Chapter 24

157 14 16
                                    

"Kata abang, Kak Karin orang yang sangat baik, tapi kenapa kak Karin tega berkata jahat tentang bang Joonie?"

"Gue juga awalnya nggak percaya bang, tapi gue denger sendiri didepan mata gue"

"Terserah kalau abang nggak percaya sama gue"

Seokjin menggeleng tak percaya ketika kalimat-kalimat yang dikatakan Jimin diujung tangga tadi terus bermunculan dipikirannya. "Nggak, Karin nggak mungkin kaya gitu, Karin baik, sangat baik, gue nggak mungkin salah pilih"

"Terlepas dari abang percaya atau enggak sama cerita gue semalem, gue cuman mau bilang kalau lo sama dia memang ngerasa keberatan atau agak disusahin sama bang Joonie, lo bisa bilang langsung ke gue bang, walaupun gue bungsu disini setidaknya gue bisa bersikap dewasa untuk ngejaga bang Joonie"

Otaknya kembali bekerja saat kalimat terakhir Jimin sedikit mengusiknya. Apa maksud Jimin? Apa dia tidak mempercayai Seokjin? Seokjin beneran sayang Joonie pake banget! Nggak mungkin dia ngerasa keberatan atau disusahin sekalipun.

Ditatapnya sang istri yang masih sibuk menata piring-piring sajian menu sarapan mereka. Sebenarnya Seokjin sedikit ragu, tapi mau gimana lagi?

"Sa-sayang? Mas boleh ngomong sama kamu sebentar? Ikut mas ya"

Karin sedikit bingung tapi tak urung untuk tetap mengikuti langkah Seokjin menuju kamar mereka.



Karin menutup pintu kamarnya pelan sebelum membalas tatapan Seokjin padanya. "Kenapa sayang?" tanyanya sambil mengelus bahu Seokjin.

Seokjin masih dalam keraguannya untuk berucap. Karin yang sadar itu masih setia menunggu Seokjin berbicara dengan senyuman lembutnya.

"Maaf kalau nanti sedikit menyinggung, tapi mas boleh bertanya?"

Karin mengangguk mengiyakan.

"Apa kamu tidak suka dengan Joonie?"

Senyum Karin sedikit memudar.

"Ma-maksud mas, mas--"

"Mass..." panggil Karin lembut agar menghilangkan sedikit kegugupan sang suami.

Seokjin menghela nafasnya pelan. "Semalam Joonie pingsan, apa kamu tau itu?"

Karin memasang wajah terkejutnya. "Benarkah?"

"Kamu tidak tau, Karin?"

Karin menggeleng pelan. "Maaf mas, tapi aku sama sekali tidak tau tentang itu"

"Kamu tidak bohong kan?"
"Semalam Jimin bilang dia bertemu kamu dan memberitahu tentang keadaan Joonie semalam, tapi maaf ya sayang, kata Jimin kamu bilang tidak peduli dengan Joonie dan menganggap Joonie menyusahkan" ucap lembut Seokjin berusaha untuk tidak menyinggung.

Karin menatap tak percaya. "Ba-bagaimana Jimin bisa berkata seperti itu sama mas? Jelas-jelas semalam aku lelah dan sama sekali tidak keluar dari kamar" Karin beralih menggenggam erat kedua tangan Seokjin. "Mas tau sendiri kan kalau aku menerima mereka dengan baik, aku anak tunggal dan sebatangkara jadi aku sangat bahagia ketika aku mempunyai banyak keluarga baru seperti mereka, aku sangat menyayangi mereka seperti adikku sendiri mas, aku bahagia aku menjadi seorang Kakak disini"

Seokjin masih ragu untuk menatap.

"Mas, maaf sebelumnya, aku udah usaha banget beradaptasi dikeluarga ini, aku udah usaha banget buat nunjukkin kasih sayangku sebagai seorang Kakak perempuan buat mereka, aku tau sebelumnya mereka tidak pernah merasakan mempunyai kakak perempuan jadi aku sedikit banyak memaklumi mereka jika memang mereka belum bisa menerimaku dengan baik, tapi sepertinya makin lama mereka bakal makin nunjukkin ketidaksukaannya kepadaku mas, apa mereka belum bisa menerimaku disini?"

I Want (Good) Family✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang