Vote dulu yuk sebelum baca
Dan jangan lupa ramein komen 😙Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────
"Tidak bisakah kau berpenampilan sewajarnya?" Zale menegur Vasillis.
"Menurutku penampilanku saat ini sudah wajar dan terlihat keren." Vasillis membetulkan kacamata hitam yang ia kenakan, sebelum mengangkat keranjang berisi sayuran ke atas pundaknya.
Kacamata hitam itu Vasillis beli menggunakan uang yang diberikan Halley. Mereka juga menggunakan uang dari Halley untuk membeli pakaian karena tak ingin terus-terusan menjadi pusat perhatian orang-orang. Sebab, pakaian yang mereka kenakan sebelumnya tentulah terlihat kuno jika dibandingkan dengan model pakaian di zaman sekarang.
"Memakai kacamata hitam di pasar, sementara pekerjaanmu adalah kuli panggul, kau sebut itu keren? Kau tidak lihat mereka menertawakanmu karena menganggapmu gila," cela Zale.
"Diamlah. Lagi pula yang dianggap gila aku bukan kau," dengus Vasillis. Lalu ia beranjak dengan memanggul keranjang di pundaknya.
Marlon menatap punggung Vasillis sambil menipiskan bibir. Perdebatan Vasillis dan Zale, serta tingkah konyol Vasillis seolah menjadi hiburan tersendiri bagi Marlon. Bahkan ia tak bisa membayangkan seandainya ia berada di tempat asing ini tanpa mereka berdua, mungkin kejiwaannya akan terguncang jika harus menghadapi situasi rumit ini sendirian.
"Membuat malu saja," gerutu Zale yang masih jengkel karena Vasillis tidak melepaskan kacamatanya. "Kuli panggul saja banyak gaya," celanya lagi.
"Sudah. Biarkan Vasillis bertingkah sesukanya selama itu tidak merugikan," sahut Marlon menanggapi. "Ayo selesaikan pekerjaan kita."
Marlon dan Zale melanjutkan pekerjaan mereka, mengangkat keranjang berisi sayuran ke atas pundak dan mengantarkannya ke pedagang. Lama kemudian, mereka bertiga berkumpul setelah menyelesaikan pekerjaan dan mendapatkan upah.
"Akhirnya kita mendapatkan penghasilan." Vasillis mengibas-ngibaskan uang lecek hasil dari menjadi kuli panggul di pasar tradisional.
Vasillis merasa senang karena pada akhirnya mereka mendapatkan pekerjaan. Yah, walau hanya menjadi kuli panggul tapi setidaknya mereka memiliki penghasilan. Hanya di pasar mereka bisa mendapatkan pekerjaan tanpa harus membawa surat lamaran dan lainnya.
"Tak pernah terbayangkan olehku, prajurit berpangkat Letnan sepertiku alih profesi sebagai kuli panggul," keluh Zale, menatap nanar uang di tangannya.
Vasillis terkekeh atas perkataan Zale barusan. "Kau saja tidak pernah membayangkan apalagi beliau ini yang berpangkat jenderal dan berasal dari keluarga bangsawan." Vasillis menyenggol lengan Marlon.
"Jabatan yang kita miliki di Kerajaan Siregal tidak berguna di sini. Lagi pula, aku sudah kehilangan jabatan setelah dijebloskan ke penjara." Pandangan Marlon tampak meredup sesaat ketika teringat kehidupannya di Kerajaan Siregal yang sebelumnya tentram dan damai, berubah menjadi kesengsaraan setelah fitnah keji yang dilayangkan padanya.
Tak hanya kehilangan jabatan, Marlon juga harus kehilangan ibundanya yang tiba-tiba jatuh sakit setelah putra semata wayangnya divonis bersalah dan akan dieksekusi mati. Hingga selang beberapa hari berikutnya ibundanya pergi menyusul ayahandanya yang sudah 10 tahun meninggalkan mereka. Hingga kapanpun kejadian pahit itu akan terus membekas dalam ingatan Marlon, sekalipun ia sudah memulai kehidupan baru di tempat asing ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time and Destiny
FantasyMarlon merupakan sosok yang begitu disegani dan dihormati karena ia menjabat sebagai jenderal militer di Kekaisaran Siregal. Tetapi, siapa yang akan mengira jika reputasi yang telah Marlon bangun dengan susah payah, hancur dalam sekejap mata setelah...