjoon mereka yang dulu selalu ceria sekarang menjadi pemurung, dan jika mereka peka maka mata mereka dapat dengan mudah menangkap bekas luka saat baju Namjoon sedikit tersingkap dengan pergerakkannya.

Namjoon tentu saja tidak berani mengadu karena ancaman tajam dari wanita yang sudah genap setengah tahun menjadi Kakak iparnya. Selain ia takut akan disingkirkan, ia juga takut jika keluarganya tidak percaya dengan pengakuan Namjoon, dan yang lebih ditakutkan lagi adalah respon Seokjin. Namjoon takut menyakiti sang tertua, Namjoon takut Seokjin kembali terluka, Namjoon takut Seokjin kembali menyedihkan persis seperti saat mereka kehilangan Jasmine saat itu.

Seperti saat ini, ketakutakan Namjoon sendiri lah yang menyebabkan penyiksaan itu masih terus berlanjut hingga sekarang.

Namjoon meringis menahan sakit dengan Karin yang terus memukuli punggungnya menggunakan belt sekolah milik Namjoon sendiri. Hukuman itu ia terima akibat dirinya yang kembali mengalami penurunan nilai ujian. Namjoon menggigit kuat pergelangan tangannya untuk meredam teriakan kesakitannya, Namjoon tak ingin mengambil resiko jika ada salah satu saudaranya yang mendengar, karena pada saat ini para saudaranya berkumpul dengan lengkap (minus Seokjin) diruang tengah dilantai bawah.

"K-kak, s-sudah cukup, ba-badan Joonie sakit semua" Namjoon membenamkan wajahnya pada tas sekolah yang masih dalam jangkauannya.

Meski dia tak ingin saudaranya tau tapi tidak munafik bahwa dirinya masih mengharapkan salah satu dari mereka setidaknya datang mendobrak paksa pintu kamar Karin dan berlari untuk menyelamatkannya. Dirinya sudah tak kuat lagi untuk sekedar berdiri, tubuhnya benar-benar seperti mati rasa. Tapi nampaknya suara lirihan Namjoon dan makian Karin tak sampai terdengar hingga kelantai bawah. Namjoon sedikit merutuk dirinya yang sama sekali tak berani bertindak. Sedangkan, Seokjin yang juga sang pemilik kamar masih disibukkan dengan pekerjaannya diresto.

"Jangan panggil diri lo Joonie! Gue muak!" rahangnya mengeras bersamaan dengan emosinya yang perlahan memuncak.
"Lo tau nggak kalau sekolah lo itu mahal! Belajar yang bener bego! Nyusahin aja hobinya!!"

Namjoon menangis. Ia sakit mendengar setiap makian yang keluar dari bilah bibir Kakak iparnya.

"Nggak usah nangis bocah sialan!!"

Karin melipat kedua tangannya angkuh. "Sekarang lo balik kekamar dan bersihin diri lo yang berantakan ini!! Gue jijik liatnya"

Dengan perlahan Namjoon bangkit dari posisi tengkurapnya, tangan yang bergetar itu terus ia paksakan untuk menggenggam erat tas sekolahnya, dia menundukkan wajah saat sampai dihadapan Karin.

Karin dengan sengaja menyabetkan kembali belt sekolah itu kepundak Namjoon dengan senyum jenakanya. "Gue balikkin sabuk lo, thanks"

Karin beralih mencengkeram kuat kedua bahu Namjoon, memaksa anak itu untuk melihat dirinya. "Lo lemah Namjoon, bener-bener lemah!" bisiknya pelan. Karin menajamkan kembali tatapannya. "Inget ini dengan baik bocah! Jangan sampai ada satu orang pun yang tau kalau lo masih mau liat dunia ini sampai batas umur lo, paham?" suaranya begitu lirih tapi dipendengaran Namjoon itu adalah suara yang begitu tajam dan benar-benar mengancamnya. Tidak ada kata main-main dalam nada yang telah dilontarkan.

I Want (Good) Family✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang