🏅Chapter 73- PANGERAN MALAM🏅

1.5K 28 12
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM
HAY HAY HALLO..

PARA ELBHA LOVERS, ATAU SIAPAPUN YG DI CRUSH IN DI CERITA INI. SEMOGA SEHAT SELALU. SIAPA YANG UDAH GAK SABAR BACA KELANJUTAN CERITA ELBHA? CUNG!

JANGAN SIDERS YA, MINIMAL VOTE DEH GAK MAKSA KOMEN LAGI GUE.

⚠️WARNING ⚠️

" MULAI BAB INI AKU UDAH PUBLISH ACAK YAH. JADI SEBELUM INI ADA DUA BAB YANG DILONCAT. MAAF GAES KARENA KEPENTINGAN PENERBITAN. JADI YANG KEPO NABUNG YA BUAT PELUK VERSI BUKUNYA. DIJAMIN LENGKAP 🤭"

JANGAN LUPA FOLLOW IG: WP. ALQHIE_ELBHA SUPAYA DAPAT SPOILER LEBIH CEPAT. DAN TIKTOK WP.ELBHARRA YA...!

INGET, UANGNYA DITABUNG BUAT PELUK ELBHA VERSI NOVEL
HAPPY READING!

🥇🥈🥉

Ujian berakhir. Tirta lencana sudah menjadi tempat yang mulai jarang dikunjungi oleh Elbha. Ia lebih memilih fokus untuk mengaji di pesantren selama ramadhan. Selama itu pula, ia juga jadi jarang bertemu dengan Alqhiea kecuali sewaktu mengisi ngaji di kelas pagi gadis itu. Itu pun mereka juga tidak mungkin saling bertegur sapa.

Udara malam yang dingin terasa menusuk. Elbha merapatkan jaz yang ia kenakan sambil menatap ke langit-langit malam dari balik jendela kamarnya yang selalu menjadi tempat favoritnya. Ia meletakkan peci hitamnya lalu meraih sebuah buku yang Alqhiea berikan beberapa waktu lalu. Ya, buku bertuliskan ' Ambition ' di bagian sampulnya itu diberikan oleh Alqhiea padanya untuk dibaca.

Sebenarnya Elbha sudah ingin membacanya sejak buku itu diberikan lagi padanya. Namun sederet jadwal ngaji dan kesibukan ujian membuatnya melupakan itu. Hari ini Elbha sedikit bernapas lega karena ujian sudah tidak menjadi pikiran dalam benaknya. Tinggal duduk dan menunggu hasil sambil berdo'a.

Elbha melangkah menuju tempat tidurnya kemudian duduk di sisi ranjang bagian tengah. Perlahan jemarinya membuka sampul bagian depan buku yang ada dalam genggamannya.

Dear, Ar Rijaalul Matsaly

Deg,

Itulah kata pertama yang ditemukan Elbha setelah sebuah tanda tangan yang pernah ia lihat sebelumnya. Hatinya tiba-tiba berdesir ragu untuk membuka halaman selanjutnya. Namun rasa penasarannya kini lebih besar dari itu. Lagipula, ia sudah diizinkan untuk membuka serta membacanya.

Elbha kembali menggerakkan jemarinya untuk membuka halaman selanjutnya.

Aku bukanlah gadis baik. Bukanlah gadis keturunan paham agama. Namun mimpiku tetap seperti kata bunda. Mengharapkan lelaki sholih yang bisa membimbing hingga ke syurga.

Dan pagi itu aku merasa menemukannya. Menemukan sosok yang membuatku menulisnya dalam buku ini. Menulis kata yang tidak tau nanti berakhir seperti apa. Aku mengaguminya di usiaku yang masih sangat belia. Semua perkataannya membuatku tenang saat mendengarnya.

Aku hanya ingin menulis sekali. Dan akan menulis lagi saat aku kembali bertemu dengannya. Semoga buku ini tetap berada padaku, sebagai saksi bahwa aku tetap menunggunya hadir kembali.

Satu kata untuk pertemuan pertama. Dia terlihat berbeda, matanya tertunduk saat berhadapan dengan wanita. Tutur katanya indah, menasehati tanpa menghakimi. Tuhan...bolehkah aku mengharapkan yang seperti dia di saat nanti aku sudah dewasa?

 GUS ELBHARRA ( TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang