Bagian 29

11.3K 571 28
                                    

"PERGIIIII!!!!!!!" teriak Bima keras sembari melempar semua baju dan barang - barang di depan rumahnya. Matanya menunjukkan rasa emosi. Dia benar - benar merasa tertipu dengan Istrinya, tidak! Mantan istrinya, karena mereka sedang dalam tahap proses perceraian. Akibat keegoisan Bella, dia dan Dinda terpaksa berpisah. Tangisan pilu kedua putri Bella tak menyurutkan emosi di mata Bima, dia malah semakin terbawa emosi dan mendorong dua bocah itu hingga terjatuh.

"Papah.. Enapa jahaat sama kita?" tanya Velya dengan isak tangisnya. Bima mencengkram lengan mungil itu keras membuatnya mengaduh kesakitan.

"Jangan sebut aku papa!! Aku bukan papamu!! Kau paham?? Anak Haram!!!" bentak Bima keras tepat didepan wajah mungil itu

"Bima!! Hentikan!! Jangan sakiti mereka, mereka tidak tau apa - apa aku yang salah.." pinta Bella dengan mengamit lengan Bima.

"Sekarang juga, kau dan anak - anak harammu ini PERGIIII dari rumahku!! Dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!! Pahaam??!"

"Baik.. Aku pergi. Maafkan aku" Bella mengajak kedua putrinya meninggalkan rumah ini, dia masuk kedalam mobil adiknya Feby yang telah menantinya dengan tatapan penuh Iba

"Sabar.. Kau pasti bisa" hibur Feby kepada Bella. Lalu menjalankan mobil membawanya pergi menjauh dari rumah itu.

Di rumah Dinda

"Jadi apa keputusanmu?" tanya wanita itu dengan melipatkan kedua tangannya di dada

"Aku..."

"Kau harus tegas Din!! Aku tak suka dengan sikapmu yang plinplan tauu!!" ujar Vero sinis

"Aku tidak.."

"Dengar aku sekali ini saja!! Aku tidak ingin kau terjebak oleh buaya yang sama! Oke fine, Bella menipu kalian semua! Tapi coba kau pikir, Bima itu memang tidak setia!! Terbukti dia mudah tergoda dengan Bella, itu baru satu ya. Yang kedua, kamu flashback kembali deh bagaimana sikap Bima dulu! Dia hanya memanfaatkan kebaikan hati kamu, kamu dianggap ATM berjalan baginya. Yang ketiga ya, dia sering memaki kamu! Lupa? Dia sering memukulimu jika salah sedikit saja, apa kau lupa? Apa bagusnya Bima hingga kau harus lama berpikir untuk memilih Aldo daripada Bima? Katakan!!" ujar Vero panjang lebar. Dinda terdiam berusaha meresapi yang dikatakan oleh Vero. Benar adanya, bagaimana sikap Bima dulu kepadanya, bagaimana dia tidak menginginkan Vicko, bahkan cenderung mengabaikan mereka berdua. Bagaimana dia meninggalkannya dan Vicko.

"Aku sudah menentukan pilihan, aku yakin dan mantap dengan pilihanku kali ini!" ujar Dinda mantap

Vero menatapnya mengangkat sebelah alisnya, "Kau tau, kau adalah sahabatku. Apapun pilihanmu, aku akan mendukungmu. Aku hanya bisa memberitahukanmu, jika kau punya pilihan sendiri itu hakmu. Aku akan selalu mendukung dan menjagamu" Veron berjalan mendekati Dinda dan memeluknya penuh kasih sayang

"Terima kasih, kau selalu yang terbaik untukku."ujar Dinda

Dirumah sakit

Aldo menatap pintu sejak pagi tadi, dia menunggu seseorang datang menemuinya. Wanita yang begitu ditunggunya. Namun wanita itu tak kunjung datang. Rasa kantukpun menyerang Aldo membuatnya memejamkan mata sesaat.

Ckrek!!

Aldo membuka mata dan mendapati wanita dengan sejuta pesona itu tersenyum kearahnya.

"Apa aku mengganggu tidurmu?"

"Tidak pernah. Aku pikir kau tidak akan datang"

"Kau menungguku?"

Aldo tertawa mendengar candaannya lalu mengusap lembut rambut wanita itu

"Sudah makan? Aku bawakan kau sup asparagus. Kau mau?"

