POV DARRIEL
Pukul tujuh malam, dan aku masih berendam didalam bathtub sejak 30 menit yang lalu.
Setelah makan malam ditepi pantai tiga hari yang lalu, Arjuna tidak menghubungiku lagi.
Aku tau dia sedang sibuk dengan perjalanan dinasnya, tapi tidak bisakah meluangkan waktu untuk mengirim pesan ala kadarnya? atau menanyakan bagaimana suasana hatiku hari ini? atau sekedar menggoda dengan pertanyaan tidak merindukanku?
Haaah... menyebalkan rasanya merasakan kecewa ini lagi seperti 9 tahun yang lalu.Aku sedikit meringsut menyandarkan kepala di bathtub dan samar-samar aku mendengar suara dering panggilan dari ponselku namun aku mencoba mengabaikannya.
Terhitung sekitar 5 kali ponselku terus berdering dan aku bangkit membilas tubuhku dibawah shower lalu menyambar bathrobe dan segera keluar dari kamar mandi.
"bunda?" lirihku melebarkan mata saat melihat 6 notifikasi panggilan tak terjawab.
Bunda kembali menelpon dan aku segera mengangkatnya."halo bunda? ada apa?" tanyaku panik pada beliau.
"el... darimana?" tanya beliau padaku.
"mandi bunda."
"el...." panggil beliau lirih dan perasaanku mulai tak enak.
"iy...iya bun." jawabku tergagap takut jika ada kabar yang tidak ku inginkan.
"ada yang datang melamarmu."
DEG!
Nafasku seakan tercekat mendengar ucapan bunda dan aku terduduk diatas ranjang merasa kakiku sangat lemas.
"el..." panggil beliau sekali lagi.
"si...siapa bun??" jawabku lirih.
Bukannya menjawab, beliau justru mengubah ke panggilan video dan aku menggeser gambar kamera dengan perasaan campur aduk.
"kamu kenal dia?" tanya bunda setelah mengganti mode kamera belakang dan aku semakin susah bernafas saat melihat Arjuna diapit dua orang yang tidak ku kenal.
"dia membawa orangtuanya kemari untuk melamarmu." terang bunda dan aku masih diam.
"el..?" panggil bunda menyadarkanku.
"bagaimana? dia datang kemari untuk melamarmu."
"diterima atau tidak?""menurut bunda?" tanyaku dengan sisa tenaga.
"bunda ikut maumu nak... semua keputusan ada ditangan kamu."
Aku masih terdiam mencoba mencerna keadaan dan mempertimbangkan semuanya dengan singkat.
"iel terima bun." pungkasku dan aku melihat Arjuna begitu antusias berkata "yes" membuatku menahan senyum.
"yakin el? sudah di pertimbangkan baik-baik?" tanya bunda meyakinkan.
"Darriel yakin bunda." ucapku mantap.
"baiklah... kalau begitu bunda matikan telponnya."
"jaga kesehatan disana.""iya bunda, bunda dan yang lain juga jaga kesehatan."
ucapku dan sambungan telpon berakhir.Aku terdiam dengan jantung yang berdebar kencang dan tubuhku ambruk kebelakang menatap langit-langit kamarku yang polos.
Aku meremas dadaku berniat meredam debaran yang tak karuan ini. Dia, dia menghilang tanpa kabar dan tiba-tiba muncul dengan kejutan yang kemarin sempat ku harapkan.
Sempat terbesit dalam pikirku, bisakah? bisakah kita menyatukan perbedaan ini untuk berjalan searus?
Tapi dengan keputusan singkatku kali ini, aku tidak ingin kehilangan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYMMETRY [BELUM REVISI]
FanfictionSeorang K-popers dan seorang wibu di pertemukan semesta dalam wadah sempit dan terbiasa, begitu membuai dan terlena, hingga lupa itu semua hanya bersifat sementara, hingga wadah itu terberai tak bersisa. pertemuan yang tak terencana mencoba merajut...