Ckrek!!
"Usahamu akan sia - sia, dan lebih baik kau menjaga sikapmu. Jika sampai kau melakukannya, aku bisa menjamin kau akan mendekam dipenjara dalam waktu yang lebih lama!!" bentak Bima
Bella terdiam terpaku, dia tidak menyadari sama sekali bahwa Bima menguping pembicaraannya ditelpon dengan orang suruhannya. Seluruh punggungnya terasa panas. Tatapan mata Bima begitu menyeramkan.
"Sebaiknya kau mempersiapkan diri dan berkemas, karena sebentar lagi tempatmu bukan disini!"
"Ta-tapi.."
"Cukup!! Aku tidak mau bicara lagi, kau dalam pengawasanku nona!!"
Bima melangkahkan kaki keluar dari kamar Bella, tiba - tiba ibunya menghampirinya
"Bim.. Aldo udah sadar..."
"Apa?"
"Iya Barusan Dinda menelpon, memberi kabar bahwa Aldo telah sadar"
"Ayo kita berangkat. Mama sudah beritahu Papa?"
"Sudah.. Ayo"
Dirumah sakit
Dinda Pov
Mata itu menatapku lembut, bibir itu tersenyum kearahku, dan tanganku hangat menerima genggaman dari tangannya. Aku membalasnya dengan senyuman termanis yang aku punya, walaupun pandanganku mengabur namun aku tetap dapat melihat wajah tampannya.
"Hentikan tangisan itu, aku sudah ada disini" ujar suara berat yang begitu aku rindukan. Aku sudah tak tahan lagi. Aku menghambur memeluk tubuhnya menangis di dada bidangnya. Aku merasakan sentuhan lembut dipunggungku.
"Aku merindukanmu"ujarku jujur di sela - sela tangisanku
"Sstt.... Maafkan aku telah meninggalkanmu"
"Ku mohon jangan lakukan lagi, aku tidak tau apa jadinya aku dan Vicko tanpamu Aldo"
Dia tertawa sembari membelai rambutku "Mengapa? Jika aku pergi bukankah kau dan Vicko bisa bahagia bersama Bima?"
Aku melepas pelukannga menatap matanya tajam "Mengapa kau bicara seperti itu?"
Dia tersenyum lembut "Kau kan hanya mencintai Bima, aku ingin kau bahagia walau itu tak bersamaku"
"Bahagia? Bersama Bima? Kau tau aku bahagia bersamamu!!"
"Bagaimana kau bisa bahagia? Kau saja tidak bisa mencintaiku"
"Aldo!! Aku ...."
Ckrek!!
Suara pintu terbuka memotong pembicaraanku dan Aldo. Mama mertuaku dan Bima memasuki kamar dengan sedikit tergesa mama menghampiri Aldo. Memeluk serta menciumnya
"Terima kasih Tuhan, kau mengembalikan anakku" ujar mama dengan derai air mata dan senyum lebar menghiasi bibirnya
"Sudah maa, aku sudah disini kok"
Bima berjalan mendekatiku lalu berbisik ditelingaku "Aku ingin bicara denganmu"
Aku membalas dengan anggukan kepala lalu berjalan keluar ruangan tanpa meminta ijin dengan Aldo dan Mama yang sedang sibuk dengan pertemuan mereka
Aldo Pov
Aku melirik sekilas kearah Dinda dan Bima, mereka nampak berbisik. Entah apa yang diucapkan oleh Bima, Dinda mengikuti langkah Bima keluar dari ruanganku bahkan tanpa meminta ijin dariku. Dadaku sedikit sesak melihatnya, rasanya lebih baik aku koma dan tidak pernah sadar saja daripada melihat pemandanan memilukan hati
Seperti tadi, aku berusaha memancing Dinda mengungkapkan perasaannya padaku, namun nihil! Dia tidak akan pernah mencintaiku. Mungkin memang jodoh Dinda bersama Bima. Dan takdirku dan Vicko hanya menjadi Om dan Keponakan. Aku menatap balita tampan yang tengah tertidur di box dekat ranjangku. Wajahnya damai saat tertidur. Dialah yang membuatku sadar kembali kedunia ini. Mungkin ikatan bathin yang kuat antara aku dan dia.
Kata Dinda dan beberaoa dokter, Vicko menangis meraung - raung ingin bertemu denganku setelah bertemu dia menangis tiada henti lalu berusaha memintaku menggendongnya namun aku tak bergeming. Aku sedang koma!! Vicko tak berhenti, dia memelik dan menciumku berkali - kali. Setelah kejadian itu beberapa menit kemudian aku sadar. Benar - bear kejadian unik dan langka. Aku sangat menyayangi Vicko, bukan hanya untuk sebuah pencitraan demi mendapatkan ibunya, namun aku memang sangat menyayanginya. Dia seperti permata dihatiku, wahaha lebay! Oke fokus.
Dinda Pov
Bima mengajakku duduk di bangku taman rumah sakit. Angin malam menerpa tubuhku. Sedikit merasakan kedinginan karena ini sudah sangat larut. Tentu udara semakin dingin. Bima melepaskan jaketnya dan memakaikannya di tubuhku. Aku menghela napas.
"Din, aku sangat merindukanmu" ujarnya pelan
"Hmmm"
"Kau ingat ini tanggal berapa?"
"15 Mei"
"Yaa ini adalah tanggal dimana beberapa tahun lalu aku menyatakan cintaku kepadamu dan kau menerimaku sebagai kekasihmu, kau ingat?"
"Yaa tentu" ujarku sedatar mungkin. Aku tidak mengerti mengapa Bima membicarakan soal ini.
"Kau ingat, ada banyak hal yang kita lakukan selama 3 tahun bersama. Kau adalah wanita yang sangat mencintaiku. Aku tau bagaimana tulusnya kau mencintaiku, memenuhi segala yang aku inginkan. Berkali - kali mengalah demi aku" Aku tak menjawab Bima menghela napas dan melanjutkan pembicaraannya
"Aku tau bagitu banyak waktu yang telah aku sia - sia kan saat bersamamu dulu, begitu aku tak menghargai cinta dan kasih sayang tulusmu. Aku menyesal. Ingin rasanya aku putar kembali ke masa dulu, aku tak ingin menyakitimj lagi. Aku tak ingin mengecewakanmu lagi"
"Hmm" aku hanya bergumam pelan
"Din, jika benar Valya dan Velita bukan anakku, berarti Bella hanya menjebakku dan sengaja membuat kita berpisah, maukah kau menerimaku kembali??"
Aku menatap Bima, aku tau Bima telah berubah. Dia tidak seperti dulh yang egois, yang suka marah - marah, suka menghina dan memukuliku. Dia berubah mungkin karena belajar banyak tentang arti ketulusan dan bagaimana kehilangan. Aku menghela napas. Yah, bagaimana jika benar Bella ternyata hanya menjebak Bima. Dan Bima berarti tidak sepenuhnya selingkuh?
"Din.. Maukah kau dan Vicko kembali kepadaku??" tanyanya lagi
"Aku..."
"Apa kau masih mencintaiku?" tanyanha kembali yang membuat daerah sekitar tenggorokanku tiba - tiba mengering. Bahkan untuk sekedar menjawab Ya atau Tidak itu amat susah. Mengangguk bahkan hanya menggeleng aku juga tak mampu.
"Dinda.. Aku masih mencintaimu.. Aku ingin kau dan Vicko kembali kepadaku"
"Aku...."
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH UNTUK ANAKKU
RomanceCinta membutakan mata semua orang, termasuk Arinda. Seorang wanita yang begitu mencintai kekasihnya Aryabima dan berharap lelakinya mampu membalas cintanya. namun sikap kasar dan penghianatan yang diterima Arinda. mencoba bersabar dan menerima demi...