Seokjin mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia harus mencari semua adiknya. Ia harus bisa melindungi mereka. Tapi bagaimana caranya? Sedangkan dia sendiri belum bisa keluar dari penjara sialan ini!.
Beberapa saat yang lalu Seokjin berhasil menghubungi Jason, teman lamanya, ia meminta bantuan temannya itu untuk mencari keberadaan adik-adiknya dan segera memberitahunya. Tapi terakhir kali Jason mengabari, temannya itu mengatakan bahwa para adiknya sama sekali tidak pulang kerumah mereka bahkan Jason sudah mendatangi sekolah masing-masing tetapi tetap tidak ada hasil yang jelas.
"Pak apa ada yang ingin bertemu dengan saya?" entah sudah berapa kali dirinya bertanya pada setiap petugas yang melintas. Seokjin hanya sedang sangat mengharapkan kehadiran Jason yang berkemungkinan membawa kabar tentang para adiknya.
Binar mata Seokjin sedikit terpancar kala petugas yang kesekian kali dia tanya menganggukkan wajahnya.
Seokjin melebarkan langkahnya untuk kembali mengikuti langkah petugas menemui orang yang dia harapkan adalah Jason.Binarnya kembali redup saat harapannya dipatahkan untuk kedua kalinya. Dia bukan Jason.
Marchel? Untuk apa dia secara tiba-tiba muncul kembali setelah sekian lama menghilang dan tak mengganggu keluarganya lagi?. Mata Seokjin memicing curiga, pasti ada maksud pria licik ini datang menemuinya lagi.
Dengan tak ikhlas Seokjin mendudukkan diri dihadapan Marchel. "Ada urusan apa?"
Marchel terkekeh pelan. "Bukankah Papa sudah memperingatimu untuk mengatur ego mu dengan baik, Seokjin? Kau menyesal sekarang tidak mendengarkan Papamu ini, Nak?"
"Nggak, dan kapan lo ngomong itu?"
"Dihari pernikahanmu, kau lupa?"
Dahi Seokjin berkerut tak suka. Jelas dia ingat tapi dia terlalu malu mengakuinya. Dia harus tetap bersikap keras walaupun kesalahan memang benar terletak padanya atau pria tua itu akan semakin menertawakannya dengan angkuh.
Seokjin menggeleng berusaha mengusir ingatan itu. "Basi"
"To the point, mau apa lo kesini?"Marchel tersenyum miring. "Saya akan membebaskanmu, gimana? Menarik bukan?"
Seokjin membelalak kaget, tatapannya sedikit berharap bahwa itu bukan bualan semata, karena sungguh, Seokjin ingin segera keluar dan mencari adik-adiknya. Dia benar-benar tak tenang tanpa memastikan mereka baik-baik saja dengan matanya sendiri.
"Dengan satu syarat"
Tatapannya mulai meredup. Yah tentu, seharusnya Seokjin tau kalau Marchel tak mungkin lagi membantunya secara cuma-cuma. Tapi apapun itu, Seokjin berharap jika syarat yang diajukan bukan menyerahkan Namjoon atau salah satu adiknya kepada pria itu lagi, Seokjin tak akan sanggup!. Dia juga tidak sudi! Ia lebih rela berada disini dengan waktu yang sedikit lebih lama dibanding harus mengorbankan adiknya! Tapi jika dia berada disini, siapa yang akan bisa menjamin dan memastikan bahwa adik-adiknya akan selalu baik-baik saja?.
"Apa?" tanyanya ragu.
Tawa ringan Marchel terdengar dengan nyaring digendang telinga Seokjin. Seokjin membenci tawa yang terdengar sedang meremehkannya itu. Jika ada batu disini sudah pasti dia akan menyumpal paksa mulut sialan yang terbuka dengan lebar dihadapannya itu.
Selanjutnya Seokjin benar-benar memperhatikan gerakan bibirnya.
"Singkirin Taehyung! Papa sudah muak melihat wajah bocah itu disekitar kalian!"
○□♤♡◇☆♧
Seokjin sedikit memukul keningnya putus asa. Otaknya bekerja dengan sangat keras untuk memikirkan tawaran Marchel yang akan menyusahkannya juga suatu saat. Seokjin tak ingin menjadi sebab seseorang tersingkir tapi dia juga harus segera keluar dari sini jika dia ingin bisa melindungi seluruh adiknya dari jangkauan Karin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want (Good) Family✔️
Fanfiction"Apa gue bisa punya keluarga yang baik seperti sebelumnya?" -Stefanno Namjoon Winata. "Apa mereka bisa nerima gue dan menjadi keluarga yang baik seperti yang lain?" -Taehyung Victor Winata. Ini kisah keluarga Winata, keluarga yang dulunya terlihat...