Bagian 28

11.2K 536 16
                                    

Bella Pov

Sial!! Benar - benar sialaan!! Brengsek!!! Aku membanting seluruh barang yang ada dikamarku. Seketika aku mendengar tangisan dari kedua putriku. Aku membalikkan badan dan melihat mereka berdua berpelukan di pojok ruangan memandangku dengan tatapan ketakutan. Aku memejamkan mata kemudian berjalan mendekati mereka berdua. Aku berjongkok dihadapannya

"Hei,Double Ve mama? Kenapa kalian?? Kenapa menangis?" tanyaku dengan senyum lembut dan membelai wajah mereka berdua

"Mama.. Enapa mamah mayah-mayah teyus? Enapa cemua bayang - bayang mamah empar?" tanya si sulung Velya kepadaku

Aku mengelus rambutnya pelan, "Maafin mama ya sayang udah buat kalian berdua takut"

"Mamah mayahan sama papa agii??" sekarang giliran Velita yang bertanya

Aku hanya menanggapi dengan senyum tipis "Apa mama dan papa mau berpicah?" tanyanya lagi yang membuat dadaku seketika sesak. Ini semua salahku, dan sekarang lihat.. Kedua putri kembarku yang menanggung akibatnya.

Seandainya dulu aku tidak terbawa perasaan dengan Bima, seandainya saja aku menikah dengan Mas Wahab, mungkin mereka berdua akan lebih bahagia bersama ayah kandungnya. Obsesiku untuk memiliki Bima, membuat banyak orang tersakiti. Baiklah bila itu Dinda, aku taj perduli. Tapi ini? Kedua putri kembarku tersakiti. Mereka akan kehilangan sosok seorang ayah. Bima memang menyayangi mereka, Bima masih bersikap baik dengan mereka. Namun tetap saja, jika Bima tau sesungguhnya mereka bukan anak kandungnya, apa Bima masih mau menyayangi mereka? Apa Bima masih mau baik kepada mereka?

"Mamah... Enapa??" tanya Velya mengguncang bahuku yang terdiam melamun.

"Mama sayang kaliab berdua, kalian tau. Ini hal yang cukup rumit untuk kalian ketahui. Tapi dengarlah mama, mama mencintai kalian lebih dari apapun. Maafkan mama" ujarku setetes air mata jatuh dadaku sesak sekali. Aku merasakan tangan mungil lembut mengusap air mataku. Membelai pipiku dengan pelan. Aku menatap mata kedua putriku. Aku menarik mereka kedalam pelukanku. Ya Tuhan, inikah karmaku? Karma karena telah membohongi semua orang? Merebut Bima dari Dinda? Menyakiti Wahab dan Adis? Tapi mengapa harus Velya dan Velita? Tidak bisakah menghukumku saja?

Ckrek!!

"Bersiaplah!! Kami menunggumu di mobil!!" ujar mertuaku dingin. Ibu mertuaku ini memang sangay membenciku. Dulu dia begitu menyayangi Velya dan Velita, namun sejak insiden Adis membongkar semuanya, dia jadi sangat kasar pada kedua putriku.

"Tii Sarah..." panggil Velita dengan manja dan berlari kearah neneknya dengan mengangkat kedua tangannya pertanda ingin di gendong. Alih - alih di gendong, mama mertuaku malah mendorong Velita hingga jatuh kelantai.

"Aaaww.. Huaaa huaa" tangis Velita pun pecah. Aku berlari menghampirinya

"Hei!! Kamu bukan cucu saya!! Kalian ini hanya penipu!! Kalian ingin harta keluarga saya, makanya tega merusak kebahagiaan anak saya!! Mengaku - ngaku hamil anak Bima!! Padahal entah anak siapa mereka!!"

"Mama boleh memakiku!! Tapi jangan sakiti mereka!!"

"Apa peduliku pada mereka!! Mereka bukan cucukuu!!!!! Cucuku hanya Vicko!!!" ujar mama mertuaku dengan keras

"Cepatlah!!!" ujarnya lagi yang aku balas dengan anggukan.

"Cup cup jangan nangis ya sayang" bujukku pada Velita

"Mamah, kenapa Ti Sarah jadi gayak ama kita?? Emang Velya dan adik nakal ya Ma?" ujar polos Velya yang aku balas dengan senyuman

"Gak kok sayang, Ti Sarah lagi marah sama mama. Sudah kalian jangan nangis. Diem dirumah dulu sama mba ya, mama keluar dulu" aku mengecup kening kedua putriku dan melangkah keluar. Bersiap menghadapi apa yang akan terjadi.

