Bagian 10

14.1K 602 24
                                    

Brak!!!

Aku mendengar seseorang membanting pintu kamarku dengan keras. Aku tau siapa yang melakukan hal itu. Dengan langkah pelan aku keluar dari kamar mandi, masih dengan santainya aku mengeringkan rambut sembari menatap pria yang berdiri dengan berkacak pinggang.

"Darimana saja kau??" bentaknya

"Dari dokter dan aku dirumah saja seharian tadi, kenapa?" tanyaku santai

"Kau tau, betapa bingungnya aku mencarimu di dokter tadi! Kau pergi tanpa pamit, ponsel kau matikan!! Maumu apa Dinda??"

Aku melempar handukku asal, tersenyum sinis, "Haruskah kau yang bertanya mauku apa? Tidak kah kau sadar yang kau lakukan tadi??"

"Apa? Aku hanya mengobrol dengan teman lelaki, memang salah apa aku hah??"

"Mengapa kau tidak mengakuiku sebagai istrimu???" Bima terdiam mendengar pertanyaanku. Lama aku menunggu jawaban namun, bibir Bima masih tertutup rapat.

"Kenapa diam Bim? Kenapa kau tidak akui aku sebagai istrimu? Kenapa malah kakak iparmu?" aku menarik napas pelan "Apa kau malu memiliki istri sepertiku?" ujarku pelan

"Mana mungkin aku malu,kau cantik dan menarik"

"Lalu mengapa tidak kau akuii???"

"Belum saatnya, aku belum bisa sekarang" ujarnya

Aku menatapnya heran, apa sih yang sedang di sembunyikan oleh Bima?? Maunya apa sih??

"Ada apa memangnya hah??"

"Aku belum bisa saja Dinda, aku.."

Tok tok tok

Perkataan Bima terpotong oleh suara ketukan di kamarku. Aku menghela napas mengontrol emosiku yang mulai siap meledak. Sejak hamil, aku merasa sedikit sensitif. Bukan sedikit sih, aku jadi gampang tersinggung dan marah. Karena pengaruh kandunganku, atau memang karena Bima?

"Ya masuk" ujarku

Siti membuka pintu, dan menatapku dengan takut - takut lalu menoleh kearah Bima.

"Maaf Non, ada tamu" ujar Siti tergagap

"Siapa Siti? Kamu kenapa?" tanyaku lembut agar Siti tidak merasa ketakutan

"Anu Non, itu.. Ada tamu.. Ingin ketemu.."

"Ya, siapa Siti??" tanyaku dengan sabar

"Anu non, seorang wanita.. Anu.. Ini.. Wanita itu.. Ini.."

"Siapa sih?? Ana anu dari tadi, yang jelas kalau ngomong!!" bentak Bima. Aku melihat Siti semakin ketakutan, aku memberi kode kepada Bima agar tidak membentaknya

"Ya sudah biar saya lihat saja siapa yang datang" ujarku sembari menyisir rambutku yang masih berantakan

"Maaf Non, yang datang istrinya Tuan Bima" aku menjatuhkan sisir yang aku pegang saat mendengar apa yang dikatakan oleh Siti. Siapa yang datang? Istinya Bima?? Aku menoleh kearah Bima, Bima diam mematung, wajahnya pucat.

"Siapa? Istrinya siapa?" tanyaku pelan kepada Siti

"Istrinya tuan Bima, Non" ujar Siti lagi

"Bima.. Apa yang dikatakan Siti..." aku tidak dapat melanjutkan kata - kataku, rasa sakit menjalar memenuhi dadaku. Sesak!

"Dinda.. Aku.. Aku.. Maaf" ujarnya kemudian aku menghrla napas dan bangkit dari tempag dudukku.

"Ayo selesaikan sekarang" aku berjalan pelan keluar kamar diikuti oleh Bima dan Siti, badanku yang membesar karena kehamilan ini membuatku agak susah berjalan cepat.

AYAH UNTUK ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang