Bagian 13

13.5K 589 37
                                    

Bima Pov

Memandang kearah luar, melihat tetesa air hujan membuatku merasa lebih baik dan sedikit tenang. Aku nampak tersenyum dari luar, namun tidak ada seorangpun yang tahu betapa rapuh, hancur dan banyaknya beban yang aku pikul.

Aku mengaduk kopi yang ada di hadapanku masih menatap kearah luar jendela. Aku merindukannya, merindukan wanitaku. Kenapa hidupku jadi serumit ini? Aku merindukan kehidupanku yang dulu bersama Dinda. Sejak hadirnya Bella, hidupku hancur berantakan. Aku sama sekali tidak mencintainya!

Dinda adalah wanita yang amat sangat aku cintai, aku sadar betapa bodohnya aku yang meninggalkannya demi wanita murahan itu. Namun, aku tidak bisa berbuat apa - apa, Dinda pasti tidak akan mau di madu. Dan jika aku menceraikan Bella, dia pasti akan membawa pergi Valya dan Velita. Walaupun aku tidak mencintai wanita itu, tapi aku sangat mencintai kedua putriku.

Aku mendesah pelan, mengingat semua perlakuanku kepada Dinda. Pasti dia sangat membenciku saat ini, pasti dia sangay kecewa padaku. 3 tahun lebih aku bersama Dinda, segalanya telah Dinda berikan untukku, perhatian, kasih sayang, materi, bahkan mahkota berharganya dia berikan padaku. Dinda selalu mengalah padaku setiap kali kita bertengkar, Dinda memenuhi segala keinginanku, dia selalu berusaha membuatku bahagia, tapi aku? Apa yang aku lakukan kepadanya? Aku selalu menyakitinya, mengasarinya, menghinanya, bahkan akh menghianatinya. Cintanya yang begitu besar dan sempurna kepadaku malah aku sia - siaakan begitu saja. Benar kata orang, penyesalan akan selalu datang belakangan. Aku menyesal telah menghianatinya, aku sadar di saat aku telah kehilangan wanitaku Itu.

Sebuah mobil hitam berhenti di pinggir jalan tepat di depan Coffe Shop ini, aku merasa mengenali mobil itu. Itu seperti mobil Aldo, mau apa dia ketempat ini? Bukannya Aldo tidak suka kopi? Aku menatap mobil itu terus, dan keluarlah seoranh pria yang aku kenali, Aldo. Dia berjalan memutari mobilnya membawa sebuah payung. Aldo dengan siapa? Mungkin rekan kerjanya! Pikirku dalam hati

Namub tebakanku meleset, seorang wanita turun dari mobil itu dan Aldo mendekap wanita itu agar tidak terkena hujan. Wanita itu tersenyim dan membalas mengaitkan tangannya pada lengan kekar Aldo. Melihat adegan itu hatiku memanas, aku benar - benar tidak menyukainya! Apa - apaan itu? Aldo beraninya merangkul wanita yang aku cintai. Aku terus mengikuti kemana mereka melangkah dan benar, mereka memasuki Coffe shop ini.

Aku menghampiri mereka, lalu dengan kasar aku menarik Dinda dari dekapan Aldo. Dinda menatapku marah

"Apa - apan sih kamu!!" bentaknya

"Ngapain kalian berdua disini? Dan kenapa kau merangkulnya hah??" bentakku sembari menatap Aldo tajam

"Memang apa urusanmu? Kau bukan siapa - siapa Dinda kan? Jadi kau tidak berhak melarangku mendekati Dinda!!" ujar Aldo santai yang sukses membangkitkab emosiku

"Aku berhak! Dan aku sangat berhak! Aku mencintai Dinda, dan Dinda juga mencintaiku!! Aku peringatkan kau, jangan pernah mendekati, bahkan menyentuh Dinda walau seincipun!!"

"Lepasiin aku Bima!!!" bentak kasar Dinda aku menoleh kearahny, baru kali ini Dinda membentak dan menghempaskan tanganku dengan kasar. Aku menatap heran Dinda yang menurutku telah berubah. Tidak! Aku tidak ingib kehilangannya!!

"Dengar ya, Aku dan kamu sudah tidak punya hubungan apa - apa jadi jangan pernah mengganggu kehidupan aku!! Dan asal kau tau, aku sudah tidak lagi mencintaimu! Dimataku kau hanya laki -laki brengsek!! Aku mencintai Aldo!!" ujar Dinda yang sukses membuat jantungku berhenti berdetak. Apa katanya? Dia mencintai Aldo? Sudah ada laki - laki lain yang menggantikan posisiku di hatinya?? Tidak!! Dinda berjelan kearah Aldi dan mengaitkan tangannya di lengan Aldo

"Kau milikku Dinda!! Aku tidak akan biarkan kau bersama laki - laki lain!!" Dinda membalasnya dengan tatapan sinis

"Sory brother, Dinda bukan milik kamu!! Dia kekasihku, calon istriku!! Tetaplah berada pada batasanmu Bim!!" ujar Aldo yang semakin membuat emosiku memuncak. Aku berjalan cepat kearah Aldo, menarik kerah bajunya lalu

Bugh!!

Aku melayangkan tinju kearah pipi Aldo membuatnya jatuh tersungkur. Aku menginjak perut Aldo lalu menghajarnya lagj dengan sekuat tenaga.

"Hentikan!! Hentikan Bima!! Jangan sakiti Aldo!!" teriakan Dinda membuatku semakin semangat menghajar Aldo, hingga tubuhnya bersimbah darah dan tidak sadarkan diri

"Cukup!! Kau tau dia kakakmu!! Kakak kandungmu!! Kamu brengsek!!" teriak Dinda sambil menarikku menjauh dari tubuh Aldo. Aku melihat Dinda memeluk Aldo dan menangisinya. Aku tidak rela! Aku benar benar tidak rela

Dreett.. Dreett.. Dreett

Sebuah panggilan masuk menyadarkanku dari lamunan. Shit!! Itu hanya lamunanku saja rupanya!! Aku melihat nama orang yang menelponku, Bella! Mau apa wanita sinting ini menelponku? Aku mengabaikan panggilannya, lalu kembali menatap lurus kehadapan dua orang yang tengah melihat - lihat cake. Mereka terlihat mesra. Dan aku tidak menyukai itu. Ingin rasanya aku mematahkan tangan Aldo yang melingkar di pinggang ramping Dinda. Tunggu!! Pinggang ramping?? Aku memfokuskan pada perut Dinda, sudah tidak buncit lagi. Aku ingat - ingat mungkin Dinda sudah melahirkan. Jadi anakku seperti apa? Apa dia laki - laki? Atau perempuan? Aku menyesal tidak pernah mengantarkan Dinda ke dokter aku tidak tau anakku bagaimana. Aku mendesah lagi.

Aku tak kuat menatap pemandangan di depanku itu, lalu aku bangkit dan berjalan cepat menghampiri mereka berdua. Aku menarik tangan Dinda.

"Bima!! Lepasin aku!!" ada keterkejutan dimata Dinda melihatku lagi

"Bim! Lepasin Dinda!!" perintah Aldo

"Diem kamu di sana! Jangan ikut campur!!" aku menarik Dinda keluar dari Caffe dan membawanya mendekat ke mobilku. Namun Dinda menghempaskan keras tangannya dan terlepas dari genggamanku. Dia berjalan menjauhiku aku menariknya lagi. Kini kami berada di parkiran Caffe di bawah langit yang sedang turun hujan.

"Dinda!!" aku sedikit berteriak agar dia mendengar apa yang aku katakan karena hujan turun sangat lebat. Bajuku dan Dinda sudah basah terekena hujan. Dinda menatapku dengan tatapan marah

"Maumu apaa Bima????" teriak Dinda

"Aku tidak suka kau bersama Aldo!!"

"Apa urusannya denganmu hah??"

"Karena aku mencintaimu!!"

Dinda tertawa, "Aku muak mendengar kata cinta darimu AryaBima! Semuanya bullshit!!"

"Aku memang benar hanya mencintaimu!!!" bentakku keras

"Kau tau, cintaku kepadamu lebih besar daripada cintamu kepadaku! Kau tau, aku sudah terlalu banyak mengalah demi kamu. Aku lelah berpura - pura bahagia. Kebahagiaan semu yang kamu berikan kepadaku, aku lelah!!" suara Dinda bergetar, sepertinya dia menangis, karena air hujan menutupi air mata yang mengalir kepipinya aki menatapnya dengan kasih sayangku. Aku sadar aku sangat mencintainya

"Mungkin kita memang tidak berjodoh! Jika selama ini aku selalu lakukan segala cara untuk membuatmh bahagia, maka kini bantulah aku agar bahagia"

Mungkin ini saatnya, akan aku lakukan apapun untuk membuatnya tersenyum kembali. "Akan aku lakukan apa saja demi membuatmu bahagia, aku menyesal Dinda.. Aku mohon maafkan aku"

Dinda tersenyum, "Aku sudah memaafkanmu, dulu kamu tak pernah menganggap aku hidup. Aku cuma punya hati, tapi kamu mungkin tak pakai hati. Kamu berbohong aku percaya, kamu lukai aku tak perduli. Kau tinggalkan aku aku tetap menunggumu, kamu pergi dengan wanita lain aku masih tetap setia. Apa kurang pengorbananku selama ini? Aku tak berharap lebih darimu Bima, aku hanya ingin cintamu!!!" Dinda berhenti menatapku, tatapannya penuh luka, aku sadar aku telah menyakitinya. Hatiku benar - benar sakit melihatnya seperti ini. Dia begitu terluka.

"Sekarang lakukan satu permintaanku jika kau benar - benar mencintaiku, biarkan aku bahagia. Aku ingin kau menjauh dariku. Pergilah.. Maafkan aku Bima.. Posisimu telah tergantikan. Maaf" ujar Dinda yang sukses membuatku terpaku. Dinda pergi meninggalkan aku menuju Aldo dan entah aku tidak tau kemana mereka. Aku masih terpaku di bawah air hujan mendengar tiga kata yang begitu menyakitkan 'Posisimu telah tergantikan'. Mungkinkah Aldo yang menggantikannya??

Tersadar dari lamunanku, aku tidak tau bagaimana kondisi anakku dan Dinda. Aku membalikkan tubuhku mencari keberadaan Dinda dan Aldo namun aku tidak melihat mobil mereka. Mereka sudah pergi. Cintaku telah pergi.

Yaaps maaf pendek ya semoga suka dehh part inii
Vote komennta jangan lupa makasii banyaak yaa

AYAH UNTUK ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang