Bella Pov
Melihat tawa bahagia mereka berdua membuatku merasa bersalah, mereka banyak mengalami kesulitan dan itu semua bisa karena aku juga. Aku tidak menyangka, mereka mau mengundangku di acara ini. Padahal sudah pasti keluarga Aldo sangat membenciku. Mereka ingin berbagi kebahagiaan bersamaku.
"Mamah, itu papaa..." tunjuk Velita kearah sosok laki - laki berjas hitam yang menatao kearah kedua pasang pengantin berbahagia itu. Aku melihatnya dengan penuh kerinduan, aku yakin Velya dan Velita sangat merindukannya. Aku tak mau menambah masalah.
"Velya pengen di peyuk papah maah.." rengek putriku
"Velitaa jugaaa maah..." mereka hampir menangis. Aku berusaha menenangkan mereka agar tidak membuat ribut dan menjadi pusat perhatian
"Sstt... Nanti yaa ketemu papa. Liat om Aldo sama tante Dinda lagi nikahan dulu. Habis itu kita ketemu papa ya" janji palsuku kepada kedua putriku. Batinku terus meminta maaf kepada anak kembarku karena aku benar - benar menyakiti mereka. Bodoh!! Aku sangat bodoh.
Melihat Aldo dan Dinda mengikrarkan janji sucinya, aku teringat akan pernikahanku dengan Bima. Dulu Bima juga sempat berjanji seperti itu, walaupun tidak setulus hati. Tapi aku bahagia kala itu. Aku turut tersenyum untuk mereka berdua.
Setelah acara janji suci aku mengajak kedua putriku unuk segera pergi dari tempat ini. Aku tidak ingin keluarga Aldo sadar aku berada disini. Tidak ingin malu, dan tidak ingin membuat keributan. Aku berjalan menggandeng kedua putriku melewati koridor hotel ini.
"Papah..." seru Velita aku menoleh kearah Velita lalu mengikuti pandang mata bulat kecil itu. Tubuhku gemetaran, kaku seketika melihat laki - laki tampan dihadapanku menatapku dengan datar. Aku mengeratkan genggamanku pada kedua putriku menunduk dan berusaha berjalan melewatinya
"Velya kangen papah..." seru Velya dengan sedikit memberontak padaku
"Velita jugaa..." Velita ikut - ikutan. Aku sekuat tenaga menahan mereka namun mereka dengan keras menyentakkan tanganku dan berlari menuju Bima. Oh ya Tuhan, semoga Bima tidak menyakiti kedua peri kecilku.
"Papahhh.." seru keduanya kearah Bima. Bima diam tak merespon. Dia memandangi dua putri kecilku yang mengulurkan tangan ingin dipeluk olehnya. Karena Bima hanya diam saja, Velya lalu memeluk betis besar milik Bima. Aku kaget melihat Velya yang begitu nekat memeluk kaki Bima. Bagaimana jika Bima menendangnya? Oh tidak beluk selesai pemikiranku, Velita juga ikut memeluk kaki Bima sebelahnya. Aku memejamkan mata menanti detik berikutnya. Namun hening tidak ada suara benda jatuh atau ringisan kesakitan. Aku membuka mata dan.....
Bima Pov
Wanita itu bersama kedua putrinya berdiri dihadapanku. Muak aku melihat wajahnya, namun saat aku perhatikan dia terlihat sangat ketakutan. Putrinya menatap penuh rindu kearahku. Oh, Velya dan Velita, walaupuj bukan putri kandungku, tapi selama hamil, melahirkab dan membesarkan mereka aku selalu ikut andil. Aku menyayangi mereka. Percayalah aku merindukan mereka juga.
Wanita itu berusaha berjalan cepat melewatiku bersama kedua putrinya.
"Velya kangen papah..." seru Velya polos dan mencoba melepaskan diri dari ibunya
"Velita jugaa..."
Kata 'kangen' yg diucapkan dengan polos oleh kedua gadis cilik itu meruntuhkan egoku. Mereka tidak bersalah, yang salah adalah ibunya. Mengapa membohongiku, merusak kebahagiaanku? Tapi Velya dan Velita juga berhak bahagia bukan?
Mereka berlari menghambur kearahku, mengangkat kedua tangannya meminta peluk dariku. Aku masih diam entah apa yang harus aku lakukan? Menumpahkan rinduku? Atau menjaga harga diriku, bahwa aku tidaj terpengaruh oleh kedua putri ini? Tiba - tiba Velya dan Velita memeluk erat kakiku. Aku menatap mereka, sebegitu rindunyakah mereka kepadaku? Aku yang sudah menyakiti mereka? Yang sama sekali tak memiliki dosa kepadaku? Aku melirik Bella sepintas, matanya terpejam. Aku kemudia berjongkok dan memeluk kedua putriku. Mengusap punggung mereka satu persatu
"Papa merindukan kalian gadis - gadis kecil" ucapku berbisik ditelinga mungil mereka. Mereka mengeratkan pelukannya padaku. Rasa hati menjadi seorang ayah menyeruak, aku menyayangi mereka, bisakah aku bertemu dengan mereka lagi? Jika aku pergi ke Miami, bagaimana menemui mereka? Lalu Bella? Dia akan besar kepala bukan jika aku ingin bertemu anak - anaknya? Lalu...?? Aku tak mau ambil pusing, biar aku nikmati beberapa menit memeluk mereka.
Aku melepas pelukan mereka dan menatap mereka satu per satu. Mata mereka basah, mereka menangis! Sekali lagi. Aku membuat putti kecil tanpa dosa ini menangis.
"Papah, asih bencii cama Velya?" tanya nya polos. Apa? Benci? Apa aku mengatakan aku membenci mereka? Taukah mereka arti kata benci? Sakitkah hati mereka mendengar kata Benci dariku
"Papah.. Velita cayang papaaahh.. Aapin Velita udah nakang cama papah ya..."bujuk si kecil aku tertawa mengacak rambut mereka berdua lalu mencium pipi mereka satu per satu
"Papa gak pernah benci sama kalian, kalian anak - anak papa yang papa sayangi. Kalian tidak pernah bandel sama papa. Maafkan papa ya, sudah menyakiti hati kalian berdua" ucapku penuh penyesalan. Percayalah aku menyesal menyakiti mereka.
"Jika kelak kau menemukan perempuan yang benar - benar mencintaimu, jangan kau sia - siakan lagi, jangan kau sakiti lagi. Ingat kesempatan tak datang dua kali, ikuti kata hatimu"
Tiba - tiba teringat kata - kata Dinda kepadaku. Aku menghela napas sejenak menatap kedua putriku lalu menatap kearah Bella. Dia menangis sembari membekap mulutnya, aku memberikan senyum dan kode agar dia mendekat kearahku. Bella berjalan ragu kearahku
"Aku akan pergi ke Miami" ujarku kepadanya. Dia nampak terkejut. Namun dia mengangguk dan tersenyum kearahku.
"Jaga dirimu. Maafkan kedua putriku yang telah lancang" dia menarik kedua putrinya lalu hendak berjalan meninggalkan aku. Tidak! Aku tak mau jauh dari Velya dan Velita!!
"Bella, tidakkah kau mau ikut denganku?"
Selamat pagii semuanya, happy sunday ya.. Part berikutnya malam pertama Dinda dan Aldo, dan yang ini? Aku gantung ajaa deh yaa
Vote komennya
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH UNTUK ANAKKU
RomanceCinta membutakan mata semua orang, termasuk Arinda. Seorang wanita yang begitu mencintai kekasihnya Aryabima dan berharap lelakinya mampu membalas cintanya. namun sikap kasar dan penghianatan yang diterima Arinda. mencoba bersabar dan menerima demi...