Bagian 6

14.1K 544 19
                                    

"Bima..." panggilku

"Dinda?"

Bima bangkit menuju arahku kemudian dengan cepat menarikku ke dalam pelukannya. Sungguh, pelukan yang sangat aku rindukan. Aku diam tidak menolak maupun tidak membalas pelukannya. Aku berusaha menahan gejolak di hatiku. Aku merindukan Bimaku, aku merindukannya. Kekasihku...

"Dinda... Aku merindukanmu" ucapnya lirih

Bima melepas pelukanku, menatapku dengan tatapan rindu. Jujur aku juga rindu padanya, aku menunggu waktu yang tepat untuk bisa bertemu dengannya lagi. Bima mengajakku duduk di sofa di ruangannya

"Apa kabarmu Din?" sapanya memulai pembicaraan. Aku memang dari tadi hanya diam saja, aku bingung harus bicara dari mana. Hati aku begitu merindukannya, namun otakku melarang keras aku mengungkapkan kerinduan pada Bima. Setelah dia menghilang tanpa kabar dan penjelasan apapun. Aku juga tidak mencari tahu keadaan dan kabarnya.

"Baik.."ucapku pelan

"Dinda.. Aku sangat merindukanmu" katanya lagi

Aku diam tidak menanggapi omongannya, ingin rasanya aku menjawab aku juga merindukanmu Bim. Tapi lidahku terasa kaku tidak bisa berucap apapun.

"Maafkan aku, aku telah pergi tanpa penjelasan padamu. Maafkan aku Dindaa.." aku masih diam, aku ingin dia yang berbicara semuanya sendiri tanpa harus aku tanyakan secara detailnya.

"Dinda.. Masalah Bella, aku tau aku telah berbuat salah padamu. Bella adalah sekretarisku, dan tanpa sengaja aku telah terbuai rayuannya. Aku sempat terlibat cinta satu malam dengannya, sampai dia mengaku dirinya hamil. Aku tidak percaya anak itu anakku, karena riwayat Bella adalah seorang wanita yang terlibat prostitusi"

Aku masih diam tanpa memberikan respon, aku menatap kedua mata Bima, aku memang mendapati kejujuran dan penyesalan dari matanya.

"Aku menyesal Din.. Aku menyesal telah menghianatimu, aku menyesal telah melukaimu. Aku pergi tanpa pamit, bukan karena aku pengecut, tapi aku ingin kau bisa menenangkan diri. Aku telah banyak memiliki dosa padamu. Maafkan aku.."

Aku tidak menjawab, aku terus diam. Aku ingin dia menjelaskan semua yang harus di jelaskan. Karena aku ke sini menuntut penjelasan. Bima menarik napas panjang, mengenggam tanganku menatap mataku

"Dinda.. Maukah kamu memafkan aku? Maukah kamu menerimaku kembali?"

"Lalu Bella? Lalu bayinya?"

"Aku belum yakin apakah anak itu anakku atau bukan. Biarlah aku menunggu hasil tes DNA. Bila itu memang anakku aku akan mengasuhnya"

"Lalu Bella?"

"Aku tidak mencintai Bella, Aku hanya mencintaimu Dinda.. Aku berjanji aku tidak akan pernah menyakitimu lagi, aku tidak akan pernah melukaimu lagi"

Benarkah ini? Benarkah Bimaku telah berubah? Benarkah yang dikatakan Bima? Dia tidak mencintai Bella? Aku masih mencintai Bima, aku masih sangat mencintainya. Rasaku padanya memang tidak pernah mati. Bimalah nyawaku, Bimalah penyemangat hidupku

"Bima.. Aku juga mencintaimu" hanya kata itu yang mampu aku ucapkan. Ku lihat Bima tersenyum dan menarikku ke dalam pelukannya.

"Terima kasih Dinda.."

"Bim.. Aku mau pamit" ujarku

"Pamit? Kau mau kemana? Apa kau mau meninggalkan aku? Apa kau tidak mau menerimaku lagi? Apa kau akan pergi? Kenapa Dinda?"

Aku tertawa kecil, lalu mengusap wajahnua. Wajah tampan yang selalu membuatku terpesona dia Bimaku yang tampan dan gagah, "Aku mau ke Paris. Kau lupa? Vero akan menikah"

AYAH UNTUK ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang