POV DARRIEL
Hari ini aku berangkat lebih pagi dari biasanya karna jadwal piketku untuk menyambut para murid di gerbang sekolah dan memeriksa kelengkapan atribut mereka.
Berat sebenarnya harus meninggalkan oppa ku lebih awal tapi mau bagaimana lagi, tugas magangku juga tak kalah pentingnya dan kini aku sedang berdiri di gerbang sekolah bersama pak Jimmy dan pak Josep.
Para murid mulai berdatangan dan aku meneliti kerapian dari siswa-siswiku sembari menyalami mereka.
"dasinya pakai dulu yang bener, baru boleh masuk." ucapku pada seorang siswa kelas 12.
"sambil jalan pak." jawabnya dengan cengiran.
"nggak.... benerin dulu disini, saya tungguin pokoknya." tegasku masih dengan nada ramah sembari menyalami murid yang berbaris di belakang siswaku ini.
"pak iel...." sapa seorang siswi kelas 10 dan aku tersenyum ramah padanya.
"udah pak." sambung siswa kelas 12 itu dan aku menatapnya sekilas lalu mengangguk kecil.
"pagi pak iel..." ucapnya sembari berlari melewatiku dan aku hanya menggeleng kecil.
"sepatumu kok putih." ucap pak Josep dan aku melirik sekilas pada siswa manis yang baru saja menyalamiku.
"yang hitam kotor pak." alasannya dan aku hanya menahan senyum teringat alasan classic yang dulu pernah aku gunakan sewaktu SMA.
"saya gak terima alasan, copot sebelah kiri."
"taruh disini." sanggah pak Josep yang memang cukup tegas dari guru yang lain dan aku hanya mendengarkan negosiasi guru dan murid itu sampai si siswa mengalah.Matahari semakin terang dan aku melirik jam dipergelangan tanganku yang menunjukkan pukul 06.55.
Aku kembali fokus ke depan dan melihat 3 orang siswa berjalan dengan santainya dari arah parkiran yang memang terpisah gerbang namun masih satu gedung.
"ayo itu cepetan, mau saya tutup gerbangnya." teriak pak Josep menunjuk kearah 3 siswa yang mempercepat jalannya.
"bajumu Juna." ucapku menahan lengan muridku karna seragam bagian depannya hanya di masukkan satu sisi saja sedangkan dua temannya yang memang sudah rapi melanjutkan langkah.
"telat pak, nanti di hukum pak Mitro." kelit muridku.
"masukkan bajumu Jun." tegas pak Josep dan entah memang benar atau hanya perasaanku saja.
Setelah mendapat bentakan pak Josep ekspresinya langsung berubah dari wajah meledek menjadi wajah datar dengan kilatan tak suka dengan guru killer nya itu.Yah, ku rasa semua murid juga akan seperti itu jika berhadapan dengan guru semacam pak Josep.
"masukkan bajumu." ulangku dengan nada lebih lembut dan dia menurut.
"udah pak." ucapnya dan aku mengangguk.
"bye bye bapak plastik......." teriak murid nakalku sembari berlari dan terdengar tawa penuh sirat meledek sedangkan aku hanya melotot kaget menahan kesal dengan ucapannya barusan.
"kamu tidak apa-apa?" tanya pak Josep membuatku sedikit terkesiap.
"a-ah tidak pak." ucapku gelegapan dan kami bertiga mulai melangkah beriringan meninggalkan gerbang.
"Darriel tidak ada jadwal ngajar?" tanya pak Jimmy menengok ke arahku.
"tidak pak." singkatku ramah.
"piket di kantor?" sambung pak Josep.
"di UKS pak." jawabku tersenyum tipis dan pak Josep hanya mengangguk. Kami berpisah saat hampir mendekati halaman sekolah.
"mari pak." ucapku mengangguk kecil.
"iyaa..." sahut mereka bersamaan dan aku langsung memisahkan diri berbelok ke arah kiri menuju UKS sedangkan pak Josep dan pak Jimmy menuju ruang guru.
••••
POV AUTHOR
09.35Jam istirahat telah berbunyi dan Darriel yang berada diruang UKS segera merunduk untuk mengambil tas yang dia taruh di laci meja jaga.
"permisi...." ucap seseorang.
"ya___" ucapnya tergantung saat menyembulkan kepala dan melihat Pandu yang berpakaian olahraga sedang memapah Arjuna ke brankar.
"kenapa?" tanya Darriel segera beranjak menghampiri dua siswanya itu."jatuh pas main bola pak."
"bapak bisa obatin luka kan?" tanya Pandu pada Darriel yang sedang menatap lutut Arjuna."bisa, dulu waktu SMA saya ketua PMR." balas Darriel berjalan mengambil kotak P3K di rak dekat meja.
"bapak beneran bisa?" tanya Arjuna menatap Darriel yang sedang menyiapkan obat namun guru magang itu hanya menengok sekilas tanpa suara lalu berjalan menuju murid nakalnya. Dia menarik kursi untuk duduk di dekat brankar.
Darriel mulai menuangkan alkohol ke atas kapas namun tangannya di cekal Arjuna membuatnya mengalihkan pandangan menatap remaja manis itu.
"saya gak yakin bapak bisa obatin luka." ragu Arjuna.
Darriel melepas cekalan Arjuna lalu mengulurkan kapas ke depan wajahnya dan Arjuna reflek memundurkan kepala.
"kamu obati sendiri." ucap Darriel dan Arjuna hanya memamerkan gigi rapi nya membuat Darriel menghela nafas kasar.
"saya kira bapak cuma ngerti plas___PAK....." ucapan Arjuna berubah menjadi pekikan saat lukanya di tekan kuat-kuat oleh Darriel.
"sakit pak." Darriel diam melanjutkan kegiatannya.
"bapak gak bosen liatin plastik aja pak?" tanya Arjuna setelah beberapa menit diam.
"mulut kau ini minta saya pukul ya? wibu bawang." sewot Darriel menempelkan kasa steril dan plester ke lutut muridnya.
"kali-kali nonton yang saya kasih tau kemarin pak."
"jangan yang putih-putih kek tepung aja yang di tonton.""kau ini minta saya pukul beneran ya." kesal Darriel menunjuk Arjuna dan Arjuna hanya tertawa melihat ekspresi yang di tunjukkan gurunya.
"pak sabar pak." ucap Pandu menengahi.
"oke terimakasih bapak plastik..." sela Arjuna turun dari brankar di sebrang sisi Darriel.
Darriel berdiri berniat meraih Arjuna namun terhalang brankar membuat Arjuna kembali tertawa dan berlari kecil dengan kaki pincang.
"awas kau ya...." teriak Darriel dan tawa Arjuna terdengar semakin lantang.
"kenapa el?" tanya Bisma yang baru sampai di ambang pintu UKS melihat ke dalam dan keluar ruangan bergantian.
"itu anak IPS yang main game sama lo kemarin nyebelin banget."
"masa oppa gw dikatain plastik mulu."
"padahal emang aslinya ganteng, putih, multitalenta, tercinta, tersegalanya." adu Darriel dan Bisma hanya tersenyum tipis."ya makanya lu coba nonton anime kayak gw."
"lo juga... mau samaan kayak dia?" sewot Darriel dan Bisma tertawa.
"dah lah ke kantin aja yuk..."
"anak-anak udah jalan kesana duluan." Darriel mengangguk dan dua sekawan itu segera keluar UKS melangkah menuju ke kantin.~°°~
TERIMAKASIH💛JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💛
SEE YOU NEXT CHAPTER🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYMMETRY [BELUM REVISI]
FanfictionSeorang K-popers dan seorang wibu di pertemukan semesta dalam wadah sempit dan terbiasa, begitu membuai dan terlena, hingga lupa itu semua hanya bersifat sementara, hingga wadah itu terberai tak bersisa. pertemuan yang tak terencana mencoba merajut...