Sampai di rumah sakit

Semua telah berkumpul menunggu hasil tes DNA, aku melihat Bima duduk di seberang bersama Dinda. Tangan Bima menggenggam erat tangan Dinda. Memancarkan sejuta cinta. Dia terlihat begitu bersemangat. Seandainya dia tahu bahwa semua yang dikatakan Adis benar, mungkin dia akan sangat bahagia bisa berpisah denganku. Tapi biarlah, aku sudah lelah mempertahankan ini. Aku berharap mereka tidak mencebloskan aku dipenjara. Kasihan Velya dan Velita. Aku hanya diam menatap lurus kearah Bima dan Dinda. Dinda nampak diam tak bersemangat. Pandangannya kosong. Inikah akhirnya? Memang mereka berjodoh!

Seorang dokter keluar dari ruang lab rumah sakit ini. Dokter itu adalah sahabat baik Bima. Aku pernah bertemu dengannya sesekali.

"Bagaimana hasil tesnya?" tanya Bima tak sabaran. Aku hanya menundukkan kepala pasrah akan semua yang terjadi hari ini

"Sabarlah dulu bro!! Hasil tes DNA ini menunjukkan bahwa Velya dan Velita adalah putri kandung daru Wahab Senopati. Mereka bukan putri biologismu Bim! Hasilnya negatif"

"Aah syukurlah" ucap syukur Bima. Aku hanya bisa tertunduk takut apa yang akan terjadi padaku. Tiba - tiba tubuhku terdorong hingga jatuh kelantai. Aku menatap siapa yang melakukan itu. Mama mertuaku.

"Kau memang penipu!! Kau ular berbisa!! Beraninya kau menipu kami hah!! Mengaku hamil anak Bima!! Sekarang semua sudah jelas!! Apa yang bisa kau katakan sekrang hah??? JALANG!!" teriak mama mertuaku keras hingga menggema di koridor rumah sakit ini

"Sabar ma.. Tenanglah" bujuk papa mertuaku

Bima berjalan mendekatiku, menatapku dengan tatapan tajamnya,"Aku bisa memasukkanmu kepenjara karena telah menipuku!!"

"Ja- jangan Bim.. Aku mohon.. Kasihan Velya dan Velita.. Ma aku mohon maaf.. Ampun.." pintaku menangis bersujud di kaki Bima

"Shit!! Hanya dengan maaf apa semua akan kembali normal? Kau menghancurkan hubunganku dengan Dinda!! Dan berharap mendapatkan maaf dariku??"

"Aku mohoon ..."bujukku dengan tangisan

Plak!!

Sebuah tamparan mengenai pipiku, mama mertuaku menamparku. Sakit. Tapi lebih sakit hatiku. "Tanda tangani surat cerai ini!! Dan aku tidak akan mencebloskanmu kepenjara!!!"

"Ba-baik.. Tapi tolong jangan penjara"

"Segeralah pergi dan bawa anak - anakmu dari rumahku!!!"

Aku hanya memandangi map merah yang ada ditanganku dengan derai air mata yang terus banjiri pipiku. Mereka semua melangkah pergi meninggalkab aku yang sesenggukan dilantai

"Kau tak apa?" tanya suara lembut itu mengulurkan tangannya aku menatapnya sebentar dan meraih tangannya ikut berdiri dan dudu di sebuah kursi bersebelahan dengannya

"Kau pasti sangat membenciku kini bukan?" tanyanya pelan. Kenapa membencinya?

"Aku tau, kau sangat mencintai Bima. Dan jujur bukan maksudku ingin merebut Bima kembali, hatiku telah terisi oleh orang lain. Aku tau, kau melakukan ini semua semata karena mencintainya bukan hartanya. Tapi caramu salah" aku masih diam menangis sesenggukan

"Bella, jika kau mencintainya jangan memaksanya, tapi cintailah dia dengan tulus. Karena ketulusan akan dapat meluluhkan hati orang. Percayalah. Jika Bima jodohmu, kalian akan kembali bersama"

"Tidak Din, Bima pasti sangat membenciku. Aku hanya berharap mereka tidak memasukkanku kepenjara"

"Tidak.. Aku berani jamin. Mereka tidak akab memasukkanmu kepenjara."

"Maafkan Aku Dinda.. Aku..."

"Aku marah tapi sekaligus berterima kasih padamu. Jika bukan kareba kau dulu, aku tidak akan tau bahwa Bima tidaj pernah setia kepadaku. Walaupun kau ikut menjebaknya. Tapi terima kasih"

"Maaf.."ujarku pelan. Dinda menarikku kedalam pelukannya mengelus punggungku. Aku menumpahkan tangisku dalam pelukannya

"Aku.. Aku mencintainya.. Aku terlalu egois.. Ini bukan cinta.. Aku terlalu.. Terobsesi.. Memiliki Bima.. Maafkan aku.. Aku menyakiti.. Semua orang. Termasuk anak -anakku"

"Ssstt.. Setidaknya kamu telah sadar dari kesalahanmu. Perbaikilah selagu mampu.. Demi Velya dan Velita"

Aku mengangguk dan semakin mengeratkan pelukanku.

Tbc

AYAH UNTUK ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang