Flash back on
Melihatnya menangis tersedu aku tidak perduli, di kepalaku hanya terbesit emosi dan kecewa memuncah mengetahui fakta dia menghianatiku.
"Berhentilah menangis! Jawab aku mengapa kau masih berhubungan dengan Arya Bima??"
Wanita cantik itu menatapku, "Karena aku mencintainya!!" jawabnya dengan mata masih menatapku tajam. Apa katanya? Mencintainya? Mencintai laki - laki lain itu?
"Kau bercanda? Kita akan segera menikah kau adalah tunanganku, dan jangan lupa janin itu!! Anak kita berdua!!"
Dia tersenyum sinis lalu mengelap air matanya, "Anak ini memang anakmu, tapi ini bisa menjadi senjata ampuh untuk mendapatkannya"
"Mak-maksud kamu??" tanyaku panik. Apa yang tengah ada dipikiran wanita ini?
"Aku rasa kamu terlalu pintar untuk tau maksudku apa Wahab!!" ujarnya kemudian bangkit dan hendak melangkah pergi namun aku mencekal lengannya. Dia menatapku tajam.
"Aku tidak akan membiarkan rencanamu ini, itu anak ku. Dan aku akan bertanggung jawab untuknya"
"Oh ya? Kau tidak akan bisa. Bodoh!!" wanita itu menghempaskan cekalan tanganku dengan kasar dan berjalan mendekati tangga, baru menuruni satu anak tangga, aku kembali mengejarnya. Namun... Aaaaaaakhh....
Flashback off
Adis mendekat kearah pintu kamar tempat Aldo di rawat intensif. Adis mengganti baju yang dikenakannya dengan jubah besar dan panjanh berwarna hijau, aku juga di minta menggenakan penutup rambut dan masker. Tujuannya adalah agar ruangan tetap steril saat masuk keruangan Aldo. Perawat membukakan pintu kamar dan menyilahkan Adis masuk ke dalam ruangan yang serba putih. Adis menahan napas saat melihat Aldo terbaring dengan berbagai alat medis ya g menempel ditubuhnya guna penunjang hidup Aldo.
Adis melangkah semakin dekat dan kini telah berada di dekat Aldo. Wajah Aldo yang biasanya terlihat tampan dan gagah, kini terlihat pucat dan pipinya tirus. Matanya terpejam, sepertinya tidur Aldo sangat damai.
"Aldo, maafkan aku. Semua ini salahku, seandainya saja kita tidak bertemu lagi, seandainya saja aku tidak menyuruhmu mengejar Dinda, mungkin sekarang kamu dan Dinda telah tersenyum bahagia dengan pernikahan kalian"
Adis membelai lembut puncak kepala Aldo, dia sungguh mencintai laki - laki ini. Adis melangkahkan kaki menjauh dari tubuh Aldo, berjalan keluar ruangan tempat Aldo di rawat.
"Adis..." panggil suara lembut yang membuatnya menoleh kearah sumber suara. Adis tersenyum tipis melihat Dinda berjalan mendekatinya
"Bisa kita bicara sebentar?" ucapnya tegas seolah tidak ingin Adis menjawab 'Tidak'. Adis menganggukan kepala dan berjalan mengekori Dinda
Adis dan Dinda duduk berhadapan di sebuah Caffe dekat rumah sakit. Dinda memandang Adis lekat, namun Adis mengalihkan tatapannya.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Adis
"Jelaskan semua kesalahpahaman ini padaku. Apa yang kalian lakukan saat itu, dan mengapa Aldo bisa kecelakaan? Dan mengapa polisi lebih dulu menelponmu bukan aku?" tanya Dinda berentetan tanpa jeda. Adis menghela napasnya pelan
"Aldo sangat mencintaimu, dia memintaku mempercepat pernikahan kalian. Dan aku menyetujuinya, karena itulah dia memelukku saat itu. Aldo dan Aku adalah teman dari SMP. Dia adalah sahabat baikku, pelukan waktu itu sudah biasa kami lakukan sejak dulu. Tidak usah terlali cemburu" ujar Adis. Dia memberi jeda pembicaraannya untuk menatap ekspresi Dinda. Namun ekspresi yang ditunjukkan biasa saja. Datar.
"Hari itu, aku meminta Aldo untuk mengejarmu. Menjelaskan semuanya agar tidak ada salah paham, namun ditengah jalan dia...." Adis tidak melanjutkan kata - katanya. Adi memejamkan matanya sedikit kemudian kembali menatap Dinda, wanita itu menundukkan kepalanya sedikit mengusap air mata yang sedikit mengalir dari matanya.
"Kau tak apa?" Dinda menggeleng atas pertanyaan Adis
"Dan mengapa polisi menelponku lebih dulu, itu karena polisi melihat namaku di panggilan keluar. Aku yang terakhir di hubungi oleh Aldo. Jadi mereka menelponku bukan kamu Dinda"
"Maaf jika aku telah salah paham denganmu" ujar Dinda lirih. Dia menatap kearah jalan
"Boleh aku yang bertanya?" pertanyaan Adis membuat Dinda kembali menatapnya. Dan hanya menjawab dengan anggukan kepala
"Apakah kau mencintai Aldo??"
Dinda terdiam, matanya menatap lurus ke dalam mata Adis. Namun Dinda memutuskan kontak matanya dan menatap kearah luar jendela.
"Yaa aku sangat mencintai Aldo. Aku yakin akan perasaanku ini. Awalnya aku pikir cintaku masih untuk Bima, namun saat aku melihat kalian berpelukan, aku yakin dan aku sadar Aldo telah merebut hatiku. Dia membuatku mencintainya"
"Apa tidak ada keinginanmu kembali pada Bima? Yang aku tau dia adalah ayah Vicko. Anak mu" tanya Adis pelan
Dinda menggeleng, "Sakit penghianatan yang dilakukan oleh Bima, luka yang ditoreh oleh Bima, Aldo yang menyembuhkannya. Dan kini semua perasaanku pada Bima telah berpaling kepada Aldo"
"Bagaimana jika Bima ternyata...... Tidak sepenuhnya menghianatimu?"
"Mak-maksudmu??"
Adis sadar ucapannya lalu menggeleng pelan "Maksudku, seandainya saja Bima tidak menghianatimu apa kau akan kembali padanya?"
Dinda tersenyum "Kau begitu mencintai Aldo ya? Sampai kau berharap aku dan Bima rujuk??"
Adis memelototkan matanya "Apa??"
"Tidak usah kau tutupi, aku tau bagaimana kau memandang Aldo. Kau sangat mencintainya. Tapi maaf, aku juga mencintai dan dicintai oleh Aldo. Jadi aku rasa aku tidak akan melepaskan Aldo" ujar Dinda mantap
Gemuruh dada Adis mendengar pernyataan Dinda, rasa egois memiliki Aldo kemudian perlahan muncul. Batinnya beteriak, "Akupun ingin bersamanya"
"Tidak masalah" ujar Adis singkat yang dibalas senyuman oleh Dinda. Dinda bangkit hendak pergi dari Caffe itu
"Bagaimana jika kedua putri Bima bukan putri kandungnya?? Bagaimana jika Bima hanya korban jebakan Bella??" Dinda berbalik dan menatap Adis yang duduk menghadap jendela
"Apa yang kau bicarakan??"
Adis menatap mata Dinda, "Bima tidak menghianatimu sepenuhnya, dia dijebak oleh Bella. Dan kedua putri itu, bukan putri kandung Bima!!!"
"A-apa???"
Laahh gimana selamat pagii semuanya??
Sarapan part ini ya??
Semoga sukaa
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH UNTUK ANAKKU
RomanceCinta membutakan mata semua orang, termasuk Arinda. Seorang wanita yang begitu mencintai kekasihnya Aryabima dan berharap lelakinya mampu membalas cintanya. namun sikap kasar dan penghianatan yang diterima Arinda. mencoba bersabar dan menerima demi...