Bagian 30

12K 537 39
                                    

I'm trying to be okay.. I'm trying to be alright.. but seeing you with her, just don't feel right!!

Adis Pov

Aku benar - benar bingung harus bagaimana, tidakkah mereka mengharagiku yang berada di sini? Mengapa harus mengumbar kemesraan mereka. Aku hendak beranjak pergi, namun tangan Aldo menggenggam tanganku kuat. Aku menatapnya

"Duduklah" aku menurutinya dan duduk kembali di tempatku

"Maaf" ujarnya lirih. Aku menatap matanya

"Maaf untuk apa?" tanyaku

"Aku terlambat menyadari perasaanmu kepadaku,Dis. Aku tidak pernah menyadari kau begitu mencintaiku. Bahkan sedari dulu. Maaf aku terlalu banyak menyakitimu" ujarnya. Dari mana dia tau tentang perasaanku?

"Adis, aku selalu berharap kau mendapatkan sosok pria yang terbaik dalam hidupmu. Aku sangat menyayangimu, kau adalah bagian dari keluargaku Dis" aku mencoba tersenyum membalas genggaman tangannya

"Aku tau, aku bahagia melihatmu bahagia. Sampai kapanpun, kau adalah sahabat terbaik yang aku punya. Cepatlah sembuh, aku sudah menyiapkan acara pernikahanmu" sekuat tenaga aku menahan diri untuk tidak menangis. Aku tidak ingin terlihat lemah. Walaupun aku hancur, aku kalah dan aku tak bisa mendapatkan cintanya.

"Terima kasih Adis" ujarnya

"Ah aku harus segera pergi, ada yang harus aku selesaikan. Sampaii jumpa lagi ya, Dindaa jaga Aldo baik - baik ya.. " Dinda mengangguk dan tersenyum kearahku. Aku meraih hand bag ku lalu berjalan keluar ruangan rumah sakit.

Aku menutup pintu ruangan. Bersandar pada dinding di depan ruangan Aldo. Meremas dadaku sendiri. Sakit tak tertahankan. Air mata mengalir tanpa bisa aku tahan lagi. Menangis tanpa suara. Menikmati pedih.

Aku merasakan bahuku tersentuh dan aku mendongakkan kepalaku melihat sesosok laki - laki berdiru dihadapanku

"Sedang apa kau menangis disini?" tanyanya. Aku mengusap air mataku dan menatapnya tajam

"Itu bukan urusanmu!"

"Sudahlah. Terserah kau saja. Aku ingin menemui Aldo"

"Lebih baik besok saja kau datang lagi!!"

"Mengapa? Apa yang kau coba sembunyikan??"

"Tidak ada. Sebaiknya kau jangan temui Aldo saat ini" aku tau maksud tujuan Bima ingin menemui Aldo. Dia pasti ingin mengompori Aldo tentang rencananya yang akan mengajak Dinda rujuk. Tidak boleh!! Bima tidak boleh merusak kebahagiaan Dinda dan Aldom sudah terlalu banyak dia menyakiti dua orang itu.

"Minggir!!!" Bima mendorongku hingga aku jatuh terjerembab dilantai. Ish!! Bima benar - benar kepala batu! Egois! Aku segera bangkit dan masuk kedalam ruangan Aldo.

Wajah tegang menyelimuti Bima, aku bisa menebak betapa marah dan kecewanya dia melihat Dinda dan Aldo yang tengah asyik berciuman, tidak menyadari kehadiranku dan Bima. Aku melirik kearah Bima, tangannya mengepal kuat. Pasti hatinya sangat sakit. Sama! Aku juga, hatiku seperti berdarah - darah hebat. Sakit dan sesak melihat pemandangan itu. Dinda dan Aldo masih asyik saling melumat. Mata mereka terpejam, pantas tidaj menyadari kehadiran kami

"Ehem!!!" deheman keras Bima membuat mereka menghentikan aktifitas panas yang membuat dadaku seperti terhantam bongkahan batu besar.

"Bima?Adis?" senyum khas Dinda menyapaku dan Bima yang berdiri di ambang pintu. Aku menahan air mataku dan tersenyum kearah mereka. Aldo memandang tak suka kearah Bima. Aura mencekam di keluarkan oleh dua saudara satu ayah dan satu ibu ini

"Apa yang kalian lakukan barusan? Kau mencium Dinda?" tanya Bima dengan suara meninggi.

"Apa salahnya aku mencium calon istriku sendiri?"

"Calon istrimu? Dia akan menjadi istriku! Sudah cukup Bella menjadi penghalang antara kami, dan sekarang aku, Dinda dan Vicko akan bersama"

Aldo tersenyum dan melirik Dinda. Dinda menatap Aldo dan kemudian beralih pada Bima

"Bima.. Duduklah dulu, mari kita bicarakan ini semua baik - baik"

"Apa Din? Kau menikahi Aldo karena ingin mendapatkan figur ayah untuk Vicko kan? Kau lupa, bahwa aku masih bernafas? Untuk apa memaksakan diri menikah dengannya??"

Dinda tersenyum dan tetap tenang, dia benar - benar wanita tangguh. Aku mengaguminya. Dia akan menjadi sosok wanita yang aku contoh.

"Memang, awalnya aku berniat untuk mencarikan figur ayah untuk Vicko, karena kau telah membuangnya begitu saja. Namun perlahan tapi pasti, aku menyadari bahwa aku mulai mencintai Aldo, aku tak mau kehilangan dia lagi. Kau memang ayah kandung Vicko sampai kapanpun hal itu tidak akan terganti, kau bisa bertemu dengannya, bisa bermain dengannya"

"Kau harusnya menjadi istrikuu!! Mengapa kau harud bersamanya???"

"Memang, aku pernah sangat mencintaimu, bahkan cintaku ini cinta buta. Aku rela kau sakiti, kau hianati, kau kasari dan kau campakan aku begitu saja. Tapi seiringnya waktu, aku belajar untuk membuka hati dan pikiran, bahwa kini aku mencintai Aldo. Bim, kau memberiku cinta dan kebahagiaan tapi juga memberikan luka dalam secara bersamaan"

"Mengapa kau tak melupakan masalah itu? Itu masa lalu Din, aku telah berubah!! Percayalah aku tak akan menyia- nyiakanmu lagi"

Dinda tersenyum dan menggeleng "Kelak kau akan mendapatkan wanita yang terbaik, percayalah. Dan jika telah kau temukan cinta sejati iti, berjanjilah untuk tidak mengecewakannya lagi"

"Din...aku masih mencintaimu" lirih Bima

"Aku tau, jika kau mencintaiku sebaiknya tidak egois. Aku pernah mencintaimu begitu dalam, dan saat harus merelakanmu dengan Bella aku tak egois. Aku relakan, belajarlah untuk mengikhlaskan aku ya"

Bima beranjak dari tempat duduknya tanpa sepatah katapun dia melangkah pergi meninggalkan ruangan ini. Aku yanh sebenarnya tidak diperlukan memilih pergi menyusul Bima.

Tbc or end??

End aja ya.. Kabuurrrr

AYAH UNTUK ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang