Chapter 48

172 18 32
                                    

Taehyung merasakan sesak yang teramat pada rongga dadanya begitu semua bagian mobilnya dalam sekejap terisi penuh oleh air asin disegala sisinya. Telinganya berdengung sangat keras. Tubuhnya mulai melemah begitu mobil itu ikut menenggelamkannya terlalu dalam.

Lautan yang gelap, membuatnya tak bisa melihat dengan jelas seberapa dalamnya kah dasar lautan yang ia selami. Matanya mulai memburam, sangat berat bahkan untuk sekadar tetap terjaga. Hembusan nafas yang dia paksakan mulai terasa sangat sakit akibat dari air yang terus mengisi ruang diparu-parunya.

'Apa ini akhir?' wajahnya menengadah saat merasakan dadanya mulai terasa panas seperti ada sesuatu yang terbakar dalam dirinya. Mata yang berat itu perlahan ia pejamkan untuk sedikit menghalau rasa sakitnya.

Setidaknya, jika ini memang benar adalah akhir dari kisahnya, ia akan kembali terbangun ditengah hamparan putih bersama Rey, bukan? Sesuai ucapan Marchel sebelumnya? Senyumnya terukir. Dia sangatlah merindukan manusia setengah otak yang selama ini menjelma menjadi kenangan menyedihkan dalam hidupnya. Mungkinkah hari ini dia akan benar-benar menemui Rey kembali? Apa dia benar-benar akan seterusnya bersama Rey dalam keabadian dialam sana? Jika yah, apa dia harus meninggalkan Joonie dan para saudara yang mulai menerimanya dengan baik? Keraguan sedikit menyerang relung hatinya. Dia tak ingin benar-benar meninggalkan mereka, tapi dia juga sangat merindukan sahabatnya. Bolehkah dia egois untuk meminta keduanya sekaligus?.

"R-rey..." mungkinkah ini sudah mencapai waktu yang dimaksud oleh Rey sebelumnya? Waktu dimana Taehyung akan menyusulnya disuatu tempat yang sangat jauh dari jangkauan semua orang dan akan kekal didalamnya?.

Mata itu semakin terpejam dengan perkelahian batin yang terasa jelas, perkelahian antara dirinya yang menginginkan untuk tetap hidup atau menyerah dan benar-benar pergi menyusul orang tersayangnya.









"Bangun bodoh! Lemah banget! Gini doang nyerah"

Taehyung sedikit menggerakkan tubuhnya tak nyaman saat pendengarannya menangkap dengan jelas suara seseorang yang begitu dirindukannya selama ini. "Apa gue beneran udah mati sekarang?"

"Belum!! Remeh banget kalau lo matinya cuman perkara kelelep doang!" ejek bayangan seseorang didepannya.

Taehyung memaksa matanya untuk kembali terbuka. Samar-samar ia dapat memilihat dengan jelas bayangan yang ia yakini sebagai Rey berada dikursi penumpang tepat disampingnya. "Meski terlambat, selamat atas kehidupan kedua lo, Taehyung Victor Winata" sambut Rey dengan nada ejekan. Tawa gelinya mengalun membuat Taehyung mematung seketika.

Mata Taehyung memanas, hatinya sedikit sesak, dia sangat merindukan sosok bayangan itu. "Apa ini nyata? Atau gue yang mulai halusinasi karna udah mendekati ajal?"

Rey menatapnya tak suka. "Mulut!" Diliriknya Taehyung dengan mata sinisnya. "Ajal, ajal, pala lo peyang?! Lo belum mati pe'a!!"

"Ini beneran lo Rey?" tangan Taehyung berusaha menggapainya tapi itu percuma, sosok didepannya seakan tembus jika tersentuh.

Dengan kesal Rey berkata. "Iya ini gue! Ini sedikit nyata dan sedikit tidak sebenarnya" Rey mengubah posisinya menjadi bersedekap dada. "Lo ganggu waktu istirahat tenang gue tau nggak sih! Gue terpaksa muncul dihadapan lo buat nyadarin orang bego kaya lo yang mau nyerah gitu aja!"

"Ma-maksud lo?"

"Ck! Jadi gini doang kemampuan lo, Tae? Lo udah mau nyerah gitu aja? Timbang nyebur laut doang mati? lemah banget sih!"

Taehyung balik menyiniskan tatapannya. "Kalau lo masih hidup, gue bakal ikut ceburin lo kelaut biar ngerasain dikeadaan gue sekarang!"

"Berhenti bercanda! Gue nggak punya waktu banyak" Rey menyeriuskan kembali suasana. "Lo nggak boleh mati sekarang, Tae"

I Want (Good) Family✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang