Bagian 14

13K 582 6
                                    

Dinda Pov

Dadaku masih berdenyut, luka ini terlalu dalam. Dia terlalu perah menyakitiku. Aku berusaha menahan tangisku, menghela napas berkali - kali. Menenangkan diriku.

Ku tatap jagoan kecilku yang tengah tertidur pulas. Hanya dia yang mampu membuatku bersemangat, hanya dia yang bisa membuatku bertahan. Mungkin jika tidak ad Vicko, aku sudah lama menggantung leherku di pohon. Aku sudah tidak tahan menanggung beban ini.

Ckrek!

Mama masuk kedalam kamarku mendekatiku dan duduk ditepi ranjang.

"Mau cerita sayang?" tanya mama lembut aku menatap mama, berusaha menyalurkan segala perasaanku lewat tatapan mata. Aku ingin mama tahu bagaimana perasaanku

"Mama mengerti.." ujarnya lembut. Dia menarikku kedalam pelukannya. Membelau punggungku lembut. Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, aku menangis pilu di dalam pelukan mama. Hanya ini tempat nyaman yang aku punya setelah lelah memakai topeng bahagia setiap harinya, aku lelah berpura - pura bahagia.

"Ma, aku mencintai Bima.. Tapi dia terlalu parah menyakitiku ma.. Aku.. Aku.." ucapku

"Mama mengerti akan perasannmu pada Bima, mama bisa melihat bagaimana kau memandang Bima. Jangan pernah menyalahkan takdir, jika takdir tidak berpihak kepadamu Din.. Jangan memaksa cinta, jika memang tidak bisa bersama. Cinta tidak egois, cinta tidak harus saling bersama. Jika kau mencintai Bima, letakkan dia di hatimu, jangan simpan sakit hati itu. Karena itu akan semakin membuatmu tersiksa.. Lepaskan, dan tenangkan hati dan pikiranmu.percaya, semua akan kembali baik" ujar mama menasehati aku mendesah pelan.

"Lihat Vicko, dia membutuhkanmu, tunjukkan ketegaranmu demi dia. Kau harus bisa melewati ini semua. Mama dan papa akan ada di belakangmu" aku mengangguk perlahan. Mengusap air mataku yang membasahi pipiku

"Kamu istirahat ya, besok biar lebih fit. Mama tinggal dulu" ujar mama mencium keningku dsn meninggalkan aku dikamar. Aku menatap kearah box, disana ada Bayi kecil yang tertidur damai. Kau harus bahagia sayang!

Dreett.. Drett.. Drett

Nomor yang tidak aku kenal menelponku, aku menjawab panggilan itu sebelum terputus

"Halo"

"Halo, Arinda?" tanya wanita di seberang. Siapa?? Apa aku mengenalnya

"Ya? Dengan siapa saya bicara?"

"Saya Bella, ISTRI Bima!" ujarnya menekankan kata ISTRI kepadaku. Aku menghela napas, mengapa hidupku tidak tenang begini? Tidak bisakah aku lepas jauh dari seorang Bima??

Aku masih diam tak menjawan, menunggu apa yang akan dikatakannya,"Aku ingin bertemu denganmu!" ujarnya

"Maaf saya sibuk!" ujarku ketus

"Aku ingin bicara denganmu!!"

"Ini sudah bicara, katakan saja apa yang ingin anda katakan! Karena saya tidak punya waktu banyak mendengar ocehan omong kosong darimu!"

"Baiklah, to the point saja. Aku ingin kau menjauhi Bima!!"

Aku mengerutkan keningku, "Bukannya sudah? Saya tidaj mendekati BIMAMU!" ujarku menekankan kata Bimamu.

"Maksudku, pergi jauh dari Bali. Entah keluar kota atau keluar negeri!"

Aku mencibirnya, "Memangnya siapa dirimu, berank memerintah saya?" ejekku

"Kita sama - sama wanita, Bima telah menjadi milikku, aku rasa kamu akan paham bagaimana rasanya sesuatu yang kamu miliki direbut orang lain bukan? Mengertilah! Aku dan anak - anakku membutuhkan Bima!!"

Aku tertawa, "Anda lucu, jika anda bertanya bagaimana perasaanku jika apa yang telah aku miliki direbut orang lain? Jawabanku adalah biasa saja! Aku sudah pernah merasakannya, bagaimana kekasihku kau rebut! Tapi, aku tak masalah. Itu menunjukkan kepadaku, bahwa Bima tidak pantas bersamaku! Dan ya, satu lagi, kamu begitu lemah dan manja menjadi seorang wanita. Sebegitu butuhnya kah dirimu pada Bima?" aku tertawa kecil "Aku dan anakku juga butuh Bima sebagai suami dan ayah untuk anakku, tapi aku tidak masalah memberikannya kepadamu! Karena aku bisa menjaga dan menghidupi diri sendiri dan anakku, tidak usah jadi benalu pada suami"

"Kau... Kau..." geramnya terdengar sedikit emosi

"Apa? Apa ada lagi yang ingin di sampaikan?"

"Intinya jauhi Bima!!!"

Aku tertawa, "Apa dia berpalinh darimu? Kasihan. Tentu!" ujarku lalu memutuskan panggilan iti. Haik! Hatiku sakit! Apa wanita itu tidak sadar dengan apa yang diucapkannya? Dia yang merebut Bima dariku, bukan aku! Dia yang menghancurkab hubunganku dengan Bima! Dan dia mengataiku yang merebut Bima? Disitulah kadang saya merasa lucu!!

Esok harinya

Dia menatapku penuh tanda tanya, melihatku dengan tatapan heran. Apa aku seaneh ini sampai dia menatapku seperti itu? Aku kan hanya ingin memberinya kejutan. Apa salah? Ahh..

"Kenapa sih kamu Do?" tanyaku dia hanya menggeleng

"Kamu cantik" ujarnya membuatku tersipu. Ah si Raja Gombal mulai beraksi merayuku.

"Terima kasih" ucapku malu - malu

"Kamu tampak berbeda hari ini, apa yang membuatmu bahagia?" tanyanya

Aku tersenyu ,"Kamu.. Kamu yang membuatku bahagia" ujarku tulus. Memang benar dialah yang membuatku bahagia di tengah kehancuranku, dia bagai air yang aku butuhkan saat aku berada di gurun pasir. Dia seolah menjadi malaikat pelindungku.

"Aku ingin selalu membuatmu bahagia Dinda.. Aku ingin selalu melihatmu tersenyum" ujar Aldo

"Yaa aku tau"

"Aku mencintaimu Arinda" ujarnya kemudian aku hanya terdiam bingung akan menjawab apa.

"Maaf.." ujarku pelan nampak di matanya kekecewaan mendengar perkataanku itu namun dia memaksakan seulas senyum di bibirnya

"Tidak apa aku mengerti" aku mengenggam tangannya erat

"Aku akan berusaha mencintaimu, Aldo. Aku akan membuka hatiku untukmu. Tunggulah" ujarku tulus menatap matanya

Senyumnya mengembang, "Benarkah? Kau serius?" aku mengangguk mantap.

"Yah, aku akan berusaha"

"Aku akan menunggumu selalu Arinda" ujarnya membuatku tersenyum manis

Aldo mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya, "Awalnya aku ingin melamarmu lagi, tapi aku takut kau akan menolakku lagi" dia tertunduk menatap kotak kecil yang diletakannya di atas meja

"Mendengar kau mau berusaha membuka hati aku jadi bersemangat. Aku akan melamarmu saat kau sudah siap" ujarnya

Aku tersenyum, "Sekarangpun aku siap" dia menatapku tak percaya, dan aku memberikan senyum tulus kepadanya.

"Apa.. Apa.. Apa kau .. Eh tidak.. Ehem.. Arinda, apa kau mau... Aduh gak gak.." aku menatapnya heran ada apa dengannya? Kenapa jaadi gagap begini?

"Arinda, maukah kau menikah denganku?" ujarnya lantang, percaya diri dan tegas.

Aku tersenyum kearahnya, "Aldo aku....

Maaf pendek yaa, yaah besok aku update lebih panjang lagi. Hihi
Vote dan komen makasi yaa semua

AYAH UNTUK ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang