Seokjin tau jika dirinya sedang diincar, oleh sebab itu dia sedikit menjauh dari posisi Hoseok dan Joonie terduduk. Langkahnya tertatih, lukanya masih sangat basah, tapi dia sama sekali tidak menghiraukannya, yang ada dipikirannya saat ini hanya 'bagaimana cara melumpuhkan iblis itu?'.
Seokjin menatap penuh kewaspadaan disetiap pergerakkan yang Marchel perlihatkan didepan sana. Sesekali Seokjin melirik gerakkan tangan Marchel yang memegang erat belatinya.
Marchel sampai dihadapannya. Membuat senyum miring Seokjin tercipta dengan sempurna. "Apa mau lo, Marchel?" tanyanya dengan berani.
Tawa remeh masih menggema dari bilah bibir lawan bicaranya. "Nyawa kamu!"
Seokjin terdiam, menatap manik mata yang entah sedari kapan berubah menjadi merah pekat. Apa dia vampir sekarang?.
"Lo masih belum puas juga Marchel? Atas semua yang udah lo lakuin, itu belum sama sekali mencapai kepuasan lo, huh?" Seokjin melirik ketiga adiknya sendu. "Liat mereka disana! Liat anak-anak lo sekarang, Marchel! Lo hampir bunuh mereka semua! Dimana hati nurani lo sebagai seorang ayah? Lo bukannya tobat dan berusaha memperbaiki, malah makin menjadi sekarang?"
Marchel tersenyum miring dengan wajah ala psycho nya. Digoresnya belati itu perlahan pada area telapak tangannya sendiri. Senyumnya mulai merekah kala matanya menangkap tetesan darah segar mulai muncul dari sela-sela lukanya.
Tawanya mengeras. "Ini tidak terlalu menyakitkan, Seokjin, jadi kau tidak perlu takut!" Marchel beralih menatap manik mata anaknya serius. "Kamu perlu dihukum karna udah berani menipu saya!..... apa kamu ingin bertemu dengan ibumu? Saya bisa mengabulkannya sekarang?"
Mata Seokjin melebar. Apa maksudnya?.
SRAKK!!
Seokjin berhasil menepis kasar layangan belati itu hingga membuat Marchel jatuh tersungkur dihadapannya. "Lo gila, Marchel! Lo orang gila! Lo tega mau bunuh anak lo sendiri, Hah?!!"
Marchel bangkit, dia sedikit menjilat nikmat darah diujung bibirnya. Ahh, Marchel tidak pernah tau sebelumnya jika darah ternyata semenyegarkan ini ketika dirasakan. "Hahahaa.. saya memang gila Seokjin! Kau baru menyadarinya? Dan apa tadi? Anak? Baru sekarang kamu mengakui gelar itu disaat saya akan segera mengakhiri hidupmu?" Matanya menatap remeh. "Terlambat! Semua sudah terlambat! Saya bukan lagi Papamu! Saya sudah lama menjadi sosok lain.... mungkin akan segera menjadi sosok malaikat pencabut nyawamu, huh?"
Seokjin kembali menghindar dalam keterkejutannya. Marchel mulai menyerangnya lagi? Lalu bagaimana Seokjin bisa melawan jika dia sama sekali tidak membawa sesuatu yang berguna?
Sial! Seokjin mulai merutuki dirinya sendiri karena meninggalkan pisau lipat yang tadi sempat menusuknya, setidaknya jika dia membawa benda kecil itu, masih ada kemungkinan untuk melawan bukan? Walaupun sedikit tidak seimbang?.
"Abang!!"
Seokjin menoleh kearah Joonie yang berteriak histeris dalam dekapan Hoseok dan Jimin disana. Fokusnya sedikit menghilang dalam situasi berbahaya didepannya.
Sreettt...
"Akhh!!" Seokjin meringis kuat. Marchel berhasil menggores lengan bagian atasnya, walau begitu dia tetap merasa sedikit bersyukur karena belati itu tak langsung menusuk organ vitalnya.
"Hahahahaa" tawa Marchel semakin menggema, suaranya sedikit berbeda, apa memang yang sekarang berada didepannya ini bukan lagi sosok Papanya?
Seokjin memiringkan tubuhnya saat layangan itu kembali mengarah padanya. Marchel benar-benar gila! Bahkan si tua itu sama sekali tak memberi jeda pada Seokjin untuk sekedar bernafas!.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want (Good) Family✔️
Fanfiction"Apa gue bisa punya keluarga yang baik seperti sebelumnya?" -Stefanno Namjoon Winata. "Apa mereka bisa nerima gue dan menjadi keluarga yang baik seperti yang lain?" -Taehyung Victor Winata. Ini kisah keluarga Winata, keluarga yang dulunya terlihat...