"ABANGG!!"
Teriakan menggelegar dari Joonie mengalihkan atensi semua orang yang sedang bersantai diruang tengah. Joonie muncul dari ujung tangga dalam gendongan brutal kembarannya.
Yah! Setelah Hoseok dinyatakan benar-benar pulih, bocah itu selalu memaksa menggendong adik kembarnya. Bahkan beberapa kali Seokjin memergoki Hoseok yang diam-diam menyingkirkan kursi roda Joonie dan menyembunyikannya digudang lantai bawah. Hoseok selalu memberikan alasan yang sama ketika dirinya disidang habis-habisan oleh kedua kakak tertua atas hal konyol yang sering dia lakukan 'Joonie nggak butuh benda aneh itu! gue yang bakal jadi kakinya mulai sekarang dan seterusnya!'. Tentu alasan tak masuk akalnya sedikit banyak membuat dua tertua pusing tujuh keliling menghadapi tingkah Hoseok yang melebihi kata 'aneh'.
Joonie nggak butuh katanya? Dia akan menggantikan seluruh fungsi kaki Joonie katanya? Hei! Joonie tentu akan sangat membutuhkan benda yang dianggap aneh oleh Hoseok itu! Hoseok pikir dia akan seterusnya berada disisi kembarannya, hm? Hoseok pikir dia tak mempunyai kesibukkan lain yang akan berlawanan arah dengan kesibukkan saudara kembarnya? Dan Hoseok pikir jika suatu saat mereka mulai memiliki keluarganya masing-masing, Hoseok akan tetap mampu seterusnya menggantikan kaki Joonie? Apa mereka akan tinggal seatap selamanya? Ini konyol!.
Seokjin mengikuti pergerakkan duo kembar yang mulai berlari mendekati ruang tengah. Dirinya bahkan mulai melayangkan tatapan tajamnya pada Hoseok begitu menyadari Joonienya hampir menangis dalam gendongan tak manusiawi itu.
"Lepas!" tegas Seokjin mengambil alih tubuh Joonie dalam gendongan koalanya. Matanya masih menajam seakan siap menguliti manusia aneh didepannya ini. "Apa yang lo lakuin, Hobi? Joonie hampir menangis disini"
Hoseok menyengir kuda dengan tawa canggung menghiasi wajah tak bersalahnya. "Kita cuman lagi main aja bang" jawabnya kelewat santai.
"Main, main, pala lo! Hobi jahat abang! Dia paksa gendong gue padahal gue udah bilang nggak mau takut jatuh!" Joonie menatap penuh kemusuhan. "Hobi gendong gue sambil lari-lari nggak jelas abang! Marahin aja! Liat, jidad gue kena tembok karna ulahnya!"
Semua orang yang menyaksikan kecuali Seokjin dan Joonie berusaha menahan tawanya begitu melihat kening Joonie yang memerah dengan sedikit jendolan nyata membulat tepat ditengah-tengahnya.
Joonie melirik mereka sedih. "Abang! Mereka ngetawain Joonie!" Adunya menunjuk satu persatu manusia tak berperasaan dibelakangnya.
Lirikan lebih tajam tentu Seokjin layangkan untuk membungkam tawa jahat itu. Enak saja! Adik kesayangannya sedang kesakitan begini mereka dengan seenak jidad menertawainya! Seokjin jelas tidak terima! Meski dalam hati sang tertua menyetujui jika Joonienya sekarang tampak lucu untuk ditertawai. Tapi tidak boleh! Seokjin tidak boleh ada dipihak mereka! Jika Joonie sudah dalam mode ngambeknya, bahkan seisi dunia akan sulit membujuk bayik besarnya! Seokjin harus tahan raut gemasnya! Dia tidak boleh tertawa! Dia harus terlihat galak sekarang agar Joonie tidak merajuk dengan mereka!.
"Ulululuu... adik kicikk jidadnya benjol.. sakit sayang? Sini sama abang, abang beliin permen mau?" goda Jungkook dengan diakhiri tawa cekikikan.
"Adik manis habis kepentok apa ciihh? Cinii abang obatin" sambung Taehyung ikut menggoda. Bahkan satu tangannya turut bertos ria dengan Jungkook seakan mereka sedang bekerjasama untuk mengerjai abang kesayangannya.
Joonie membalas tatapan mereka dengan mata bulat berair dan lengkungan bibir kebawah, isakan mulai terdengar yang membuat kedua orang itu mulai ketar ketir karena merasakan aura menyeramkan dari dua tertua menyorot posisi mereka sekarang. Cengiran bersalah mereka berikan dengan dua jari terulur keatas sembari melirihkan kalimat.
"peace😁✌🏻"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want (Good) Family✔️
Fanfiction"Apa gue bisa punya keluarga yang baik seperti sebelumnya?" -Stefanno Namjoon Winata. "Apa mereka bisa nerima gue dan menjadi keluarga yang baik seperti yang lain?" -Taehyung Victor Winata. Ini kisah keluarga Winata, keluarga yang dulunya terlihat...