"Tentu saja. Aku merindukan masakanmu. Tapi kau harus menyuapiku" ujar Aldo mencoba menggoda wanita dihadapannya

"Kau tak pernah berubah dari dulu. Baiklah, ayo buka mulutmu"

Suapan demi suapan sup itu masuk ke mulut Aldo dihiasi dengan tawa dan canda riang. Tanpa sengaja tangan Aldo meraih tangan wanita itu saat sedang mengusap bibir Aldo. Mata mereka saling menatap. Seolah menyampaikan seluruh perasaannya melalui tatapan mata.

"Ehem! Apa aku mengganggu kalian?" deheman dan suara wanita terdengar lembut tapi sinis membuat mereka menoleh dengan serempak kearah sumber suara

"Dinda.." seru Aldo

Ada perasaan tak suka dalam diri Dinda melihat adegan kemesraan tunangannya dengan wanita lain. Mungkinkah ini rasa cemburu? Dan yakinkah bahwa ini cinta?

"Ah maaf aku akan kembali nanti, lanjutkan saja ya!" Dinda berbalik hendak pergi

"Jangan pergi Dinda... Dengarkan aku dulu" Panggil Aldo

Adis terdiam kaku dan canggung dalam kondisi seperti ini. Dia memilih menutup rapat mulutnya.

Dinda berbalik dan menatap wajah Aldo, meminta penjelasan kepadanya

"Jangan salah paham dulu sayang, Adis adalah sahabatku dari dulu. Dia sudah aku anggap adikku sendiri" ungkap Aldo yang ditanggapi senyum tipis oleh Dinda. Dinda yakin ini adalah rasa cemburu! Dia cemburu melihat Aldo dekat dengan wanita lain. Batinnya tak rela.

"Aku sudah selesai menjenguk Aldo. Aku akan pergi. Kalian bincang - bincang dulu saja"

"Tidak! Aku ingin bicara denganmu juga Dis, duduklah" ujar Aldo. "Dinda, duduklah disini sayang" ujar Aldo kepada Dinda

Kedua wanita itu duduk di samping kanan dan kiri Aldo menunggu sesuatu hal yang akan disampaikan oleh Aldo. Aldo menegakkan duduknya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Bella? Bima dan Wahab! Ada apa? Siapa yang mau menjelaskan kepadaku?"

Kedua wanita itu saling pandang bingung akan bercerita bagaimana. Tapi Aldo dengan sabar menantimya

"Pada Intinya, Bella adalah mantan tunangan Mas Wahab, Velya dan Velita adalah anak kandung Mas Wahab, namun Bella mengakui bahwa itu anak Bima. Kita sudah melakukan tes DNA dan terbukti bahwa mereka bukan anak kandung Bima. Bima menuntut cerai pada Bella dan mengusir Bella" Aldo mengangguk mendengarkan cerita Adis.

"Lalu sekarang, kau sudah tau bahwa Bima bukan ayah kandung Velya dan Velita. Apa kau berniat rujuk dengannya?" tanya Aldo to the point kepada Dinda. Dia sudah lelah dengan sikap ketidak tegasan Dinda kepada perasaannya.

Dinda menatap Aldo dan Adis bergantian. Lalu menatap mata Aldo semakin dalam Dinda tersenyum dan menjawab

"Aku sudah mengetahui perasaankh sebenarmya. Bima, dia adalah laki - laki pertama dalam hidupku. Dia memberikan aku rasa cinta dan sakit dalam bersamaan, dan kau adalah laki - laki yang selalu hadir di saat aku merasa sakit, kesepian dan membutuhkan kenyamanan. Kau mengajariku, cara mencintaimu. Kau membuatku merasa selalu ingin berada di dekatmu. Kedewasaanmu. Kesabaranmu, telah membuatku jatuh cinta kepadamu. Aku sadar semua ini saat hampir terlambat, dan sekranag aku tak mau terlambat lagi. Aku mencintaimu Aldo, maukah kau memaafkan aku?" Dinda meraih tangan Aldo menggenggamnya erat tanpa melepaskan kontak mata mereka "Maukah kau menikah denganku Bapak Raihaldo? Menjadi suami terbaik untukku, menjadi ayah untuk anak ku, menjadi pemimpin rumah tanggaku? Menjaga, menyayangiku dalam segala situasi?" tanya Dinda

Aldo menatap mata Dinda, hatinya begitun haru mendengar pernyataan cinta Dinda. Dia membalas genggaman tangan Dinda. Lalu tersenyum "Aku mencintaimu Dinda.. Aku .. Aku.. Mau menjadi suamimu" ujar Aldo mantap.

Mereka berdua larut dalam suasana haru dan melupakan sosok wanita di dekat mereka. Hati wanita itu hancur, namun bibirnha mengulas senyum tulus untuk mereka berdua

AYAH UNTUK ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang