30. Even

6K 1.1K 780
                                    

Malam...

Jangan lupa vomennya yah...

Tolong tandai kalau ada kesalahan dalam penulisan 🤗
────────────────────────────────────────────

Marlon baru kembali setelah sebelumnya ia menghabiskan waktu beberapa puluh menit untuk lari pagi. Saat melewati ruang tamu, Marlon melihat secangkir kopi tergeletak di atas meja. Ia lantas berjalan ke dapur untuk mencari Maria dan menanyakan tentang kopi itu.

"Kopi di ruang tamu milik siapa, Maria?" Marlon bertanya karena seandainya kopi itu untuknya, Maria hanya perlu meletakkannya di meja makan karena ia terbiasa menikmati kopi setelah sarapan. Marlon juga tidak berpikir kopi itu untuk Halley mengingat Halley lebih suka minum jus atau susu saat di pagi hari.

"Kopi milik Tuan Arsen. Tadi dia berkunjung kemari," balas Maria tanpa mengalihkan perhatian dari sayur yang sedang ia potong-potong.

"Lalu di mana dia sekarang?" tanya Marlon karena ia tidak melihat sosok Arsen.

"Dia pulang sebelum bertemu Halley." Maria tadi pergi ke kamar Halley untuk mengabarkan kedatangan Arsen, namun kebetulan Halley sedang di kamar mandi. Maria pikir, Arsen akan menunggu Halley selesai mandi, tapi saat Maria pergi ke ruang cuci dan kembali lagi, Arsen tak lagi berada di ruang tamu.

Marlon meninggalkan dapur sambil bertanya-tanya dalam hati, untuk apa Arsen datang kemari pagi-pagi dan langsung pulang sebelum bertemu Halley? Menyingkirkan rasa penasarannya, Marlon bergegas membersihkan diri begitu tiba di kamarnya.

Beralih pada Halley yang baru keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Halley tak bisa menyembunyikan kekagetannya, ia terperanjat melihat sosok Arsen berada di kamarnya. Lelaki itu dalam posisi berdiri dan membelakanginya, menghadap ke jendela kaca yang menampakkan pemandangan luar dari ketinggian. Saat ia di kamar mandi tadi, Maria memang mendatanginya dan mengatakan kedatangan Arsen, tapi Halley tak menyangka Arsen akan masuk ke kamarnya.

"Apa yang kau lakukan di kamarku, Ar?"

Arsen menoleh ke arahnya. Halley bisa melihat tatapan Arsen langsung terpaku pada tubuhnya yang kini hanya terlilit handuk sepanjang setengah paha. Entah mengapa tatapan Arsen membuatnya tak nyaman.

Halley kembali bersuara untuk menarik atensi lelaki itu dari tubuhnya. "Hal penting apa yang ingin kau bicarakan denganku, hingga sepagi ini kau sudah berada di sini dan masuk ke kamarku tanpa dipersilakan? Apa kau ingin mengakui perbuatanmu, bahwa kau yang menyebarluaskan foto ciuman kita?" tukasnya.

Arsen menanggapi sementara langkahnya berjalan mendekati Halley. "Bukan aku yang melakukannya, tapi Valerie. Selama ini dia mengira kita selingkuh dan dia menyebar isu perselingkuhan kita ke media untuk memberi peringatan pada kita."

"Kenapa kemarin kau tidak bilang pada papa dan yang lain jika Valerie yang melakukannya?" Halley menatap Arsen yang kini berdiri di hadapannya.

"Tanpa aku beritahu, mereka juga akan tahu dengan sendirinya. Dan saat mereka tahu bahwa Valerie yang bertanggung jawab atas isu perselingkuhan kita, aku berharap papa mendukungku untuk bercerai dengan Valerie setelah Valerie melahirkan nanti."

"Kau ingin kembali padaku setelah bercerai dengan Valerie?"

"Itu keinginan terbesarku."

About Time and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang